Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Lucyanda dan Lilyana 2012 yang menyatakan bahwa perusahaan yang
memiliki free cash flow tinggi cenderung membagikan dividen yang tinggi juga.
4. Pengaruh Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio
Variabel firm size memiliki koefisien regresi positif sebesar 13,956. Hasil uji statistik t untuk variabel firm size diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000, lebih kecil dari toleransi kesalahan α = 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa variabel firm size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio.
Perusahaan dengan ukuran yang relatif besar lebih memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba yang besar sehingga dapat
membayarkan dividen kepada para investor. Penelitian
ini menunjukkan pengaruh firm size yang signifikan terhadap dividend
payout ratio, karena secara teori perusahaan besar akan lebih mudah berekspansi untuk memperluas pasar dibandingkan perusahaan kecil.
Data PT Mandom Indonesia Tbk TCID tahun 2010 – 2011
menunjukkan bahwa penambahan satuan firm size juga akan meningkatkan satuan dividend payout ratio. Pada tahun 2010, PT
Mandom Indonesia Tbk TCID memiliki firm size sebesar 27,6722 dengan dividend payout ratio sebesar 52,0084. Firm size tahun
selanjutnya sebesar 27,7540 dan dividend payout ratio juga meningkat menjadi 53,1243.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Lucyanda dan Lilyana 2012 yang menemukan bahwa firm size atau ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh positif dalam pembagian dividen.
5. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio
Variabel debt to equity ratio memiliki koefisien regresi bernilai negatif sebesar -12,477. Hasil statistik uji t untuk variabel insider
ownership diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,33 lebih kecil dari toleransi kesalahan α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa debt to
equity ratio memiliki pengaruh negatif terhadap DPR. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur
modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang pada akhirnya akan memengaruhi
besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih
diutamakan daripada pembagian dividen. Arah negatif yang ditunjukkan koefisien debt to equity ratio terhadap DPR
mengindikasikan bahwa apabila beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah.
Prihantoro 2003 menyatakan bahwa debt to equity ratio DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu,
semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Jika beban hutang tinggi, maka
kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan dividend payout
ratio. Debt to equity berpengaruh negatif pada dividend payout ratio
sebagai contoh dapat dilihat pada data PT Gudang Garam Tbk GGRM tahun 2010
– 2011. Pada tahun 2011, data PT Gudang Garam Tbk menunjukkan angka debt to equity ratio sebesar 0,4445 dengan
dividend payout ratio 40,8365. Peningkatan debt to equity ratio dialami PT Gudang Garam Tbk pada tahun berikutnya, yaitu menjadi
0,5921. Namun, dividend payout ratio justru mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 34,1501.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marietta 2013 yang menyatakan bahwa DER
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen.