22
hasil brownies dapat terkontaminasi oleh bakteri yang bias menyebabkan keracunan.
Faktor pengukuran bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan brownies sebelumnya harus ditimbang secara teliti dan tepat Agar brownies yang
dihasilkan optimal. Pada saat pengadukan gula dengan telur, pengadukan dilakukan tidak terlalu lama, hanya sampai telur dan gula tercampur dan tidak
terlalu mengembang, karena tekstur dari brownies yang tidak memerlukan pengembangan. Jika terlalu mengembang maka tekstur brownies akan menyerupai
cake. Faktor suhu mengovenan sangat mempengaruhi brownies yang dihasilkan,
jika suhu terlalu panas maka brownies akan cepat kering dan mudah pecah. Jika suhu pengovenan kurang maka brownies akan lebih lama matangnnya dan
cenderung tambah bantat. Pada saat pengovenan suhu atas lebih tinggi dari pada suhu bawah. Suhu pengovenan api atas 160
C suhu api bawah 150 C. Waktu
pengovenan dilakukan dalam waktu 60 menit. Faktor penyimpanan brownies dapat mempengaruhi daya simpan brownies, pada
saat penyimpanan brownies dikemas dalam mika yang tertutup dan bersih agar daya simpan brownies lebih tahan lama.
2.2 Tinjauan Tentang Talas
Talas Colocasia gigantea Hook F. Merupakan umbi tropis yang tumbuh sebagian besar di daerah tropis dan subtropis di dunia Aboubakar et al. 2008.
Talas memilki kandungan Protein dan lemak rendah tetapi tinggi karbohidrat,
23
serat dan mineral Del Rosario dan Lorenz 1999 dan memiliki 70 sampai 80 pati Jane et al.1992.
Tepung talas yang telah kering dan digiling mengandung pati yang baik untuk pencernaan dan karena itu banyak digunakan sebagai makanan bayi Del Rosario
dan Lorenz 1999. Talas memiliki umur yang pendek karena kadar air tinggi dan dapat membusuk setelah 2 minggu pasca panen. Dalam rangka meminimalkan
kerugian umbi, talas harus dikonversi agar tahan lama dengan diolah menjadi makanan tertentu. Aboubakar dkk. 2008. Salah satu cara untuk menjaga
ketahanan talas adalah dengan memproses talas menjadi tepung dan pati Perez et al.2005.
Sifat tepung talas berbeda secara signifikan dari tepung lainnya. Hasil menunjukkan bahwa tepung talas memiliki tingkat absorpsi atau mampu
menyerap air dan lemak tinggi dibandingkan dengan tepung lainnya. Umbi talas memilki berbagai macam bentuk yang sangat tergantung dengan lingkungan
tempat tumbuhnya serta varietasnya. Umumnya talas yang tersebar di Indonesia memiliki bentuk kerucut, silindris, atau elips, sedangkan sebagian kecil daerah
memproduksi talas dengan bentuk umbi membulat, halter, memanjang dan tandan.
Jenis-jenis talas adalah sebagai berikut. 1. Talas Bogor
Salah satu talas yang digemari oleh orang ialah Colocasia esculenta L. Schoot atau talas Bogor. Umbi talas bogor berbentuk silinder sampai agak membulat,
bentuknya besar dan berwarna coklat.
24
Gambar 2.2. Talas Bogor 2. Talas Kimpul Belitung
Kimpul tergolong tumbuhan berbunga ” Agiospermae ” dan berkeping satu “Monocotylae“. Daunnya hijau muda karena tangkai daunnya yang hijau muda
mempunyai garis ungu. Bentuk umbi kimpul silinder hingga agak bulat, terdapat ruas dengan beberapa bakal tunas. Kulit umbi mempunyai tebal sekitar 0,01
–0,1 cm, sedangkan korteksnya setebal 0,1 cm.
Gambar 2.3 Talas Belitung 3. Talas padang
Talas padang Colocasia gigantea Hook F. hampir sama dengan jenis talas lainnya Perbedaannya ialah pada ukuran pohonnya yang lebih besar, bisa
mencapai tinggi 2 meter dan tangkai daunnya yang ditutupi lapisan lilin putih, serta urat-urat daunnya yang lebih kasar. Nurcahya 2015:19
25
Gambar 2.4 Talas Padang Tabel 2.4 Kandungan kimia umbi talas
Sumber: Lingga, dkk. 1990 Dalam penelitian ini talas yang digunakan adalah jenis talas padang Colocasia
gigantea Hook F. Kandungan gizi
Jumlah Energi kal
120,00 Protein g
1,50 Lemak g
0,30 karbohidrat g
28,20 Serat g
0,70 Abu g
0,80 Kalsium mg
31,00 Posfor mg
67,00 Besi mg
0,70 Karoten mg
Vitamin B1 mg 0,05
Vitamin C mg 2,00
Air g 69,20
26
2.3 Tinjauan Tentang Tepung Talas