1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar tujuan
tersebut dapat tercapai maka perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, danatau latihan. Kegiatan utama dalam pendidikan di sekolah adalah kegiatan
pembelajaran. Slameto 2010:2 menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kualitas pembelajaran merupakan salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan yang ditandai dengan hasil belajar yang baik. Sudjana 2009:22 menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran,
siswa diharapkan memiliki kemampuan, sikap dan keterampilan yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Horwart Kingsley dalam Sudjana, 2009:22 membagi tiga macam hasil belajar, yakni a keterampilan dan kebiasaan, b pengetahuan dan
pengertian, c sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne dalam
Sudjana, 2009:22 membagi lima kategori hasil belajar, yakni a informasi verbal, b keterampilan intelektual, c strategi kognitif, d sikap, dan e
keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Bloom dalam Sudjana 2009: 22-23 yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni:
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris, yakni a gerakan refleks, b keterampilan gerakan dasar, c kemampuan perseptual, d keharmonisan atau ketepatan, e gerakan
keterampilan kompleks, dan f gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah
tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai
isi bahan pengajaran. Program keahlian akuntansi adalah salah satu program keahlian yang
khusus memperdalam ilmu akuntansi di SMK konsentrasi Bisnis dan Manajemen. Akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan,dan
pengamatan data keuangan organisasi. Mata diklat akuntansi merupakan mata diklat produktif dalam kurikulum SMK Bisnis dan manajemen program keahlian
akuntansi yang mempelajari suatu teori beserta praktik akuntansi dimana setiap proses tahap yang satu dengan yang lain saling terkait sehingga membutuhkan
penguasaan teori yang mantang dan pelaksanaan praktik yang teliti. Siswa
program keahlian akuntansi diprioritaskan untuk memperdalam ilmu akuntansi, untuk itu penguasaan materi dan keterampilan praktik akuntansi harus seluruhnya
tuntas. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang
diungkapkan oleh Slameto 2010:54-72, yaitu faktor-faktor intern seperti faktor jasmaniah kesehatan, cacat tubuh, faktor psikologis intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan faktor kelelahan. Selain faktor intern juga terdapat faktor-faktor ekstern misalnya faktor keluarga cara orang tua
mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan, faktor sekolah
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah, faktor masyarakat kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, hasil belajar
akuntansi di SMK NU 01 Kendal masih belum maksimal. KKM yang ditentukan oleh SMK NU 01 Kendal yaitu sebesar 70,0 dan keberhasilan klasikal 75.
Berikut ini adalah nilai mata pelajaran Jurnal Khusus siswa kelas X Akuntansi SMK NU 01 Kendal tahun ajaran 20112012 yang terdiri dari nilai ulangan harian,
mid semester dan ulangan akhir semester, yang kemudian diolah sehingga nampak sebagai tabel berikut:
Tabel 1.1 Daftar Nilai Jurnal Khusus
Kelas X Akuntansi Semester Genap Tahun 20112012 No
Kelas Jumlah
Tuntas Tidak
Tuntas
1 X Akuntansi 1
39 13
33 26
67 2
X Akuntansi 2 38
34 89
4 11
3 X Akuntansi 3
28 8
29 20
71
Jumlah
105 55
50 Sumber: Daftar nilai jurnal khusus tahun 20112012 pada lampiran 4
Berdasarkan tabel di atas dari jumlah 105 siswa, ada siswa yang memiliki nilai jurnal khusus diatas 70 yaitu 55 siswa atau sekitar 52 . Dari data tersebut
juga dapat diketahui bahwa masih ada siswa yang belum mencapai KKM yaitu sebanyak 50 siswa atau sekitar 48. Sedangkan ketuntasan klasikal yang di
tetapkan oleh sekolah sebesar 75, ini menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar jurnal khusus masih dibawah ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu hasil belajar perlu dikaji dalam penelitian ini. Kesiapan belajar merupakan salah satu faktor intern yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Kesiapan atau readiness menurut Slameto 2010:59 adalah kesediaan untuk memberi respon atau berinteraksi. Kondisi
siswa yang siap menerima pelajaran dari guru, akan berusaha merespon atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Untuk dapat memberi jawaban
yang benar tentunya siswa harus mempunyai pengetahuan dengan cara membaca dan mempelajarai materi yang akan diajarkan oleh guru. Dalam mempelajari
materi tentunya siswa harus mempunyai buku pelajaran dapat berupa buku paket dari sekolah maupun buku diktat lain yang masih relevan digunakan sebagai
acuan untuk belajar. Kesiapan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga
berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar,
karena jika siswa belajar dan siswa tersebut sudah memiliki kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Hasil belajar yang baik juga dapat diperoleh apabila
lingkungan sekitar siswa dapat memberikan dukungan yang positif misalnya lingkungan keluarga.
