ÿ
AB A
B A
A A
ÿ
Badan Perencanaan Pembangunan Penyusunan Materplan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Jember
Halaman 24 A
B
Lembaga Penelitian
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah merupakanpenerimaan Daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah Daerah. Menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup: 1. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan,
2. Jasa Giro, 3. Pendapatan Bunga,
4. Penerimaan atas Tuntutan Ganti Kerugian Daerah, 5. Penerimaan Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh Daerah,
6. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar Rupiah terhadap Mata Uang Asing,
7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, 8. Pendapatan denda pajak,
9. Pendapatan denda retribusi, 10. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan,
11. Pendapatan dari pengembalian, 12. Fasilitas sosial dan fasilitas umum,
13. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dan 14. Pendapatan dari angsuran cicilan penjualan.
2.3. Permasalahan Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah
PAD diharapkan dapat menjadi variabel utama dalam struktur penerimaan daerah yang menjadi indikasi kemandirian suatu daerah. PAD
diharapkan dapat menjadi penopang utama struktur pembiayaan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. Namun, pada kenyataannya
kontribusi PAD dalam struktur penerimaan daerah masih relatif kecil.
AB A
B A
A A
Badan Perencanaan Pembangunan Penyusunan Materplan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Jember
Halaman 25 A
B
Lembaga Penelitian
Kenyataan menunjukkan banyak daerah yang masih tergantung pada bantuan pemerintah pusat dalam pembiayaannya karena minimnya PAD.
Menurut Kuncoro 2004, beberapa hal yang dianggap menjadi penyebab utama rendahnya PAD sehingga menyebabkan tingginya
ketergantungan daerah terhadap pusat, meliputi: 1. Kurang
berperannya Perusahaan
Daerah sebagai
sumber pendapatan daerah.
2. Tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan, karena semua jenis pajak utama yang paling produktif baik pajak langsung
maupun tidak langsung ditarik oleh pusat. 3. Kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang
bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan. 4. Alasan politis di mana banyak orang khawatir apabila daerah
mempunyai sumber keuangan yang tinggi akan mendorong terjadinya disintegrasi dan separatisme.
5. Kelemahan dalam pemberian subsidi Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang hanya memberikan kewenangan yang
lebih kecil kepada Pemerintah Daerah merencanakan pembangunan di daerahnya.
Dibalik tingginya ketergantungan daerah terhadap pusat dalam pelaksanaan otonomi daerah, Widayat 1994 mengemukakan beberapa
faktor yang mempengaruhi rendahnya penerimaan PAD antara lain adalah:
1. Banyak sumber pendapatan di kabupaten kota yang besar, tetapi digali oleh instansi yang lebih tinggi, misalnya pajak kendaraan
bermotor PKB, dan pajak bumi dan bangunan PBB. 2. Badan Usaha Milik Daerah BUMD belum banyak memberikan
keuntungan kepada Pemerintah Daerah.
AB A
B A
A A
Badan Perencanaan Pembangunan Penyusunan Materplan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Jember
Halaman 26
+
A
+
B
Lembaga Penelitian
3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, retribusi, dan pungutan lainnya.
4. Adanya kebocoran-kebocoran. 5. Biaya pungut yang masih tinggi.
6. Banyak Peraturan
Daerah yang
perlu disesuaikan
dan disempurnakan.
7. Kemampuan masyarakat untuk membayar pajak yang masih rendah.
2.4. Upaya Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah