commit to user 57
Dari data di atas, terjadi peristiwa campur kode kata yang ditandai masuknya unsur bahasa Jawa ragam ngoko
’isin’
ke dalam bahasa Jawa ragam krama. Fungsi campur kode kata tersebut adalah karena pengaruh tingkat tutur
dalam bahasa Jawa. Karena penutur Sugiharti menghormati mitra tutur Kabag Personalia sehingga memilih kata
’isin’
tersebut dengan tujuan merendahkan dirinya sendiri.
29. Anjar :
Boten napa-napa sampun dados tradhisi kok perkenalan ngaten. Nggih namung formalitas.
’Tidak apa-apa sudah menjadi tradisi kok perkenalan seperti ini. Ya hanya formalitas’
DGSE362000
Pada data 29 terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai masuknya unsur bahasa Indonesia
’tradhisi’, ’perkenalan’ dan ’formalitas’
ke dalam bahasa Jawa. Fungsi campur kode kata tersebut adalah untuk
mempermudah jalannya komunikasi, mungkin jika menggunakan bahasa Jawa akan sulit mencari kata yang pas atau bahkan tidak tepat.
30. O1 :
Wah, hebat. Coba, kae calon sekretaris bos. Sekretaris anyar.
Mesthi
‘Wah, hebat. Coba, itu calon sekretaris bos. Sekretaris baru. Pasti’ O2
:
Hemmm……ngene tenan yen kae
‘Hemmm….begini beneran kalau itu’ DGSE372000
Pada data 30 terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai masuknya unsur bahasa Indonesia
‘hebat’ dan ‘sekretaris’
ke dalam bahasa Jawa. Fungsi campur kode kata tersebut adalah untuk mempermudah jalannya
komunikasi, mungkin jika menggunakan bahasa Jawa akan sulit mencari kata yang pas atau bahkan tidak tepat.
commit to user 58
Peristiwa campur kode yang kedua adalah terjadi campur kode frasa dalam bahasa Indonesia
‘calon sekretaris bos’
ke dalam bahasa Jawa. Fungsi campur kode kata tersebut adalah untuk mempermudah jalannya komunikasi, mungkin
jika menggunakan bahasa Jawa akan sulit mencari kata yang pas atau bahkan tidak tepat. Campur kode ini merupakan campur kode positif artinya tidak
mengganggu dalam berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur.
31. O1 :
Mengko gek
calone…. Eh,
carise, calon
istrine. Pendhamping
?
‘Jangan-jangan calonnya…Eh,
carise, calon
istrinya. Pendamping?’
DGSE372000
Pada data 31 terdapat peristiwa campur kode frasa dalam bahasa Indonesia
‘calon istrine’
ke dalam bahasa Jawa. Fungsi campur kode frasa tersebut adalah untuk memperhalus tuturan, mungkin jika menggunakan bahasa
Jawa ragam ngoko akan terkesan agak kasar, sedangkan objek yang dibicarakan adalah bos penutur O1.
Peristiwa campur kode yang kedua adalah terjadi peristiwa campur kode kata yang ditandai masuknya unsur bahasa Indonesia
‘pendhamping’
ke dalam bahasa Jawa. Fungsi campur kode kata tersebut adalah untuk memperhalus
tuturan, karena objek Anjar yang dibicarakan adalah orang yang disegani penutur O1.
32. Sugiharti :