5.1.2. Subsidi Daerah Otonom
Subsidi daerah otonom SDO
4
adalah subsidi pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang dimaksudkan untuk membantu daerah tingkat II dalam
pembiayaan kegiatan-kegiatan pemerintahan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat. Bagian terbesar dari SDO dialokasikan untuk keperluan belanja pegawai,
yang mencakup pembiayaan untuk pegawai daerah tingkat II dan pegawai pusat yang diperbantukan pada daerah tingkat II. Sebagian lagi dari SDO dimanfaatkan untuk
keperluan belanja non pegawai yang meliputi komponen-komponen subsidi belanja urusan desentralisasi, subsidi belanja urusan dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
subsidi pengembangan sumberdaya manusia SDM dan pembinaan pemerintahan, dan lain-lain belanja nonpegawai.
Tabel 5. Jumlah dan Share Subsidi Daerah Otonom SDO Untuk KabupatenKota di Indonesia , Tahun 199697 - 19992000
Jumlah Susidi Daerah Otonom Rp juta Share Terhadap Penerimaan APBD II
Provinsi 9697
9798 9899
9900 9697
9798 9899
9900 1. NAD
103510 130050 216250
220250 30.86
32.41 45.01
68.93 2. Sumut
206140 263650 596990
655010 31.14
31.22 52.12
71.22 3. Sumbar
223150 266190 306300
440720 52.20
51.30 50.80
73.97 4. Riau
146070 177550 201460
291100 38.03
33.34 32.57
44.34 5. Jambi
121440 146260 143550
199700 44.53
45.91 47.62
69.93 6. Sumsel
282160 321200 364350
423680 44.26
44.83 46.79
69.71 7. Bengkulu
77300 95120
115410 178450
49.71 48.77
50.84 69.06
8. Lampung 228010 322750 342850
524110 55.68
54.03 53.14
79.16 9. Jabar
338250 650550 1287270
1943610 19.27
29.12 46.76
64.44 10. Jateng
267320 586200 1402520
1770060 23.60
30.45 59.60
85.83 11. DIY
70330 109990 209120
286450 36.37
42.67 57.29
79.40 12. Jatim
267960 328020 1207860
1595350 19.83
19.96 48.86
85.39 13. Bali
177330 207760 238300
322070 44.69
43.85 33.04
53.65 14. NTB
158690 187830 227220
242050 57.31
56.09 62.12
90.44 15. NTT
211590 221540 258080
268430 50.70
50.34 59.64
89.63 16. Kalbar
174700 205970 244570
389310 35.93
38.96 42.22
60.96 17. Kalteng
40140 75970
189730 177830
23.08 23.67
24.56 45.97
18. Kalsel 122830 187090
349000 447860
58.97 54.86
49.76 64.27
19. Kaltim 107220 135050
155620 304690
15.98 25.49
61.08 61.09
20. Sulut 185140 210530
239480 191220
50.44 48.11
54.53 79.92
21. Sulteng 25230
57920 115920
149800 55.39
54.14 52.65
76.67
4
Subsidi daerah otonom SDO pernah dikenal dengan istilah Dana Alokasi Rutin DAR atau Dana Rutin Daerah DRD pada tahun 19992000 dan 2000, sebelum akhirnya dilebur ke dalam Dana Alokasi Umum
DAU.
22. Sulsel 391800 464450
526930 602010
50.44 48.11
54.53 79.92
23. Sultra 103510 124070
146110 132310
55.39 54.14
52.65 76.67
24. Maluku 114380 141840
166300 237270
46.28 42.48
45.74 55.93
25. Papua 217120 278010
289250 370270
44.64 46.91
48.12 56.29
Sumber : 1. Nota Keuangan dan RAPBN, 19901991 - 2000. Departemen Keuangan Republik Indonesia.
2. Statistik Keuangan Pemerintah KabupatenKota berbagai edisi. Badan Pusat Statistik.
Subsidi belanja urusan desentralisasi terdiri dari sumbangan bantuan penye- lenggaraan pendidikan dasar SBPP-SD, biaya operasional rumah sakit umum
daerah SBBO-RSUD,biaya operasional penyuluhan pertanianSBBO-PP, pengem- bangan dan pemeliharaan obyek pariwisata daerah SBPP-OPD, dan pengembangan
pertambangan daerah bahan galian C. Sementara itu, subsidi belanja urusan dekonsentrasi dan tugas pembantuan meliputi ganjaran kabupatenkota, ganjaran
kecamatan, dan ganjaran desa Nota Keuangan dan RAPBN, 19971998. Untuk mendapatkan gambaran mengenai jumlah subsidi daerah otonom
SDO dan pangsanya terhadap penerimaan APBD KabupatenKota 199697 – 19992000, lebih jauh dapat diikuti dalam Tabel 5.
Berdasarkan data dalam Tabel 5, dapat diketahui bahwa selama kurun waktu 19961997 - 19992000, hampir semua KabupatenKota di 25 Provinsi diteliti meng-
alami kenaikan dalam pangsa subsidi daerah otonomi SD0 terhadap total penerima- an KabupatenKota. Secara nasional, pangsa SDO terhadap penerimaan Kabupaten
Kota pada tahun anggaran 19961997 hanya sebesar 35.03 persen, maka pada tahun anggaran 19992000 telah me ningkat menjadi 71.94 persen, suatu kenaikan yang
sangat besar. Kenaikan tersebut terjadi karena menjelang pelaksanaan otonomi daerah ada cukup banyak urusan Pusat dan juga pegawai Pusat yang didaerahkan, sehingga
sebagai konsekuensinya Pusat juga harus me ngalihkan sebagian sumber pembiayaan-
nya kepada Daerah menyertai penyerahan urusan dan pengalihan pegawai Pusat ke Daerah tersebut.
5.1.3. Bantuan Pembangunan