49
pembelajaran untuk sebuah proses pembelajaran. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi
internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran
berbasis web.
2.6 Guru Sebagai Agen Pembelajaran
2.6.1 Pengertian Guru
Secara definisi sebutan guru tidak termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas. Di dalam UU tersebut, kata guru
dimasukkan ke dalam genus pendidik. Guru dan pendidik merupakan dua hal yang berbeda. Kata pendidik Bahasa Indonesia merupakan padanan dari kata
educator Bahasa Inggris. Di dalam Kamus Webster kata educator berarti educationist atau educationalist yang padanannya dalam bahasa Indonesia adalah
pendidik, spesialis bidang pendidikan atau ahli pendidikan. Kata guru bahasa Indonesia merupakan padanan dari kata teacher bahasa Inggris. Di dalam
Kamus Webster, kata teacher bermakna sebagai The person who teach, especially in school atau guru adalah seseorang yang mengajar, khususnya di sekolah
Supriyadi, 2011: 1-2. Menurut Uno 2009: 15 guru adalah orang dewasa yang secara sadar
bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang
program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta
50
didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.
Dalam Standar Nasional Pendidikan SNP Pasal 28, dikemukakan bahwa: “pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Menurut Mulyasa 2008: 53 yang
dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran learning agent adalah peran pendidik antara lainsebagai fasilitator, motivator,pemacu dan pemberi
inspirasi belajar bagi peserta didik.
2.6.2 Guru Sebagai Fasilitator
Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar
facilitate oflearning kepadaseluruh peserta didik,agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan
berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Sebagai fasilitator, tugas guru yang paling utama adalah
„to facilitate of learning” memberi kemudahan belajar, bukan hanya menceramahi, atau
mengajar, apalagi menghajar peserta didik, kita memerlukan guru yang demokratis, jujur dan terbuka, serta siap dikritik oleh peserta didiknya.
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 tujuh sikap, berikut ini penjelasannya:
1 Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang
terbuka;
51
2 Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan
perasaannya; 3
Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun;
4 Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik
seperti halnya terhadap bahan pembelajaran; 5
Dapat menerima balikan feedback, baik yang sifatnyapositif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadapdiri
dan perilakunya; 6
Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran; dan
7 Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanyamereka sudah tahu
prestasi yang dicapainya. Singkatnya, guru itu harus siap menjadi fasilitator yang demokratis
profesional, karena dalam kondisi perkembangan informasi, teknologi, dan globalisasi yang begitu cepat, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam hal
tertentu peserta didik lebih pandai atau lebih dulu tahu dari guru.
2.6.3 Guru Sebagai Motivator