yang terjadi pada kedua peubah penjelas tersebut. Koefisien elastisitas PDRB non pertanian dengan penyerapan tenaga sektor non pertanian dan dengan pengeluaran
pembanguna n sektor non pertanian, masing-masing hanya 0.7476 dan 0.2042, yang berarti lebih kecil daripada satu. Hal ini berarti bahwa apabila penyerapan tenaga
kerja sektor non pertanian dan pengeluaran pembangunan sektor non pertanian mengalami kenaikan masing-masing sebesar 10 persen, maka akan menyebabkan
PDRB sektor non pertanian mengalami kenaikan berturut-turut sebesar 7.48 persen dan 2,04 persen.
Peubah dummy desentralisasi fiskal DDF tidak berpengaruh nyata, baik terhadap pengeluaran pembangunan sektor pertanian maupun terhadap pengeluaran
pembangunan sektor non pertanian. Namun demikian, memiliki tanda yang positif, yang menunjukkan bahwa setelah kebijakan desentralisasi fiskal diterapkan, penge-
luaran pembangunan di kedua sektor tersebut cenderung menj adi lebih besar atau meningkat.
6.3. Keragaan Blok Tenaga Kerja
Hasil estimasi model yang dilakukan juga menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja, baik di sektor pertanian maupun sektor non pertanian ternyata sangat
dipengaruhi oleh besaran output PDRB dan tingkat upah. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dipengaruhi secara nyata oleh PDRB dan tingkat upah tenaga
kerja di sektor pertanian tersebut. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian bahkan memiliki hubungan yang elastis dengan perubahan yang terjadi dalam PDRB sektor
pertanian dengan koefisien elastisitas sebesar 1.0152.
Hal yang sama juga terjadi untuk penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian, dimana penyerapan tenaga kerja di sektor non pertanian tersebut memiliki
hubungan yang elastis dengan perubahan dalam PDRB sektor non pertanian dengan koefisien elastisitas sebesar 1.1366. Namun demikian, penyerapan tenaga kerja, baik
di sektor pertanian maupun sektor non pertanian ternyata tidak memiliki hubungan yang responsif atau elastis dengan peubah tingkat upah, meskipun tingkat upah
berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja di kedua sektor tersebut lihat Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja
Persamaan Penyerapan TK. Sektor Pertanian TKA Peubah
Par. Dugaan Prob |T|
Elastisitas Nama Peubah
Adj.R
2
Intercept 726936
0.0087 -
Intercept PDRBA
0.581530 0.0001
1.0152 PDRB Sektor Pertanian
UPHA -6.009317
0.0025 -0.4294
Upah TK Sektor Pert. DDF
-154698 0.2747
- Dummy Desent. Fiskal
0.8536
Persamaan Penyerapan TK. Sektor Non Pertanian TKNA Peubah
Par. Dugaan Prob |T|
Elastisitas Nama Peubah
Adj.R
2
Intercept 706311
0.0415 -
Intercept PDRBNA
0.211284 0.0001
1.1366 Penyerapan TK Sektor
Non Pertanian UPHR
-4.108443 0.0148
-0.4702 Upah Rata-rata TK
DDF -266362
0.1310 -
Dummy Desent. Fiskal 0.9167
Adanya hubungan yang elastis antara penyerapan tenaga kerja dan output atau PDRB sektoral, mengindikasikan bahwa peningkatan output, baik di sektor pertanian
maupun sektor non pertanian merupakan faktor penentu yang penting dalam upaya peningkatan kesempatan kerja di Indonesia di masa-masa mendatang. Oleh karena
itu, upaya-upaya meningkatkan PDRB di masa-masa yang akan datang merupakan hal yang penting dan mendesak untuk dilakukan.
Hal yang cukup menarik disini adalah bahwa peubah dummy desentralisasi fiskal memiliki tanda yang negatif baik untuk penyerapan tenaga kerja di sektor per-
tanian maupun sektor non pertanian. Namun, apabila temuan ini dikaitkan dengan fakta dimana dummy desentralisasi fiskal cenderung memiliki tanda yang positif pada
persamaan PDRB, baik di sektor pertanian maupun sektor non pertanian, maka itu berarti bahwa setelah kebijakan desentralisasi fiskal itu dilakukan produktifitas tenaga
kerja di kedua sektor tersebut justru mengalami peningkatan. Kalau hal ini memang demikian adanya, maka tentu ini merupakan hal yang
bagus, sebab berdasarkan studi yang dilakukan di berbagai negara pertumbuhan produktifitas tenaga kerja memiliki dampak yang besar terhadap penurunan tingkat
kemiskinan terutama di negara-negara sedang berkembang. Hal ini terjadi karena pertumbuhan produktifitas tenaga kerja merupakan determinan utama dari pertum-
buhan pendapatan. Berbagai studi yang dilakukan selama ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan poverty incidence ditemukan memiliki hubungan yang lebih
elastis dengan produktifitas tenaga kerja daripada dengan pendapatan per kapita CSLS, 2003.
Peubah penjelas yang digunakan pada kedua persamaan tersebut, yaitu per- samaan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dan persamaan penyerapan tenaga
kerja sektor non pertanian, mampu menjelaskan variasi dalam tingkat penyerapan tenaga kerja di kedua sektor tersebut masing-masing sebesar 85.36 persen untuk
sektor pertanian dan 91.67 persen untuk sektor non pertanian.
6.4.
Keragaan Blok Pengeluaran
Hasil estimasi menunjukkan bahwa hampir semua peubah penjelas, kecuali tingkat inflasi, memiliki pengaruh yang nyata terhadap pengeluaran konsumsi rata-
rata per kapita daerah perdesaan RPCE dan tandanya juga sesuai dengan harapan. Namun demikian, pengeluaran rata-rata per kapita daerah perdesaan ini ternyata tidak
memiliki hubungan yang elastis dengan peubah-peubah penjelas yang memiliki pengaruh nyata tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien elastisitas yang hanya
berkisar antara 0.0145 - 0.7611. Hasil estimasi model juga menunjukkan bahwa semua peubah penjelas yang
digunakan ternyata memiliki pengaruh nyata terhadap pengeluaran rata-rata per kapita rumah tangga perkotaan UPCE. Meskipun demikian, peubah UPCE tersebut
tidak memiliki hubungan yang elastis dengan salah satu peubah penjelasnya. Hal ini terbukti dari koefisien elastisitas yang hanya berkisar antara 0.1272 - 0.7988 lihat
Tabel 13. Tabel 13. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Perdesaan dan Perkotaan
Pe
rsamaan Pengeluaran Per Kapita Perdesaan RPCE
Peubah Par. Dugaan
Prob |T| Elastisitas
Nama Peubah Adj.R
2
Intercept -0.065352
0.2497 -
Intercept YCAP
0.006982 0.2390
0.0684 PDRB Per Kapita
AMH 0.001488
0.0175 0.7611
Angka Melek Huruf UMPR
0.000000702 0.0031
0.3666 Upah Minimum Prov.
INFL 0.000278
0.8439 0.0145
Tingkat Inflasi DDF
0.057388 0.0001
- Dummy Desent. Fiskal
0.5262
Persamaan Pengeluaran Per Kapita Perkotaan UPCE Peubah
Par. Dugaan Prob |T|
Elastisitas Nama Peubah
Adj.R
2
Intercept 0.031281
0.3744 -
Intercept YCAP
0.010473 0.0052
0.1272 PDRB Per Kapita
AMH 0.001260
0.0014 0.7988
Angka Melek Huruf UMPR
0.000000216 0.1361
0.1398 Upah Minimum Prov.
INFL -0.005789
0.0001 -0.3732
Tingkat Inflasi DDF
0.023984 0.0025
- Dummy Desent. Fiskal
0.4091
Dampak angka melek huruf AMH yang positif dan nyata menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan menyebabkan semakin tinggi pula
pengeluaran rata-rata per kapita rumah tangga. Hal ini jelas karena dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, maka kebutuhan pengeluaran untuk pendidikan akan
meningkat dan pada gilirannya total pengeluaran rumah tangga akan meningkat pula. Tingkat inflasi dalam studi ini berpengaruh negatif dan nyata terhadap penge-
luaran rata-rata per kapita perkotaan Hal ini terjadi karena masyarakat perkotaan memiliki pilihan yang lebih luas, sehingga kalau terjadi kenaikan harga-harga akan
menggunakan pendapatan mereka bukan untuk menambah pengeluaran tetapi digu- nakan misalnya untuk investasi atau ditabung. Dengan begitu tidak akan menambah
atau meningkatkan pengeluaran per kapita mereka. Hal sebaliknya terjadi untuk masyarakat perdesaan, dimana tingkat inflasi akan cenderung meningkatkan penge-
luaran per kapita mereka sebab mereka tidak memiliki alternatif lain.
6.5. Keragaan Blok Distribusi Pendapatan