masyarakat mempunyai potensi yang dapat dikembangkan sehingga pengertian pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membangun daya tersebut dengan
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki oleh masyarakat serta mengembangkan potensi tersebut.
2 Memperkuat potensi daya yang dimiliki masyarakat empowering dengan kata kuncinya adalah penyiapan meliputi langkah-langkah nyata yang
menyangkut penyediaan berbagai masukan input serta pembukaan akses kedalam berbagai peluang opportunity yang akan membantu masyarakat lebih
berdaya guna. 3 Memberdayakan masyarakat mengandung makna melindungi. Dalam proses
pemberdayaan masyarakat harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah karena ketidakberdayaan dalam menghadapi yang kuat.
Margono 2000, mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa hingga masyarakat memiliki
daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya tanpa adanya kesan bahwa perkembangan itu adalah hasil kekuatan eksternal. Masyarakat harus
dijadikan subyek bukan obyek.
2.6. Pengembangan Wilayah
Menurut Sirojuzilaam dan Mahalli 2010 wilayah adalah sekelompok daerah yang letaknya berdekatan dan didiami oleh sejumlah penduduk di atas
territorial atau ruang tertentu. Sedangkan Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas.
Universitas Sumatera Utara
Konsep pengembangan wilayah dikembangkan dari kebutuhan suatu daerah untuk meningkatkan fungsi dan perannya dalam menata kehidupan sosial,
ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehateraan masyarakat. Pengaruh globalisasi, pasar bebas dan regionalisasi menyebabkan terjadinya perubahan dan dinamika
spasial, sosial, dan ekonomi antarnegara, antardaerah kotakabupaten, kecamatan hingga perdesaan.
Pengembangan wilayah merupakan bagian penting dari pembangunan suatu daerah terutama di perdesaan yang sangat rentan dan berat menghadapi
perubahan yang berskala global. Perubahan ini, jika tidak didukung suatu perencanaan wilayah yang baik dengan mempertimbangkan aspek internal, sosial
dan pertumbuhan ekonomi akan berakibat semakin bertambahnya desa-desa tertinggal.
Menurut Akil 2003, dalam sejarah perkembangan konsep pengembangan wilayah di Indonesia, terdapat beberapa landasan teori yang turut mewarnai
keberadaannya. Pertama adalah Walter Isard sebagai pelopor Ilmu Wilayah yang mengkaji terjadinya hubungan sebab-akibat dari faktor-faktor utama pembentuk
ruang wilayah, yakni faktor fisik, sosial-ekonomi, dan budaya. Kedua adalah Hirschmann era 1950-an yang memunculkan teori polarization effect dan
trickling-down effect dengan argumen bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan unbalanced development. Ketiga adalah Myrdal era
1950-an dengan teori yang menjelaskan hubungan antara wilayah maju dan wilayah belakangnya dengan menggunakan istilah backwash and spread effect.
Keempat adalah Friedmann era 1960-an yang lebih menekankan pada pembentukan hirarki guna mempermudah pengembangan sistem pembangunan
Universitas Sumatera Utara
yang kemudian dikenal dengan teori pusat pertumbuhan. Terakhir adalah Douglass era 70-an yang memperkenalkan lahirnya model keterkaitan desa –
kota rural – urban linkages dalam pengembangan wilayah. Keberadaan landasan teori dan konsep pengembangan wilayah diatas
kemudian diperkaya dengan gagasan-gagasan yang lahir di Indonesia. Diantaranya adalah Sutami era 1970-an dengan gagasan bahwa pembangunan
infrastruktur yang intensif untuk mendukung pemanfaatan potensi sumberdaya alam akan mampu mempercepat pengembangan wilayah. Poernomosidhi era
transisi memberikan kontribusi lahirnya konsep hirarki kota-kota dan hirarki prasarana jalan melalui Orde Kota. Akil, 2003 Selanjutnya Akil, 2003
menjelaskan, Diwiryo era 1980-an yang memperkenalkan konsep pola dan struktur ruang yang bahkan menjadi inspirasi utama bagi lahirnya UU No.241992
tentang Penataan Ruang. Pada periode 1980-an ini pula lahir Strategi Nasional Pembangunan Perdesaan SNPP sebagai upaya untuk mewujudkan sitem kota-
kota nasional yang efisien dalam konteks pengembangan wilayah nasional. Pada era 90-an, konsep pengembangan wilayah mulai diarahkan untuk
mengatasi kesenjangan wilayah, misal antara kawasan timur Indonesia dan kawasan barat Indonesia, antar kawasan dalam wilayah pulau, maupun antara
kawasan Perdesaan dan perdesaan. Perkembangan terakhir pada awal abad millennium bahkan mengarahkan konsep pengembangan wilayah sebagai alat
untuk mewujudkan integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan pemahaman teoritis dan pengalaman empiris diatas, maka secara konseptual
pengertian pengembangan wilayah dapat dirumuskan sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya,
Universitas Sumatera Utara
merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor
pembangunan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah NKRI.
Menurut Sandy dalam Sirojuzilam dan Mahalli, 2010 pengembangan wilayah adalah pelaksanaan pembangunan Nasional di suatu wilayah yang
disesuaikan dengan kemampuan fisik dan social wilayah tersebut dan serta mentaati peraturan perundangan yang berlaku.
Dari beberapa teori tentang pengembangan wilayah diharapkan adanya perubahan yang mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan
masyarakat. Dengan demikian upaya peningkatan kesejahtraan masyarakat akan dapat tercapai dan semakin membuka kesempatan bagi masyarakat untuk
melakukan pengembangan diri.
2.7. Kerangka Pemikiran.