Asuransi Syariah LANDASAN TEORI
peserta sebagai shahibul mal , misalnya ayat 2 surat Al Ma‟idah yang
memerintahkan untuk saling menolong dalam perbuatan yang positif. Asuransi syariah jelas memiliki perbedaan dengan asuransi konvensional.
Letak perbedaan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional adalah pada bagaimana resiko itu dikelola dan ditanggung, dan bagaimana dana asuransi
syariah dikelola. Perbedaan lebih jauh adalah pada hubungan antara operator pada asuransi konvensional istilah yang digunakan penanggung dengan peserta pada
asuransi konvensional istilah yang digunakan tertanggung. Dalam pengelolaan dan penanggungan resiko, asuransi syariah tidak
membolehkan adanya gharar ketidakpastian atau spekulasi dan maisir perjudian. Dalam investasi dan manajemen dana tidak diperkenankan adanya
riba bunga. Ketiga larangan ini, gharar, maisir dan riba adalah area yang harus dihindari dalam praktik asuransi syariah, dan yang menjadi pembeda utama
dengan asuransi konvensional.
8
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah
Ada beberapa aspek besar yang direalisasikan dalam asuransi syariah, yakni aspek kesucian harta dan kebersihan jiwa, aspek interaksi sosial yang positif,
aspek kemaslahatan umat maslahah ummah, akad- akad mu‟amalah.Aspek
pertama berarti bahwa dengan asuransi syari‟ah umat Islam telah berupaya menghindarkan diri dari perolehan harta ganti rugi dengan jalan yang tidak
8
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2005, h.2
dibenarkan oleh syara’, seperti dengan jalan riba’, mengandung unsur gharar, dan
maisir.Hal ini disebabkan karena ganti rugi dalam asuransi konvensional disinyalir mengandung ketiga unsur tersebut, sementara dalam asuransi syari‟ah ketiga unsur
tersebut dihilangkan dan diganti dengan prinsip operasional yang berdasar pada syari‟ah.
9
a. Al-Qur‟an
Dalam Al- Qur‟an tidak disebutkan secara jelas dan tegas ayat yang
menjelaskan tentang praktik asuransi secara syari‟ah. Akan tetapi di dalam Al- Qur‟an terkandung nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi, seperti
nilai dasar tolong-menolong, kerjasama atau semangat untuk melakukan perlindungan terhadap peristiwa kerugian yang akan datang. Ayat Al-
Qur‟an yang mempunyai nilai-nilai praktik asuransi, yaitu seperti terkandung di dalam:
1 Surat Al-Maidah ayat 2:
َ إ هللا ا قَتاو اودعلاو مثإا لع ا نو عت او قَّلاو ِّ لا لع ا نو عتو قعلا ديدش هللا
: دئ لا ٢
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan
takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa- Nya” al-Maidah:2
9
Janwari, Yadi. Asuransi Syari’ah, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005 . hal.3
Ayat ini memuat perintah tolong-menolong antar sesama manusia. Dalam praktik asuransi kegiatan tolong-menolong terdapat hal pengumpulan dana
peserta asuransi yang dimasukan ke dalam rekening tabarru’, mempunyai
fungsi untuk menolong peserta asuransi yang sedang mengalami musibah.
10
Dalam praktik asuransi, diwujudkan dalam hal seseorang dapat memudahkan untuk menyiapkan dan merencanakan kehidupannya di masa
mendatang dan dapat melindungi kepentingan ekonominya dari sebuah kerugian yang tidak di sengaja.
11
b. Hadist dan Sunnah
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, mengatakan bahwa:
1٢
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam, beliau bersabda : “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan
10
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu TinjauanAnalisis, Historis danPraktis, h. 105
11
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu TinjauanAnalisis, Historis danPraktis, h. 106
12
Abu al-husain bin al-hujaj bin muslim al-qusyairi al-nisabauri, Shahih Muslim, Beirut. Daar al-jil juz v. 8, h. 20
seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti
Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutup aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan
di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya. Barang siapa menempuh suatu jalan untuk
mencari ilmu, pasti Allah memudahkan baginya jalan ke surga. Apabila berkumpul suatu kaum
di salah satu masjid untuk membaca Al Qur’an secara bergantian dan mempelajarinya, niscaya mereka akan diliputi
sakinah ketenangan, diliputi rahmat, dan dinaungi malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan makhluk-makhluk lain di sisi-Nya.
Barangsiapa yang lambat amalannya, maka tidak akan dipercepat kenaikan derajatnya”. HR. Muslim