Profil Kemiskinan Regional Profil Kemiskinan di Indonesia 1. Profil Kemiskinan Secara Nasional

1.05, sedangkan untuk daerah perkotaan koefisien elastisitasnya hanya sebesar -0.45, lebih kecil daripada satu, yang berarti kemiskinan di daerah perkotaan tidak mem- pnuyai hubungan yang elastis dengan laju pertumbuhan ekonomi. Dalam kurun waktu 1996 - 2004 kondisinya lebih parah lagi, dimana jumlah penduduk miskin di Indonesia, secara keseluruhan justru mengalami peningkatan dengan persentase kenaikan rata-rata sebesar 0.62 persen per tahun, sementara di daerah perdesaan mengalami penurunan tetapi dengan persentase yang sangat kecil sekali yaitu sebesar 0.05 persen per tahun. Sebaliknya, jumlah penduduk miskin yang berada daerah urban mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu rata-rata sebesar 2.34 persen per tahun. Kenaikan jumlah penduduk miskin yang terjadi selama kurun waktu 1996 - 2004, merupakan salah satu akibat dari krisis ekono mi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, dimana perekonomian Indonesia benar- benar mengalami kemerosotan yang luar biasa dan bahkan pada tahun 1998 meng- alami laju pertumbuhan ekonomi yang negatif yaitu sebesar -13.43 persen.

5.2.2. Profil Kemiskinan Regional

Dilihat dari persebaran penduduk miskin menurut pulau dan Provinsi, data yang ada menunjukkan bahwa sebanyak 20.48 juta orang atau sekitar 56.67 persen diantaranya terdapat di pulau Jawa, sisanya tersebar di pulau-pulau lain seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan beberapa pulau di wilayah Nusa Tenggara dan Maluku lihat Tabel 8. Tabel 8. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi, Tahun 2004 Jumlah Penduduk Miskin ribuan jiwa Tingkat Kemiskinan No. Provinsi Kota Desa Total Kota Desa Total 1. Nangroe Aceh Darusalam 198.4 958.8 1157.2 17.58 32.66 28.47 2. Sumatera Utara 633.4 1166.7 1800.1 12.02 17.19 14.93 3. Sumatera Barat 167.8 304.6 472.4 12.28 9.67 10.46 4. Riau 160.5 583.9 744.4 6.44 18.36 13.12 5. Jambi 130.8 194.3 325.1 17.34 10.46 12.45 6. Sumatera Selatan 455.1 924.2 1379.3 20.13 21.33 20.92 7. Bengkulu 112.8 232.3 345.1 25.43 21.16 22.39 8. Lampung 317.3 1244.4 1561.7 20.17 22.81 22.22 9. Bangka Belitung 33.0 58.8 91.8 7.73 10.06 9.07 10. DKI Jakarta 277.1 - 277.1 3.18 - 3.18 11. Jawa Barat 2243.2 2411.0 4654.2 11.21 13.08 12.10 12. Jawa Tengah 2346.5 4497.3 6843.8 17.52 23.64 21.11 13. D.I. Yogyakarta 301.4 314.8 616.2 15.96 23.65 19.14 14. Jawa Timur 2230.6 5081.9 7312.5 14.62 24.02 20.08 15. Banten 279.9 499.3 779.2 5.69 11.99 8.58 16. Bali 87.0 144.9 231.9 5.05 8.71 6.85 17. Nusa Tenggara Barat 492.5 539.1 1031.6 32.66 21.09 25.38 18. Nusa Tenggara Timur 122.7 1029.4 1152.1 18.11 29.77 27.86 19. Kalimantan Barat 143.8 414.4 558.2 13.29 14.15 13.91 20. Kalimantan Tengah 33.0 161.1 194.1 6.13 12.20 10.44 21. Kalimantan Selatan 63.5 167.5 231.0 5.28 8.33 7.19 22. Kalimantan Timur 84.3 233.9 318.2 5.63 18.68 11.57 23. Sulawesi Utara 35.9 156.3 192.2 4.37 11.76 8.94 24. Sulawesi Tengah 70.5 415.8 486.3 15.33 23.33 21.69 25. Sulawesi Selatan 152.2 1089.3 1241.5 6.11 18.65 14.90 26. Sulawesi Tenggara 38.0 380.4 418.4 9.21 25.39 21.90 27. Gorontalo 43.7 215.4 259.1 18.63 32.70 29.01 28. Maluku 41.1 356.5 397.6 11.99 39.86 32.13 29. Maluku Utara 23.0 83.9 107.8 10.50 13.10 12.42 30. Papua 49.1 917.7 966.8 7.71 49.28 38.69 Indonesia 11369.0 24777.9 36146.9 12.13 20.11 16.66 Sumber : BPS, Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2004 Buku 1 : Provinsi Dengan kenyataan seperti ini menunjukkan bahwa pulau Jawa menanggung beban yang sangat berat, apalagi kalau dikaitkan dengan kondisi lahan pertanian di Jawa yang semakin menipis akibat pertambahan penduduk yang masih relatif cukup tinggi di satu pihak, dan meningkatnya konversi lahan pertanian untuk kepentingan perumahan dan industri. Keadaan ini telah menyebabkan meningkatnya jumlah petani gurem yaitu petani yang menguasai lahan rata-rata 0.25 hektar. Pada saat ini diperkirakan rumah tangga petani gurem sudah mencapai 75 persen dari total rumah tangga petani di Jawa, padahal tahun 1993 lalu masih 70 persen Arifin, 2005 7 . Namun dilihat dari tingkat kemiskinan, maka pada umumnya Provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di luar Jawa yaitu Papua 38.60 persen, Maluku 32.12 persen, Gorontalo 29.01 persen, NAD 28.47 persen, NTT 27.86 persen, dan NTB 25.38 persen, jauh di atas rata-rata Indonesia yang pada tahun 2004 sebesar 16.66 persen. Jumlah penduduk miskin di 5 Provinsi tersebut hanya 4.97 juta orang atau 13.75 persen dari total penduduk miskin di Indonesia. Sementara pulau Jawa yang memiliki luas hanya kurang 10 persen wilayah Indonesia harus menampung 20.48 juta orang penduduk miskin atau 56.67 persen dari total penduduk miskin di Indonesia. Kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan terus berlangsung dan harus segera dicarikan pemecahannya di masa-masa mendatang.

5.2.3. Profil Kemiskinan Sektoral