25 4
Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani. 5
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sedangakan menurut Bloom dalam Suprijono 2010: 6-7, hasil belajar
mancakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan penjelasan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
dampak dari perubahan yang terjadi pada seluruh aspek pada diri siswa tersebut. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk
menilai hasil belajar bukan hanya dari hasil pengerjaan soal oleh siswa, namun aktivitas belajar siswa juga berkaitan erat dengan hasil belajar siswa. Hasil belajar
merupakan hal-hal yang diperoleh dari faktor-faktor pengalaman dimana aktivitas belajar siswa dapat dijadikan gambaran bagaimana usaha siswa untuk memaknai
setiap proses pengalaman belajar yang dilaluinya.
2.1.5 Karakteristik Siswa SD
Setelah memahami mangenai keterkaitan antara performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa, hal penting lainya yang harus dipahami adalah
pembentukan siswa SD sebagai tujuan akhir pembelajaran. Supaya performansi guru dapat memberikan pengaruh pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar
siswa, maka guru harus memahami betul bagaimana karakterisrik siswa SD. Pemahaman guru yang baik mengenai karakteristik siswa SD akan mempermudah
26 guru dalam menentukan tindakan yang baik kepada siswa SD sehingga aktivitas
dan hasil belajar siswa SD terus meningkat. Menurut Piaget dalam Soeparwoto 2007: 85 tahap perkembangan kognisi individu didasarkan pada 4 stadium
antara lain: 1 Periode sensori motorik usia 0–18 bulan atau 0-2 tahun dimana individu lebih banyak menggunakan penginderaan untuk menerima rangsangan
dari luar dan meresponnya hanya dengan gerakan motorik saja; 2 Periode praoperasional usia 18 bulan–7 tahun pada tahap ini individu melalui tahap
collective monolog dimana individu memiliki sifat egosentris dan hubungan dengan orang lain sedikit sekali; 3 Periode operasional konkret usia 7–11
tahun dimana individu sudah mulai bisa menerapkan konsep-konsep yang ia pahami meski masih terbatas pada benda-benda nyatakonkret; 4 Periode
operasional formal usia 11 tahun ke atas, pada tahap ini individu sudah bisa mengaplikasikan konsep-konsep pada hal-hal yang abstrak, tidak harus berwujud
benda nyata. Siswa sekolah dasar pada umumnya berada pada tahap akhir periode
praoperasional, periode pra operasional konkret, dan awal periode operasional formal. Siswa SD kelas rendah masih sulit untuk dapat bersosialisasi dengan
orang lain maka guru perlu mengembangkan jiwa sosial anak melalui proses pembelajaran. Diawali dengan mengenalkan diri dengan teman baru proses
sosialisasi harus dilaksanakan oleh guru. Pemikiran siswa SD masih bersifat konkret belum menangkap hal yang abstrak. Oleh karena itu apabila dalam proses
pembelajaran guru mengggunakan metode ceramah semata, itu akan memberikan gambaran yang sulit kepada siswa untuk memahami materi pelajaran. Selanjutnya
27 adalah siswa mulai mengembangkan pikiran formalnya, mereka bisa mencapai
rasio dan dapat menggunakan abstraksi. Melibatkan mereka untuk aktif dalam suatu kegiatan akan memberikan akibat yang lebih positif.
2.1.6 Hakikat Pembelajaran IPA di SD