menyebabkan informasi yang disampaikan mengenai obat sangat terbatas. Apalagi semakin banyaknya iklan televisi yang disertai elemen kreatif yang
mengganggu menyebabkan pesan yang berhubungan dengan produk dan merek obat itu sendiri dapat terlewatkan. Volume iklan yang tinggi dan bahan non-
program pada televisi dapat menyebabkan konsumen mudah mengabaikan dan melupakan iklan obat di televisi. Namun iklan televisi yang dirancang dan
dilaksanakan dengan tepat dapat meningkatkan nilai suatu merek dan mempengaruhi penjualan dan laba Kotler dan Keller, 2009.
5. Peraturan periklanan dan pelayanan kesehatan
Peraturan periklanan dan pelayanan kesehatan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam PMK No. 1787 Tahun 2010
mengkaji beberapa hal mengenai penyelenggaraan, persyaratan, pembinaan dan pengawasan iklan dan publikasi pelayanan kesehatan. Dalam pasal 3 ayat 2
dinyatakan bahwa : “Penyelenggaraan iklan harus sesuai etika iklan yang diatur dalam kode etik
rumah sakit Indonesia, kode etik setiap tenaga kesehatan, kode etik pariwara, dan ketentuan peraturan perundang-undangan”MenKes, 2010.
Persyaratan iklan pada pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa : “Fasilitas pelayanan kesehatan dalam menyelengarakan iklan danatau publikasi
harus memenuhi syarat meliputi : memuat informasi dengan data dan fakta yang akurat, berbasis bukti, informatif, edukatif, dan bertanggung jawab” MenKes,
2010.
Pada pasal 5 mengenai persyaratan iklan dinyatakan pula bahwa : “Iklan danatau publikasi pelayanan kesehatan tidak diperbolehkan apabila
bersifat : memuji diri secara berlebihan, termasuk pernyataan yang bersifat superlatif dan menyiratkan kata “satu-satunya” atau yang bermakna sama
mengenai keunggulan, keunikan atau kecanggihan sehingga cenderung bersifat menyesatkan” MenKes, 2010.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 386MENKESSKIV1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas bagian A
poin ke-6 menyatakan bahwa : “Iklan obat tidak boleh mendorong penggunaan berlebihan dan penggunaan
terus menerus” MenKes, 1994.
Bagian A poin ke-7 menyatakan bahwa : “Informasi mengenai produk obat dalam iklan harus sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dalam pasal 41 ayat 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai berikut ini.
a. Obyektif : harus memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang
ada dan tidak boleh menyimpang dari sifat kemanfaatan dan keamanan obat yang telah disetujui.
b. Lengkap : harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat
obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontraindikasi dan efek samping.
c. Tidak menyesatkan : informasi obat harus jujur, akurat, bertanggung
jawab serta tidak boleh memanfaatkan kekuatiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan. Disamping itu, cara penyajian informasi harus
berselera baik dan pantas serta tidak boleh menimbulkan persepsi khusus di masyarakat yang mengakibatkan penggunaan obat berlebihan
atau tidak berdasarkan pada kebutuhan.”
MenKes, 1994. Bagian A poin ke-10 menyatakan bahwa :
“Iklan obat tidak boleh diperankan oleh tenaga profesi kesehatan atau aktor yang berperan sebagai profesi kesehatan dan atau menggunakan setting yang
beratribut profesi kesehatan dan laboratorium” MenKes, 1994.
Bagian A poin ke-11a menyatakan bahwa : “Iklan obat tidak boleh memberikan anjuran dengan mengacu pada pernyataan
profesi kesehatan mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat misalnya, Dokter saya merekomendasi …..” MenKes, 1994.
Bagian A poin ke-13 menyatakan bahwa :
“Iklan obat tidak boleh menunjukkan efekkerja obat segera sesudah penggunaan obat” MenKes, 1994.
Bagian A poin ke-15 dan ke-16 menyatakan bahwa : “Iklan Obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian sebagai berikut:
BACA ATURAN PAKAI JIKA SAKIT BERLANJUT,
HUBUNGI DOKTER
MenKes, 1994. Bagian A poin ke-17 menyatakan bahwa :
“Iklan obat harus mencantumkan informasi mengenai: a
Komposisi zat aktif obat dengan nama INN khusus media cetak; untuk media lain, apabila ingin menyebutkan komposisi zat aktif, harus dengan
nama INN.
b Indikasi utama obat dan informasi mengenai keamanan obat.
c Nama dagang obat
d Nama industri farmasi
e Nomor pendaftaran khusus untuk media cetak
MenKes, 1994. Bagian B poin ke-2a menyatakan bahwa :
“Obat pereda sakit dan penurun panas, iklan hanya boleh diindikasikan untuk meringankan rasa sakit misalnya: sakit kepala, sakit gigi, dan nyeri otot, dan atau
menurunkan panas.”MenKes, 1994.
C. Sakit Kepala