pengamatan dilakukan secara berulang. Uji reliabilitas pada kuisioner dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan metode Alpha Cronbach
Umar, 2004, sebagai berikut:
∑σ
……………………..……………………………………………………………… Keterangan :
= Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach k
= Jumlah item pertanyaan ∑σ = Jumlah variasi item
= Varians total
Jumlah responden yang digunakan dalam reliabilitas sama dengan uji validitas yaitu 30 responden. Nilai r tabel adalah 0,600 yang berarti
bahwa pernyataan dalam kuesioner dapat dikatakan reliabel apabila lebih besar dari 0,600. Pada penelitian ini nilai hitung alpha yaitu sebesar 0.976
yang berarti bahwa kuesioner yang disebarkan sangat reliabel. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 4.
3.6.5 Analisis Struktural Equation Modeling SEM
Metode pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan Analisisi struktural Equation Modeling SEM. Menurut
Kusnendi 2008, SEM merupakan metode analisis data multivariat yang bertujuan menguji model pengukuran dan model struktural variabel laten.
Variabel dalam SEM ada 2 yaitu variabel laten dan variabel teramati. Variabel laten merupakan konsep abstrak yang hanya dapat diamati secara
tidak langsung. Variabel laten ini ada 2 yaitu variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel teramati merupakan variabel yang dapat diamati atau
dapat diukur secara empiris dan sering disebut sebagai indikator Wijayanto, 2008.
a. Jenis SEM
Beberapa jenis SEM yang dapat ditemui dalam penelitian ada empat jenis Kusnendi, 2008:
1. Jenis model pertama disebut bivariate model. Jenis model ini dicirikan hanya melibatkan satu variabel laten eksogen dan satu variabel laten
endogen. 2. Jenis model kedua disebut mediated-multivariate model. Model ini
dicirikan dalam model yang dianalisis terdapat satu variabel laten eksogen dan aling tidak terdapat satu variabel laten endogen yang
dibelakukan sebagai variabel antara, dan satu variabel laten endogen yang diberlakukan sebagai variabel dependen.
3. Jenis model ketiga disebut correlated-multivariate model. Jenis ini dicirikan dalam model yang dianalisis paling tidak terdapat dua
variabel laten eksogen dan satu variabel laten endogen. 4. Jenis model keempat disebut correlated-multivariate recursive model.
Jenis ini dicirikan dalam model yang dianalisis paling tidak terdapat dua variabel laten eksogen, dan dua variabel endogen
b. Tahapan dalam Prosedur SEM
Menurut Bollen dan Long dikutip Wijayanto 2008 Prosedur SEM secara umum akan mengandung tahap-tahap sebagai berikut:
1. Spesifikasi Model
Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan struktural, sebelum dilakukan estimasi. Model awal ini diformulasikan
berdasarkan suatu teori atau penelitian sebelumnya. 2.
Identifikasi Tahap ini berkaitan dengan pengkajian tentang kemungkinan
diperolehnya nilai yang unik untuk setiap parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan persamaan simultan tidak ada
solusinya. 3.
Estimasi Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk
menghasilkan nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi yang tersedia. Pemilihan model estimasi yang
digunakan seringkali ditentukan berdasarkan karakteristik dari variabel-variabel yang dianalisis.
4. Uji Kecocokan
Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan data. Beberapa kriteria ukuran kecocokan atau Goodness Of Fit GOF
dapat digunakan untuk melaksanakan langkah ini. 5.
Resfesifikasi Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas hasil
uji kecocokan tahap sebelumnya. Penelitian ini menganalisis pengaruh pelatihan terhadap
pengembangan modal insani pada Institut Pertanian Bogor sehingga diperoleh hipotesis sebagai berikut.