Untuk mengetahui kondisi awal siswa di SMK NU 01 Kendal, maka peneliti menyebarkan angket secara random kepada 26 siswa. Angket tersebut
berisi pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi siswa, ternyata dari hasil angket tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa di SMK NU 01 Kendal ketika guru
akan memulai pelajaran, guru selalu mereview materi pertemuan sebelumnya. Siswa selalu dituntut untuk bisa memahami materi yang sudah dipelajari. Guru
memberikan beberapa pertanyaan, siswa yang mampu menjawab akan di berikan reward dari guru yaitu berupa nilai tambah. Kondisi kesehatan atau kondisi fisik
siswa rata-rata dalam kondisi baik. Kondisi kesehatan ini dapat dilihat dari absensi siswa, jarang sekali siswa yang absen karena sakit. Berdasarkan hasil observasi
awal di SMK NU 01 Kendal, diketahui kesiapan belajar siswa dalam kondisi siap, seperti terlihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.2 Data Tingkat Kesiapan Belajar Siswa Kelas X Akuntansi
Tahun Ajaran 20112012 No
Interval Persentase
Frekuensi Persentase
Kriteria
1 17-18
6 23.08
Sangat Siap 2
15-16 14
53.85 Siap
3 13-14
6 23.08
Kurang Siap 4
11-12 Tidak Siap
Jumlah
26 100
Sumber: Data diolah tahun 2013 lampiran 2 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa kondisi kesiapan belajar siswa dalam
keadaan siap. Hal ini dapat dilihat melalui penyebaran angket kepada 26 siswa. Hasilnya menunjukkan terdapat 23,08 siswa dengan kriteria sangat siap, 53,85
siswa dengan kriteria siap, 23,08 dengan kriteria kurang siap, dan 0,00 dengan kriteria rendah. Dengan melihat kondisi di atas, maka kesiapan belajar siswa perlu
dikaji dalam penelitian ini. Penelitian yang dapat mendukung penelitian ini adalah penelitian yang
telah dilakukan oleh Bayuningtiyas 2012 menyatakan bahwa kontribusi kesiapan belajar, lingkungan keluarga, dan pemanfaatan perpustakaan terhadap hasil belajar
akuntansi pokok bahasan kertas kerja secara simultan adalah sebesar 52,8. Sedangkan besarnya pengaruh secara parsial untuk kesiapan belajar adalah
sebesar 8,01. Besarnya pengaruh secara parsial untuk lingkungan keluarga adalah sebesar 12,96 dan pemanfaatan perpustakaan sekolah sebesar 12,32.
Dengan adanya kesiapan belajar, lingkungan keluarga, dan pemanfaatan perpustakaan dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi.
Lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Tu’u 2004: 16 pengaruh pertama
dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah pengaruh keluarga. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama
dalam membentuk kepribadian setiap individu. Cara orang tua mendidik anaknya akan memberikan pengaruh besar kepada anaknya yang sedang belajar. Hal ini
jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo dalam Slameto,2010:61 dengan pernyataannya yang menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran
besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan tersebut, dapat dipahami betapa pentingnya peranan
keluarga di dalam pendidikan anaknya. Sebetulnya relasi antaranggota keluarga ini juga erat hubungan dengan cara orang tua mendidik anaknya. Apabila cara
orang tua mendidik anaknya menunjukkan relasi yang kurang baik, maka akan menyebabkan perkembangan anak tersebut menjadi terhambat, belajarnya
terganggu dan bahkan dapat menimbulkan masalah-masalah psikologis yang lain. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang
baik dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh dengan pengertian, kasih sayang, disertai bimbingan dan bila perlu adanya
hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri. Suasana rumah juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar anak. Suasana rumah
yang gaduh atau ramai tidak akan memberikan ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang memiliki
banyak penghuninya. Agar anak dapat belajar dengan baik maka perlu diciptakan
suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam susana rumah yang tenang dan tentram selain anak menjadi kerasan di rumah, anak juga dapat belajar dengan
baik. Keadaan ekonomi juga sangat erat hubungannya dengan belajar anak. Anak
yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas untuk belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis, buku-buku dan sebagainya. Fasilitas belajar itu hanya akan terpenuhi apabila keluarga mempunyai cukup uang. Selain itu, anak belajar juga
perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah
semangat, orang tua wajib memberikan pengertian dan mendorongnya membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu
menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya. Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi sikap anak dalam
belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasan-kebiassaan yang baik, agar mendukung semangat anak untuk belajar. Karena lingkungan keluarga merupakan
lingkungan pertama bagi siswa, maka para orang tua seharusnya selalu memperhatikan pendidikan anak-anaknya di sekolah. Namun, masih banyak orang
tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya di sekolah. Informasi lain yang peneliti peroleh dari penyebaran angket tersebut yaitu
sebagian besar orang tua dari siswa memiliki pekerjaan sebagai petani. Walaupun demikian, sebagian besar keluarga siswa selalu menciptakan suasana yang tenang
untuk belajar misalnya dengan menyediakan ruangan khusus untuk belajar yang
jauh dari keramaian ruang televisi. Disamping itu juga, orang tua selalu memenuhi alat-alat belajar yang dibutuhkan siswa. Berdasarkan hasil observasi
awal di SMK NU 01 Kendal, diketahui lingkungan keluarga dalam kondisi sangat baik, seperti terlihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.3 Data Kondisi Lingkungan Keluarga Siswa Kelas X Akuntansi
Tahun Pelajaran 20112012 No
Interval Persentase
Frekuensi Persentase
Kriteria
1 17-19
15 57,69
Sangat Baik 2
14-16 3
11,54 Baik
3 11-13
6 23,08
Kurang Baik 4
8-10 2
7,69 Tidak Baik
Jumlah
26 100
Sumber: Data diolah tahun 2013 pada lampiran 2 Tabel 1.3 menunjukkan bahwa lingkungan keluarga dalam kondisi sangat
baik. Hal ini dapat dilihat melalui penyebaran angket kepada 26 siswa, hasilnya terdapat 57,69 dengan kriteria sangat baik,11,54 dengan kriteria baik, 23,08
dengan kriteria kurang baik, dan 7,69 dengan kriteria tidak baik. Melihat kondisi di atas, maka lingkungan keluarga perlu dikaji dalam penelitian ini.
Penelitian yang dapat mendukung penelitian ini khususnya variabel lingkungan keluarga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suwardi 2012 yang
menyimpulkan bahwa terdapat 6 enam faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu 1 Faktor psikologi siswa 27,54, 2 Faktor lingkungan
masyarakat 10,18, 3 Faktor lingkungan keluarga 8,70, 4Faktor pendukung belajar 6,98, 5 Faktor lingkungan masyarakat 6,50, 6Faktor
waktu sekolah 6,23. Faktor yang memberikan kontribusi paling besar yaitu faktor psikologi siswa sebesar 27,54 dan faktor dengan kontribusi paling kecil
yaitu faktor waktu sekolah sebesar 6,23. Faktor psikologi siswa terdiri dari kesulitan mengerjakan tugas, nilai pelajaran, bakat siswa, minat, kesiapan, dan
motivasi. Faktor ekstern lainnya yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
pemanfaatan perpustakaan. Dengan kegiatan belajar mengajar peranan siswa tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru saja, tetapi siswa juga dituntut untuk
berperan aktif dalam mencari materi pelajaran. Pemanfaatan perpustakaan ini dapat dilihat dari frekuensi siswa mengunjungi perpustakaan, intensitas siswa
memanfaatkan perpustakaan, motif atau tujuan siswa mengunjungi perpustakaan serta koleksi buku yang ada di perpustakaan.
