Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Banyak media pembelajaran yang dapat guru gunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran, namun seringkali sekolah terbentur pada kendala kemampuan dalam pengadaannya. Terutama saat dihadapkan pada harga media yang harus dibelanjakan tidak dapat terjangkau oleh sekolah. Menghadapi hal ini sekolah melalui para guru harus memiliki daya kreasi yang tinggi agar dapat menciptakan sendiri media pembelajaran tersebut. Dalam proses belajar mengajar masih ditemui adanya kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sehingga penggunaan media tiga dimensi diharapkan turut dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan awal siswa yang dimaksud dengan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia memiliki kegiatan instruksional. 4 Salah satu media pembelajaran yang peneliti maksudkan adalah media tiga dimensi, yaitu bentuk-bentuk bangun ruang seperti limas segitiga, limas segiempat, balok, kubus, prisma tegak segitiga, prisma tegak segilima, tabung dan kerucut yang dibuat dari bahan dasar karton. Media tiga dimensi dapat digunakan untuk membantu pemahaman siswa terkait materi yang masih abstrak. karena media tiga dimensi dapat menunjukkan tampaknya suatu benda yang masih abstrak menjadi suatu benda yang bersifat konkret. Untuk itu, dalam pembelajaran matematika pada materi bangun ruang, informasi yang diterima oleh siswa akan lebih optimal jika pada pelaksanaan pembelajarannya guru menggunakan media tiga dimensi. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka kiranya perlu diadakan suatu penelitian tindakan kelas PTK. Dalam hal ini penulis mengangkat judul “Penggunaan Media Tiga Dimensi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa”. 4 Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2006, h. 103

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat dikemukakan, antara lain: 1. Kualitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah. 2. Proses pembelajaran matematika yang terjadi masih satu arah yaitu guru sebagai pusat pembelajaran teacher center 3. Pembelajaran yang disampaikan guru masih bersifat abstrak 4. Minimnya penggunaan media pendukung pembelajaran matematika. 5. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini masalah yang disajikan dibatasi pada: 1. Media yang digunakan oleh peneliti adalah media tiga dimensi, yaitu bentuk- bentuk bangun ruang sederhana seperti prisma tegak, balok, kubus, tabung, limas dan kerucut yang dibuat dari bahan kertas karton. 2. Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif yang meliputi aspek kemampuan memahami, mengaplikasikan dan kemampuan menganalisis.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penggunaan media tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa? 2. Apakah hasil belajar matematika siswa meningkat setelah diajarkan dengan menggunakan media tiga dimensi?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan media tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa meningkat setelah diajarkan dengan menggunakan media tiga dimensi. Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Bagi guru Diharapkan akan dapat membantu mempermudah guru dalam menyampaikan materi bangun ruang dan untuk menambah literature guru tentang media pembelajaran. 2. Bagi siswa Untuk belajar, khususnya dalam mempelajari mata pelajaran matematika tanpa rasa jenuh. Siswa juga diharapkan mampu meningkatkan keaktifan mereka di kelas dalam memahami konsep bangun ruang. 3. Bagi sekolah Dapat dijadikan bahan pertimbangan atau pijakan bagi lembaga sekolah sekaligus sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan hasil belajar siswa dan bagi saya selaku peneliti Sebagai sarana untuk menambah wawasan tentang pembelajaran di sekolah dan sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam mengimplementasikan media tiga dimensi di lapangan secara langsung. 7

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI

TINDAKAN

A. Pengertian Belajar

Menurut Bachtiar belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga dia ke liang lahat nanti. Salah pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan kognitif dan keterampilan psikomotor maupun yang menyangkut nilai dan sikap afektif, 1 sedangkan pengertian belajar menurut Dr. Nana Sudjana bahwa belajar dan mengajar sebagai suatu proses yang mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan yakni tujuan pembelajaran instruksional, pengalaman proses belajar mengajar dan hasil belajar. 2 Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran atau media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. 3 Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. 4 Perubahan tingkah laku akibat belajar dapat berupa perolehan 1 Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2006, h. 2 2 Dr. Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h.2 3 Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2006, h. 11-12 4 H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Pedoman Ilmu Jaya: Jakarta, 2010, h. 54 perilaku yang baru atau perbaikan perilaku yang sudah ada. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat perilaku yang baik positif atau perilaku yang buruk negatif. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali, seperti perubahan perilaku akibat alkohol atau minuman keras. Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek kepribadian tingkah laku individu, baik perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya. Belajar dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau di luar sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku yang baik, sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan perubahan perilaku yang positif atau negatif. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang di harapkan dapat di kuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang di miliki siswa setelah siswa tersebut menerima pengalaman belajarnya. 5

1. Ciri-ciri dan kriteria kegiatan belajar

Berdasarkan pengertian belajar yang telah diuraikan di atas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut: 1 Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar dalam arti perubahan tingkah laku baik aktual maupun potensial. 5 Dr. Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya: Jakarta , 1989, h. 22