H1: Terdapat pengaruh yang positif antara pelatihan terhadap
pengembangan modal insani pada Institut Pertanian Bogor H2: Terdapat pengaruh yang positif antara indikator metode pelatihan
terhadap pengembangan modal insani pada Institut Pertanian Bogor
H3: Terdapat pengaruh yang positif antara indikator materi pelatihan terhadap pengembangan modal insani pada Institut Pertanian
Bogor H4: Terdapat pengaruh yang positif antara indikator fasilitas pelatihan
terhadap pengembangan modal insani pada Institut Pertanian Bogor
H5: Terdapat pengaruh yang positif antara indikator trainer pelatihan terhadap pengembangan modal insani pada Institut Pertanian
Bogor H6: Terdapat pengaruh yang positif antara indikator waktu pelatihan
terhadap pengembangan modal insani pada Institut Pertanian Bogor
H7: Terdapat Pengaruh yang positif antara indikator pengetahuan terhadap pelatihan Institut Pertanian Bogor
H8: Terdapat Pengaruh yang positif antara indikator keterampilan terhadap pelatihan Institut Pertanian Bogor
H9: Terdapat Pengaruh yang positif antara indikator kemampuan terhadap pelatihan Institut Pertanian Bogor
H10: Terdapat Pengaruh yang positif antara indikator sikap terhadap pelatihan Institut Pertanian Bogor
H11: Terdapat Pengaruh yang positif antara indikator pengalaman terhadap pelatihan Institut Pertanian Bogor
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Structural Equation Modelling SEM dengan metode
Latent Variable Score LVS. Jenis SEM yang digunakan merupakan
bivariate model . Jenis model ini dicirikan hanya melibatkan satu
variabel laten eksogen dan satu variabel laten endogen Kusnendi, 2008. Variabel laten eksogen pada penelitian adalah pelatihan sedangkan
variabel endogen yaitu modal insani modal insani.
H2 H7
H3 H8
H4 H1
H9 H5
H10 H6
H11
Gambar 3. Diagram lintas kerangka hubungan pelatihan terhadap modal insani
Keterangan: X1 = Metode
Y1 = Pengetahuan X2 = Materi
Y2 = Keterampilan X3 = Fasilitas
Y3 = Kemampuan X4 = Trainer
Y5 = Sikap X5 = Waktu
Y6 = Pengalaman Pelatihan
HC X1
X2 X3
X4
X5 Y5
Y4 Y3
Y2 Y1
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Institut Pertanian Bogor
Institut Pertanian Bogor IPB merupakan salah satu perguruan
tinggi negeri di Indonesia. IPB adalah institusi yang memiliki mandat dalam penyelenggaraan pendidikan pertanian. Gambaran umum
mengenai sejarah, visi, misi dan tujuan IPB dapat dilihat pada penjelasan berikut.
4.1.1 Sejarah IPB
Sejarah berdirinya Institut Pertanian Bogor terbagi ke dalam empat tahap yaitu tahap embrional 1941-1963, tahap pelahiran dan
pertumbuhan 1963-1975, tahap pendewasaan 1975-2000, dan tahap otonomi. Tahap embrional merupakan tahap awal terbentuknya Institut
Pertanian Bogor. Tahap ini diawali dengan didirikannya Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian oleh pemerintah Hindia Belanda pada
tahun 1940 di Bogor. Pada masa pendudukan Jepang, lembaga ini kemudian ditutup, tetapi sekolah Kedokteran Hewan tetap berjalan dan
berubah nama menjadi Sekolah Dokter Hewan Bogor. Sejalan dengan masa kemerdekaan Republik Indonesia, Sekolah
Kedokteran Hewan di Bogor ditingkatkan menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan oleh Kementerian Kemakmuran RI pada tahun
1946. Pada tahun 1947, Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian dibuka kembali. Lembaga ini kemudian mempunyai jurusan Pertanian dan
Kehutanan. Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian kemudian berubah nama menjadi Fakultas Pertanian Universitas Indonesia pada tahun
1950. Fakultas ini memiliki jurusan yaitu Sosial Ekonomi, Pengetahuan Alam dan Kehutanan, serta pada tahun 1957 memiliki jurusan
Perikanan Darat, sedangkan Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas
Indonesia yang pada tahun 1960 berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan selanjutnya pada tahun 1962