tertinggi 72 tertinggi 92 Pengujian Hipotesis Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Pretest

Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes yang berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 25 butir, nilai pretest kelas eksperimen memiliki rentang atau sebaran 40 dengan nilai tertinggi 72, nilai terendah 32, dan standar deviasi 11,02 dengan banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 7 sehingga diperoleh skor rata-rata 53,2. 1 Sedangkan data yang diperoleh berdasarkan nilai pretest kelas kontrol memiliki rentang atau sebaran 40 dengan nilai tertinggi yaitu 68, nilai terendah 28, dan standar deviasi 12,96 dengan banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 7 sehingga diperoleh skor rata – rata 50,2. 2 Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol No. Nilai Pretest Eksperimen Pretest Kontrol 1.

N. tertinggi 72

68 2.

N. terendah 32

28 3. Rata-rata 53,2 50,2 4. Standar Deviasi 11,02 12,96

2. Data Posttest

Data yang diperoleh melalui tes yang berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 25 butir, nilai posttest kelas eksperimen memiliki rentang atau sebaran 40 dengan nilai tertinggi yaitu 92, nilai terendah 52, dan standar 1 Lampiran 20, h. 138-139 2 Lampiran 24, h.146-147 deviasi 10,33 dengan banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 7 sehingga diperoleh skor rata –rata 80,4. 3 Sedangkan data yang diperoleh berdasarkan nilai posttest kelas kontrol memiliki rentang atau sebaran 40 dengan nilai tertinggi 80, nilai terendah 40, dan standar deviasi 11,30 dengan banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 7 sehingga diperoleh skor rata – rata 65,8. 4 Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol No. Nilai Posttest Eksperimen Posttest Kontrol 1.

N. tertinggi 92

80 2.

N. terendah 52

40 3. Rata-rata 80,4 65,8 4. Standar Deviasi 10,33 11,30

3. Hasil Data N-gain

Hasil N-gain pada kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 0,58. Siswa yang mempunyai nilai dengan kategori tinggi sebanyak 10 siswa, sedang sebanyak 21 siswa dan rendah sebanyak 4 siswa. 5 Begitupula N-gain pada kelas kontrol termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 0,33. Siswa yang mempunyai nilai dengan kategori tinggi tidak terdapat satu siswa, sedang sebanyak 29 siswa dan rendah sebanyak 6 siswa. 6 Adapun kategorisasi N-gain kelas eksperimen dan kontrol disajikan dalam bentuk tabel 4.3. 3 Lampiran 22, h. 142-143 4 Lampiran 26, h. 150-151 5 Lampiran 17, h. 133-134 6 Lampiran 18, h. 135-136 Tabel 4.3 Kategorisasi N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol Kategorisasi Frekuensi Eksperimen Frekuensi Kontrol Tinggi 10 - Sedang 21 29 Rendah 4 6 Jumlah 35 35

4. Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains

Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal yang diamati berupa keterampilan proses sains siswa yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. 7 Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Aspek KPS Keterlaksanaan Persentase Mengamati 85,71 Klasifikasi 83,33 Menafsirkan pengamatan 66,7 Berkomunikasi 70,24 Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui persentase keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen, tampak bahwa aspek keterampilan proses sains masih tergolong rendah yaitu aspek menafsirkan pengamatan. Namun secara keseluruhan persentase aspek keterampilan proses sains kelas eksperimen mempunyai hasil observasi yang baik. 7 Lampiran 14, h. 128

5. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

Berdasarkan angket yang disebarkan kepada siswa pada akhir pembelajaran, diperoleh data mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran biologi dengan pendekatan keterampilan proses sains pada konsep ekosistem. Angket dihitung dengan menggunakan persentase sikap siswa. 8 Data disajikan dalam bentuk tabel 4.5. Tabel 4.5 Data Respon Siswa mengenai Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan KPS No Respon Respon Persentase 1 Respon siswa mengenai pembelajaran biologi dengan pendekatan keterampilan proses sains. 92,25 2 Respon siswa mengenai pelaksanaan aspek-aspek KPS. 94,85

B. Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji –t, maka terlebih dahulu dilaksanakan pengujian prasyarat analisis data berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

a. Hasil Uji Normalitas Pretest

Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai pretest kelas X.8 sebagai kelas eksperimen dan data nilai pretest kelas X.7 sebagai kelas kontrol. Untuk menguji normalitas kedua data digunakan rumus Uji Liliefors. Perhitungan uji normalitas ini disajikan pada lampiran. 9 Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut. 8 Lampiran 15, h. 129-130 9 Lampiran 20, h. 138-152 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest Uji Liliefors α Data Jumlah sampel Lo L hitung L tabel Kesimpulan 0,05 Nilai Pretest kelas eksperimen 35 0,1152 0,1497 Data normal Nilai Pretest kelas kontrol 35 0,1280 0,1497 Data normal Nilai L tabel diambil berdasarkan nilai pada tabel nilai kritis L untuk uji liliefors pada taraf signifikansi 5. Kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis normalitas, yaitu jika Lo L hitung L tabel maka dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika Lo L hitung L tabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai Lo L hitung kedua data lebih kecil dari nilai L tabel, sehingga dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal.

b. Hasil Uji Normalitas Posttest

Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai posttest kelas X.8 sebagai kelas eksperimen dan data nilai posttest kelas X.7 sebagai kelas kontrol. Untuk menguji normalitas kedua data digunakan uji liliefors. Perhitungan uji normalitas ini disajikan pada lampiran. 10 Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut. Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Posttest Uji Liliefors α Data ∑ Sampel Lo L hitung L tabel Kesimpulan 0,05 Nilai Posttest eksperimen 35 0,1314 0,1497 Data normal 10 Lampiran 22, h. 142-152 α Data ∑ Sampel Lo L hitung L tabel Kesimpulan Nilai Posttest kontrol 35 0,1056 0,1497 Data normal Nilai L tabel diambil berdasarkan nilai pada tabel nilai kritis L untuk uji liliefors pada taraf signifikansi 5. Kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis normalitas, yaitu jika Lo L hitung L tabel maka dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika Lo L hitung L tabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai Lo L hitung kedua data lebih kecil dari nilai L tabel , sehingga dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas a. Hasil Uji Homogenitas

Pretest Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, uji homogenitas juga diperlukan sebagai uji prasyarat analisis statistik terhadap kedua data nilai pretest. Pengujian homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji Fisher yang disajikan pada lampiran. 11 Berikut ini adalah hasilnya. Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Data Nilai Varians Nilai F hitung Nilai F tabel Keputusan Nilai Pretest kelas eksperimen 121,635 1,38 1,76 Kedua data homogen Nilai Pretest kelas kontrol 168,165 Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis 11 Lampiran 27, h. 153 homogenitas yaitu jika nilai F hitung F tabel maka dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen, sebaliknya jika F hitung F tabel maka dinyatakan bahwa kedua data tidak memiliki varians yang homogen. Hasil perhitungan tersebut nilai F hitung F tabel sehingga dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.

b. Hasil Uji Homogenitas Posttest

Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, uji homogenitas juga diperlukan sebagai uji prasyarat analisis statistik terhadap kedua data nilai posttest. Pengujian homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji Fisher yang disajikan pada lampiran. 12 Berikut ini adalah hasilnya. Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Data Nilai Varians Nilai F hitung Nilai F tabel Keputusan Nilai Posttest kelas eksperimen 106,894 1,19 1,76 Kedua data homogen Nilai Posttest kelas kontrol 127,811 Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas yaitu jika nilai F hitung F tabel maka dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen, sebaliknya jika F hitung F tabel maka dinyatakan bahwa kedua data tidak memiliki varians yang homogen. Tampak bahwa hasil perhitungan tersebut nilai F hitung F tabel sehingga dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen. 12 Ibid., h. 154

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dari itu pengujian hipotesis menggunakan “t” test. “t” test yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. “t” test dilakukan dengan membandingkan posttest pada masing-masing kelas. Untuk memperoleh t hitung berdasarkan hasil rata-rata posttest dari kedua kelas yaitu eksperimen dan kontrol. Rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 80,4 dengan standar deviasi 10,33 sedangkan kelas kontrol sebesar 65,8 dengan standar deviasi 11,30. Nilai dari standar deviasi masing-masing kelas digabungkan dengan mencari standar deviasi gabungan dengan hasil yaitu 10,81. Untuk memperoleh nilai t hitung dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji “t”. Dari hasil perhitungan antara posttest kelas eksperimen dan kontrol diperoleh t hitung = 5,64 dengan dk derajat kebebasan sebesar 68 35+35 –2 maka diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,00. Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Posttest Data Nilai Posttest Nilai t hitung Nilai t tabel Keputusan Nilai Posttest kelas eksperimen 80,4 5,64 2,00 Ha diterima Nilai Posttest kelas kontrol 65,8 Didapat penghitungan posttest kelas eksperimen dan kontrol t hitung t tabel 5,64 2,00. Hal ini menunjukkan Ha diterima, artinya pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. 13

D. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan dapat membuktikan bahwa pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini dimungkinkan karena pendekatan keterampilan proses sains lebih banyak menekankan kepada cara belajar siswa aktif dengan memperhatikan proses pencapaian hasil belajar. Tugas guru tidak lagi memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Perdy Karuru yang menyatakan bahwa mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student center serta dapat mendapatkan proporsi jawaban benar siswa dan hasil pembelajaran yang diajar dengan pendekatan keterampilan proses lebih baik dibanding pembelajaran yang tidak menggunakan pembelajaran keterampilan proses. 14 Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam pembelajaran pendekatan keterampilan proses sains di SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan selama tiga kali pertemuan pada konsep ekosistem yang dilaksanakan pada dua kelas, yaitu kelas X.8 berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan pendekatan KPS, dan kelas X.7 berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan pendekatan konsep. Adapun posisi peneliti adalah sebagai motivator dan fasilitator bagi kelas eksperimen dan kontrol, apabila terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang 13 Lampiran 28, h. 155-156. 14 Perdy Karuru, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 045, Tahun ke-9, November 2003, hal. 804. belum dimengerti oleh siswa dalam kelompok, sehingga setiap kelompok dapat memecahkan solusi dari permasalahan secara bersama. Penulis bertindak sebagai guru dalam pembelajaran pendekatan keterampilan proses sains adalah diawali dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari lima siswa yang telah dibuat oleh guru secara heterogen, menyampaikan materi dasar mengenai konsep ekosistem oleh guru kepada seluruh siswa, membagikan lembar kerja pada setiap kelompok, meminta kelompok untuk mengadakan pengamatan sesuai petunjuk LKS, meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya dalam menjawab lembar kerja siswa dan mengkomunikasikannya. Berdasarkan data yang diperoleh melalui pretest, kedua kelas memiliki rata-rata yang tidak berbeda jauh. Kelas eksperimen dengan rata- rata 53,2, nilai tertinggi 72, dan nilai terendah 32. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 50,2, nilai tertinggi 68, dan nilai terendah 28. Setelah diberikan perlakuan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan data yang diperoleh melalui posttest, kelas eksperimen dengan rata-rata 80,4, nilai tertinggi 92, dan nilai terendah 52. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 65,8, nilai tertinggi 80, dan nilai terendah 40. Berdasarkan perolehan nilai N-gain, kelas eksperimen memiliki rata-rata 0,58, dengan kategori tinggi sebanyak 10 siswa, sedang sebanyak 21 siswa, dan rendah sebanyak 4 siswa. Sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata 0,33, dengan kategori tinggi tidak terdapat satu siswa, sedang sebanyak 29 siswa, dan rendah sebanyak 6 siswa. Dengan demikian, siswa kelas eksperimen mempunyai hasil rata-rata dan kategori N-gain lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrianingsih yang menyatakan bahwa dengan keterampilan proses sains pada konsep ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar siswa menuju ke kategori sedang. 15 15 Indrianingsih, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar tentang Konsep Ekosistem Bernuansa Nilai, Jakarta: Skripsi UIN, 2009 Observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar selama pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Guru bidang studi biologi dan teman sebaya yang berperan sebagai observer atau pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan mengacu pada lembar observasi yang telah dibuat sesuai dengan aspek-aspek KPS. 16 Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran dengan pendekatan KPS menciptakan bentuk kegiatan pengajaran yang bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman. Pengalaman yang didapat melalui pendekatan keterampilan proses sains dapat mengembangkan kemampuan dasar siswa menjadi kreatif, aktif, terampil dalam berpikir dan terampil dalam memperoleh pengetahuannya. Pembelajaran ini juga dapat mengasah pola berpikirnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. 17 Hal ini sesuai dengan data hasil observasi pada kelas eksperimen pada aspek mengamati setiap kegiatan kelompok yang diberikan mendapatkan persentase sebesar 85,71. Sedangkan berdasarkan respon sikap siswa, kemampuan siswa mengumpulkan data sesuai pengamatan mendapatkan persentase sebesar 85,7. