lambang koperasi . Nilai dari evaluasi direfleksikan bersama observer dan guru untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada siklus 1.
Pada siklus 2, siswa kembali diberi satu gulungan kertas yang berisi nomor kelompok dan ketuanya masih sama seperti pada siklus 1. Kegiatan
belajarnya juga sama seperti pada siklus 1 namun dengan materi dan anggota kelompok yang berbeda. Materi yang disampaikan peneliti adalah modal,
usaha dan macam-macam koperasi. Evaluasi siklus 2 dilaksanakan pada pertemuan ke-4. Guru memberikan soal evaluasi yang dikerjakan secara
individu sebanyak 15 soal pilihan ganda untuk mengecek pemahaman siswa tentang materi tersebut. Nilai dari evaluasi direfleksikan bersama observer dan
guru untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada siklus 2 dan perbedaan dengan hasil evaluasi siklus 1.
C. Penelitian-penelitian yang Relevan
Maran 2007 meneliti tentang efektivitas model Jigsaw dalam peningkatan pemahaman siswa pada konsep gerak di kelas XI IPA SMAK
Frateran Podor Larantuka. Berdasarkan Uji T nilai Pre-Test, T
obs
-0,289 menunjukkan tidak ada perbedaan secara signifikan. T
obs
nilai Pre-Test dan Post-Test
kelas kontrol adalah 5,755 dan kelas eksperimen adalah -15,54. Hal ini menunjukkan perbedaan secara signifikan. Kesimpulannya pada analisis
kualitatif peningkatan pemahaman untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol.
Rusianto 2010 meneliti tentang upaya peningkatan minat dan prestasi belajar matematika pada materi logika, melalui pembelajaran kooperatif tipe
student teams achievement division STAD dikalangan siswa kelas X elektro
SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta. Peningkatan minat siswa pada siklus satu 67,28 menjadi 68,52 pada siklus kedua. Penguasaan siswa tehadap materi
pembelajaran menunjukkan peningkatan sebesar 3,7. Pada siklus 1, diperoleh rata-rata hasil evaluasi kelompok dn evaluasi pribadi sebesa 87,91 sedangkan
pada silus 2 diperoleh 91,61. Kesimpulannya bahwa dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD Student Teams Achievement
Divisions dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika siswa.
Susanto 2010 meneliti tentang peningkatan prestasi belajar menggunakan model Cooperative Learning teknik Jigsaw dalam mata peajaran IPS siswa
kelas IV SD Kanisius Gowongan. Peningkatan prestasi belajar siswa ditandai dengan naiknya nilai rata-rata kelas dan prosentase ketuntasan. Nilai rata-rata
pada kondisi awal 53,69 mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 69,37 dengan prosentase ketuntasan sebesar 62,5. Pada siklus II diperoleh nilai
rata-rata sebesar 81,25 dengan prosentase ketuntasan sebesar 81,25. Kesimpulannya
adalah pembelajaran
dengan menggunakan
model Cooperative Learning
teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan semester genap tahun pelajaran
20092010 dalam mata pelajaran IPS. Sodhiq 2010 meneliti tentang peningkatan prestasi belajar
menggunakan model Cooperative Learning teknik Jigsaw dalam mata
pelajaran IPS siswa kelas V SDN Tidar Magelang. Peningkatan prestasi belajar siswa ditandai dengan nilai rata-rata ulangan kelas pada kondisi awal
58,89 meningkat pada akhir siklus pertama yaitu 64,42 dan pada akhir siklus kedua mencapai 75,38. Kesimpulan penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa model Cooperative Learning teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN Tidar 7 Magelang Tahun Pelajaran
20092010 dalam mata pelajaran IPS. Hasil penelitian-penelitian di atas mengemukakan bahwa penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa, dan bentuk pembelajaran kooperatif dapat juga
meningkatkan minat belajar siswa. Peneliti menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw guna memperkaya hasil penelitian mengenai penerapannya untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa
sekolah dasar.
D. Kerangka Berpikir