Kaitan Antara Transfers Fiskal dan Pengurangan Kemiskinan

pertumbuhan ekonomi, dummy reformasi dan dummy desentralisasi. Selain itu, di- kemukakan bahwa kombinasi skenario peningkatan pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian sebesar 15 persen dan peningkatan upah sebesar 20 persen, meru- pakan kombinasi kebijakan jangka pendek yang potensial terutama dalam mengu- rangi kemiskinan. Kesembilan , adalah studi yang dilakukan Suryahadi et al 2005 untuk kasus Indonesia menunjukkan bahwa dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan kemiskinan sangat dipengaruhi oleh lokasi dan komponen sektoral dari pertumbuhan, yang berarti bahwa tidak semua komponen sektoral dari pertumbuhan memberikan kontribusi yang sama terhadap penurunan kemiskinan. Pertumbuhan GDP sektor jasa ditemukan memberi kontribusi paling besar terhadap penurunan kemiskinan, baik di daerah perdesaan maupun perkotaan. Selain itu, ditemukan dimana pertumbuhan GDP sektor industri memiliki kontribusi yang nyata terhadap penurunan kemiskinan di daerah perkotaan. Sementara, pertumbuhan GDP sektor pertanian justru ditemukan tidak memiliki kontribusi yang nyata significant terhadap penurunan kemiskinan. Sesuatu yang tentu sangat ironis, mengingat sektor pertanian merupakan sektor dimana sebagian besar penduduk miskin di Indonesia berada dan menggantungkan hidupnya.