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa terampil dalam hal mengamati dan mengumpulkan data-data sesuai pengamatan. Begitu pula pada aspek mengklasifikasi, setiap kegiatan kelompok yang diberikan mendapatkan persentase sebesar 83,33. Berdasarkan respon sikap siswa, kemampuan siswa mengelompokkan data sesuai pengamatan mendapatkan persentase sebesar 94,29. Hal ini juga menunjukkan bahwa siswa baik dalam hal mengklasifikasi dan mampu mengelompokkan data-data sesuai pengamatan. Namun, pada aspek menafsirkan hasil pengamatan setiap kegiatan kelompok yang diberikan mendapatkan persentase sebesar 66,7. Padahal berdasarkan respon sikap, siswa bisa menafsirkan hasil pengamatan untuk 16 Lampiran 13, h. 126 17 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, h. 74. dijadikan kesimpulan dengan mendapatkan persentase sebesar 100. Tidak sesuainya persentase antara observasi dan respon siswa menunjukkan bahwa kemungkinan siswa belum memahami teknik dalam menafsirkan data, sehingga penilaian observer menyatakan siswa belum terampil dalam hal menafsirkan hasil pengamatan. Selanjutnya aspek berkomunikasi setiap kegiatan kelompok yang diberikan mendapatkan persentase sebesar 70,24. Berdasarkan respon sikap, kemampuan siswa mempresentasikan hasil diskusi serta membuat kesimpulan dengan mendapatkan persentase sebesar 97,1. Hal ini menunjukkan bahwa siswa cukup terampil dalam hal berkomunikasi. 18 Berbeda dengan proses pembelajaran pada kelas kontrol, siswa tidak diberikan perlakuan dalam mengerjakan LKS, tidak berdiskusi kelompok dan hanya guru yang menjadi sumber pembelajaran. Dimana guru hanya berperan sebagai pengarah dalam membangun potensi siswa sedangkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep ada kecenderungan siswa dituntut mengingat konsep bukan diajak melakukan kegiatan untuk mendapatkan darimana konsep itu diperoleh, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada lama tidaknya penyimpanan pengetahuan di dalam memori siswa. Berdasarkan pengujian hipotesis sebelumnya, menyatakan bahwa adanya pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dari itu pengujian hipotesis menggunakan “t” test . “t” test yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. “t” test dilakukan dengan membandingkan posttest pada masing-masing kelas. Perbedaan rata-rata hasil belajar biologi antara kedua kelas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan 18 Lampiran 16, h.131-132 konsep. Karena berdasarkan nilai rata-rata posttest siswa kelas eksperimen 80,4 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata posttest kelas kontrol 65,8. Dengan menggunakan “t” test nilai posttest kedua kelas tersebut diperoleh juga t hitung t tabel , yaitu 5,64 2,00. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi siswa, sehingga pada kelas eksperimen hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa pada kelas kontrol. Hasil penelitian ini senada dengan Kartini Herlina yang menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan aktivitas, pemahaman, dan hasil belajar siswa. 19 Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis menunjukkan “t” test didapatkan t hitung = 5,64 dengan dk derajat kebebasan sebesar 68 maka diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,00 . Hal ini menunjukkan bahwa terdapat Ho ditolak dan Ha diterima, artinya pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini senada dengan hasil penelitian Lillah Fauziah dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Cahaya yang Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa. 20 Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryono yang menyatakan bahwa model pembelajaran keterampilan proses sains cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan proses sains siswa dan pencapaian hasil belajarnya secara keseluruhan. 21 19 Kartini Herlina, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Kelas I SMUN 10 Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 3, Desember 2004, hal. 144. 20 Lillah Fauziah, Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Cahaya yang Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa, Jakarta: skripsi UIN, 2009. 21 Haryono, Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 7, No. 2, 2006, hal. 11.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep ekosistem, dengan t hitung t tabel 5,64 2,00 dengan taraf signifikansi 5 dan derajat kebebasan 68. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains pada konsep ekosistem cukup efektif dalam meningkatkan aktifitas siswa, hal ini dapat dilihat melalui hasil observasi saat pembelajaran berlangsung.

B. Saran

Guru biologi khususnya berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajarannya, dengan menerapkan pendekatan dan model yang bervariasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Manajemen waktu yang baik dalam penerapan setiap pendekatan, yang akan memberikan dampak yang positif pula terhadap hasil belajar yang ingin dicapai.