Informasi lain yang peneliti dapatkan adalah sebagian besar siswa, lebih dari 2 kali dalam seminggu mengunjungi perpustakaan dan sering menghabiskan
waktu di perpustakaan. Kadang-kadang guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari materi tertentu di perpustakaan. Koleksi di perpustakaan SMK NU
01 Kendal cukup lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. Dari buku-buku pelajaran, buku-buku fiksi, novel-novel, majalah, surat kabar dan lain-lain.
Perpustakaan dilengkapi dengan seperangkat komputer yang disediakan untuk siswa. Ruangan perpustakaannya cukup luas dan nyaman untuk membaca.
Pustakawan yang ramah dan siap membantu ketika ada siswa yang mengalami kesulitan untuk menemukan buku. Berdasarkan hasil observasi awal di SMK NU
01 Kendal, diketahui bahwa pemanfaatan perpustakaan dalam kondisi baik, seperti terlihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.4 Data Tingkat Pemanfaatan Perpustakaan Siswa Kelas X Akuntansi
Tahun Pelajaran 20112012 No
Interval Persentase
Frekuensi Persentase
Kriteria
1 18-21
3 11,54
Sangat Baik 2
14-17 12
46,15 Baik
3 10-13
7 26,92
Kurang Baik 4
6-9 4
15,38 Tidak Baik
Jumlah
26 100
Sumber: Data diolah tahun 2013 pada lampiran 2 Tabel 1.4 menunjukkan bahwa pemanfaatan perpustakaan sudah dalam
kondisi baik. Hal ini dapat dilihat melalui penyebaran angket kepada 26 siswa, terdapat 11,54 dengan kriteria sangat baik, 46,15 dengan kriteria baik, 26,92
dengan kriteria kurang baik, dan 15,38 dengan kriteria tidak baik. Dengan melihat kondisi di atas, maka pemanfaatan perpustakaan sekolah di SMK NU 01
Kendal perlu dikaji dalam penelitian ini. Penelitian yang dapat mendukung penelitian ini khususnya variabel
pemanfaatan perpustakaan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Millah 2010 yang menyatakan bahwa Pemanfaatan perpustakaan sekolah dan motivasi belajar
siswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI Ilmu Sosial IS SMA Negeri 1 Rembang Semester 1 Tahun
Ajaran 20092010 ditunjukkan nilai dari uji F sebesar 30,962 dengan harga signifikan p-value 0,000. Adapun pengaruh pemanfaatan perpustakaan dan
motivasi belajar terhadap hasil belajar sebesar 48,4. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor kesiapan
belajar siswa, lingkungan keluarga dan pemanfaatan perpustakaan dalam kondisi baik, namun hasil belajar siswanya masih kurang baik. Di dalam teori, apabila
faktor-faktor tersebut sudah baik, maka hasil belajar pun akan baik. Pada kenyataannya di SMK NU 01 Kendal, faktor-faktor tersebut dalam keadaan yang
baik, namun hasil belajar siswanya masih belum optimal. Maka dari itu, peneliti akan melakukan penelitian yang akan mengkaji bagaimana pengaruh kesiapan
belajar, lingkungan keluarga dan pemanfaatan perpustakaan terhadap hasil belajar pada siswa kelas X Akuntansi SMK NU 01 Kendal tahun ajaran 20122013.
Karena faktor-faktor tersebut sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran siswa. Maka besar kemungkinan faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh
terhadap hasil belajar. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Kesiapan Belajar, Lingkungan Keluarga Dan Pemanfaatan Perpustakaan Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Jurnal Khusus Kelas
X Akuntansi SMK NU 01 Kendal Tahun ajaran 20122013
”.
1.2 Rumusan Masalah