2.2. Kaitan Antara Transfers Fiskal dan Pengurangan Kemiskinan

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, hubungan fiskal antara tingkat peme- rintahan merupakan salah satu unsur atau elemen yang sangat penting dari program desentralisasi fiskal khususnya dan desentralisasi pada umumnya. Seme ntara transfer fiskal itu sendiri merupakan inti core dari suatu hubungan fiskal antara tingkat pemerintahan, artinya sesuatu yang memiliki peranan penting dan menentukan. Secara konseptual, desentralisasi dibedakan ke dalam tiga bentuk utama, yaitu desentralisasi politik political decentralization, desentralisasi administratif atau birokratis administrative decentralization, dan desentralisasi fiskal fiscal de- centralization . Desentralisasi politik berarti memberikan kepada masyarakat se- tempat dan wakil-wakil mereka suatu kekuasaan power yang lebih besar di dalam setiap pengambilan keputusan yang mencakup kekuasaan di dalam penetapan standar dan kerangka hukum legal framework. Desentralisasi administratif berarti adanya redistribusi kewenangan authority, tanggung jawab responsibility, dan sumber- daya diantara berbagai tingkat pemerintahan, dimana adanya kapasitas dan kekuatan institusional yang lebih sesuai pada berbagai tingkat pemerintahan dianggap sebagai suatu prakondisi bagi keefektifan pelaksanaan dari desentralisasi tersebut. Sedangkan desentralisasi fiskal lebih berhubungan dengan perumusan kewenangan atas sumber- sumber yang ada atau akses terhadap transfer dan pembuatan berbagai keputusan , baik menyangkut pengeluaran rutin maupun pengeluaran investasi von Braun and Grote, 2002; Litvack, et al, 1998; Rondinelli, 1998, 1999; Rondinelli, et al, 1983. Transfer fiskal antara berbagai tingkat pemerintahan intergovernmental fiscal transfers merupakan inti core dari suatu hubungan fiskal antara tingkat peme- rintahan. Hal ini menunjukkan bahwa transfer fiskal memiliki peranan penting dan menentukan di dalam mendukung program desentralisasi pada umumnya dan desentralisasi fiskal khususnya. Pertanyaan yang muncul sekarang adalah bagaimana sebenarnya kaitan antara desentralisasi dengan pengurangan kemiskinan ? Untuk menjelaskan hal ini penulis merujuk pada kerangka konseptual yang dikemukakan von Braun dan Grote 2002 seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3 sebagai berikut : Menurut von Braun dan Grote 2002, ketiga bentuk utama dari desentralisasi yaitu desentralisasi politik, desentralisasi administratif, dan desentralisasi fiskal saling terkait interlinked erat satu dengan lainnya dan oleh karena itu, dampaknya terhadap upaya pengurangan kemiskinan poverty reduction tidak dapat dinilai atau dilihat secara terpisah. Dalam gambar 3 ditunjukkan kaitan antara desentralisasi dengan berbagai bentuknya dengan pengurangan kemiskinan, yang terjadi melalui dua jalur, yaitu 1 desentralisasi - partisipasi pemberdayaantata kelola - pengurangan kemiskinan, dan 2 desentralisasi - pelayanan publikinvestasi yang lebih memihak kaum miskin - pengurangan kemiskinan. Jalur 1 menunjukkan bahwa desentralisasi memung- Desentralisasi - Politik - Administratif - Fiskal Pengurangan Kemiskinan Poverty Reduciton ParticipationEmpowerment Governance Public servicesinvestment - Priorities - Efficiencytargeting Gambar 3. Kaitan Konseptual Antara Desentralisasi dan Pengurangan Kemiskinan kinkan civil society untuk berpartisipasi di dalam proses kebijakan dan dengan demikian meningkatkan transparansi dan predictability dari pengambilan keputusan. Pemerintah daerah memiliki informasi yang lebih baik tentang dan lebih responsif terhadap kebut uhan dan preferensi penduduk lokal daripada pemerintah pusat. Selain itu, pemerintah daerah lokal juga lebih mudah bagi mereka untuk mengidentifikasi dan menjangkau kaum miskin sejauh politik lokal memungkinkan hal itu dilakukan. Desentralisasi juga memiliki keuntungan yang penting principal advantage yaitu bahwa petugas setempat dapat dengan lebih mudah dipantau dan dikontrol oleh masyarakat daripada petugas pada pemerintah pusat, jika aturan hukum rule of law hidup di tingkat lokal. Apakah partisipasi lokal dalam sistem pengelolaan governance system barang-barang dan jasa publik akan benar-benar memiliki dampak positif terhadap kelompok berpendapatan rendah adalah belum atau tidak jelas unclear. Agar partisipasi benar-benar menjadi operasional, maka pertama-tama dibutuhkan adanya suatu pendidikan minimum, basic capabilities and equality atas dasar gender, agama dan kasta, dan kedua, pemberdayaan empowerment penduduk pada tingkat lokal. Jalur 2 adalah dari perspektif informasi dan biaya transaksi transaction costs, dimana eksternalitas menyediakan suatu argumen untuk sentralisasi jika kewenangan pusat memiliki kemampuan yang tidak terbatas unlimited ability untuk mengum- pulkan, memproses atau menyebarluaskan informasi. Namun, karena pemerintah pusat central authority umumnya tidak memiliki kemampuan untuk melakukan itu semua, maka advantages dari desentralisasi tetap ada. Dalam hal ini, desentralisasi dapat menjadi instrumen yang sangat powerful di dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan ‘by assigning control rights to people who have information and incentives’ untuk membuat keputusan terbaik menyangkut kebutuhan ma syarakat yang bersangkutan. Desentralisasi dapat pula dilihat sebagai suatu cara untuk mening- katkan kewenangan dan akuntabilitas dari petugas-petugas lokal. Pengambilan kepu- tusan pada tingkat lokal memberikan tanggung jawab, kepemilikan ownership dan juga insentif yang lebih besar kepada pelaku-pelaku setempat local agents. Ada banyak bukti bahwa dengan membuat petugas-petugas lokal lebih accountable dan memberikan tanggung jawab untuk implementasi dan pembuatan keputusan kepada stakeholders setempat, maka kualitas dan efisiensi layanan publik menjadi meningkat Bardhan, 1997. Lebih jauh, von Braun dan Grote 2002 juga membuktikan bagaimana de- sentralisasi dengan berbagai bentuknya dapat menyebabkan penurunan pada kemis- kinan. Studi yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi multi-variant, me- nemukan bahwa desentralisasi politik yang diukur atau diproksi dengan election tiers, desentralisasi administratif yang diukur dengan size of population, dan desentralisasi fiskal yang diukur dengan share of subnational expenditure, semuanya berdampak menurunkan kemiskinan. Namun, mereka kembali menekankan pentingnya untuk melihat ketiga bentuk desentralisasi tersebut secara bersama-sama simultaneously, dan urut-urutan sequencing dari berbagai bentuk desentralisasi tersebut memainkan peranan yang penting. Desentralisasi politik dan administratif menurut mereka sebaiknya dilakukan mendahului desentralisasi fiskal should precede fiscal decentralization . Dengan kata lain, untuk mewujudkan desentralisasi fiskal yang lebih efektif dan memihak kaum miskin, maka desentralisasi politik dan administratif merupakan prakondisi yang harus dipenuhi, dan desentralisasi fiskal tidak dapat secara otomatis membawa pada pengeluaran yang lebih memihak kaum miskin. Dalam upaya untuk lebih mengefektifkan peranan transfer fiskal antar tingkat pemerintahan dalam pengurangan kemiskinan, Rao, et al 1998 menekankan perlu- nya dilakukan peninjauan kembali reorienting dalam pengaturan fiskal antartingkat pemerintahan untuk menjamin penyediaan layanan publik public services yang lebih responsif untuk mempercepat peningkatan standar konsumsi dari kaum miskin dan sekaligus untuk merespon preferensi yang beragam dari berbagai daerah atau wilayah. Keefektifan pemerintahan desentralisasi decentralized government di dalam penyediaan layanan publik yang efisien dapat ditingkatkan dengan melakukan reorientasi dalam pengaturan fiskal antar tingkat pemerintahan untuk menyediakan insentif dan meningkatkan akuntabilitas. Salah satu cara untuk menjamin insentif dan akuntabilitas di dalam penyediaan layanan publik adalah melalui pengaitan linking peningkatan penerimaan dengan keputusan pengeluaran dari pemerintah daerah pada batas-batas tertentu at the margin.

III. KERANGKA TEORITIS

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, ada banyak ukuran yang sering digunakan para ahli dalam studi empirik kemiskinan. Beberapa ukuran atau indeks kemiskinan yang sering digunakan dalam berbagai studi empirik selama ini menurut Blackwood and Lynch, 1994, diantaranya adalah : Pertama , adalah poverty headcount yang mengukur jumlah atau persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam bentuk formula, poverty headcount , dapat ditulis sebagai berikut : n q H = ……………………………………………………………… 1 dimana H adalah poverty headcount, q adalah jumlah penduduk atau persentase pen- duduk yang berada di bawah garis kemiskinan, dan n adalah jumlah penduduk. Dengan demikian, poverty headcount tidak lain adalah persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan poverty line terhadap jumlah penduduk. Ukuran ini dapat digunakan untuk mengetahui perubahan di dalam proporsi penduduk yang hidup di dalam kemiskinan. Jika persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan berkurang bertambah, maka dapat dikatakan kemiskinan mengalami penurunan peningkatan. Masalah utama dengan poverty headcount adalah bahwa ukuran ini tidak menunjukkan seberapa parah kemelaratan dari kaum miskin the extent of immiseration of the poor itu. Kelemahan lain adalah bahwa ukuran ini menganggap bahwa distribusi pandapatan diantara penduduk miskin adalah bersifat homogen.