Kecerdasan Spiritual Perspektif Psikologi Menurut Danah

penyakit yang menimbulkan keinginan-keinginan destruktif sehingga hati menjadi sehat dan kembali pada fitrah aslinya sebagaimana halnya badan kemali pada kondisi normal. 25 c Menurut Amr Hasan Ahmad Badran Ibadah mahdah seperti shalat, puasa, haji dan lain sebagainya sebenarnya adalah olah spiritual yang sering dilaksanakan. Hal itu termasuk prinsip olah spiritual diri seseorang untuk membentuk pola hidup yang baik agar menjadikan hidup ini bernilai ibadah. Usaha-usaha untuk meningkatkan daya kecerdasan baik fisik, mental maupun spiritual ternyata telah dilakukan oleh orang-orang saleh terdahulu dan berhasil seperti Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas, dan Imam Syafi‟i. Adapun beberapa praktik olah spiritual yang juga harus diperhatikan adalah : Meninggalkan kemaksiatan. Melakukan kemaksiatan dapat membuat diri menjadi berat untuk menjalankan ketaatan, kebaikan, bahkan dalam mencari ilmu. Imam syafi‟i pernah mengeluh kepada gurunya Imam Waki‟ atas daya ingatnya yang buruk, lalu Imam Waki‟ menasihatinya agar meninggalkan kemaksiatan. Sebab, menurut Imam Waki‟ “Ilmu itu cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang- orang yang bermaksiat”. Bersyukur. Makna bersyukur adalah bahagia dengan apapun yang didapatkan pada hari ini. Dengan bersyukur maka seseorang akan mendapatkan kebahagiaan, sekaligus mendapatkan kekuatan daya kecerdasan baik fisik, mental maupun spiritual. Rasa bersyukur harus dilatih, tanpa latihan dalam kehidupn sehari-hari, bersyukur akan terasa sulit untuk dilakukan. Meminta didoakan oleh orang shaleh. Sahabat Abu Hurairah pernah mengeluhkan daya ingatnya kepada Rasulullah, lalu Rasulullah memerintahkan untuk membentangkan selendangnya lalau Rasulullah 25 M. Utsman Najati, op. cit., h. 112-119. mendoakannya. Sejak saat itu Abu Hurairah tidak pernah lupa sedikitpun terhadap hadits yang diterimanya. Mendirikan shalat dengan rutin. Shalat melatih diri untuk sellu disiplin, mencegah diri dari kemaksiatan dan kemungkaran. Mencegah diri dari kemaksiatan dan kemungkaran merupakan pola hidup yang benar untuk mendapatkn kekuatan daya ingat atau kecerdasan fisik, mental dan spiritual yang maksimal, kekuatan daya tersebut yang akan membawa diri selalu dalam kebaikan. Oleh karena itu shalat lima waktu ditambah shalat-shalat sunnah menjadi kebutuhan harian seseorang terutama orang muslim. 26 d Menurut Ary Ginanjar Agustian Dalam buku ESQ berdasarkan 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam, Ary Ginanjar memberikan sebuah definisi tentang kecerdasan, yaitu kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya Insan Kamil, dan memiliki pola pemikiran tauhidi integralistik, serta prinsip “hanya kepada Allah swt”. Kecerdasan spiritual SQ dalam pandangan Khalil Khavari merupakan dimensi nonmaterial atau ruh manusia. Hal tersebut selaras dengan SQ perspekif Islam. Karena, ruh merupakan esensi kemanusiaan. Ruhlah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Ruh menjadi sumber segala kecerdasan manusia baik intelektual, emosional, dan spiritual. Hakikat ruh adalah kuasa Tuhan, tetapi ruh bisa dikenal melalui manifestasi elemen-elemennya berupa kesadaran, yaitu kesadaran ilmiyah dan intelektual, kesadaran akhlaqi, dan kesadaran ruhaniah dzikrullah. 26 Amr Hasan Ahmad Badran, Rahasia Cerdas Otak Cara Islami, Terj. dari Kayfa Tuwaajihu An- nisyaana Wa Dho‟fu Adz-Dzaakirah ? oleh Abdurrahman Jufri, Solo : Kafilah Publishing, 2011, cet. I, h. 65-70. Spiritualitas tidak dapat dipisahkan dari kesadaran tauhid, ke- Esaan Allah, dan hidup berjalan sesuai kehendak-Nya salah satu bentuk kecerdasan spiritual model Islam terdapatdalam bukunya Ary Ginanjar Agustian yang berjudul ESQ Emosional Spiritual Quotient. Berdasarkan 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam, yaitu : Tahap 1 : Zero Mind Process Penjernihan Emosi Usaha mengungkapkan belenggu-belenggu pikiran dan mencoba mengidentifikasi paradigma itu. Sehingga dapat dikenali apakah paradigma tersebut telah mengkerangkeng pikiran. Tujuh belenggu itu : prasangka negatif, prinsip-prinsip hidup, pengalaman, kepentingan dan prioritas, sudut pandang, perbandingan dan literatur. 27 Apabila manusia telah dapat mengendalikan belenggu yang dapat menutupi fitrah God-Spot maka terbentuklah hati dan pikiran yang jernih suci. Tahap 2 : Mental Building Membangun mental Setelah melalui tahap 1, manusia diharapkan sudah dapat mengenali tujuh faktor yang membelenggu god-spot fitrah,. Pada tahap 2, manusia akan mulai diisi dan dibangun melalui enam prinsip yang didasarkan atas 6 rukun Iman, yaitu : Prinsip Bintang Star Principle : Tuhan menciptakan manusia dengan sempurna dan dianugerahi sifat-sifat-Nya. Sehingga manusia dapat menjalankan tugas-tugasnya sebagai khalifah di Bumi. Apabila manusia telah menyadari bahwa dirinya memiliki sifat-sifat Tuhan, maka upayakan dan pupuklah terus hingga menghasilkan sebuah kekuatan dan motivasi yang maha dahsyat. Dengan sebuah keberanian dan kekuatan yang berlandaskan Iman kepada Tuhan. Akan tercipta sebuah jati diri eksistensi yang memiliki nilai tinggi. 27 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ, Emotional Spiritual Quotient, Jakarta : Arga Wijaya Persada, 2007, h. 37. Hasil prinsip bintang : kepemilikan rasa aman instrinsik, kepercayaan diri yang tinggi, integritas yang kuat, bersikap bijaksana, dan memiliki tingkat motivasi yang tinggi, semua dilandasi dan dibangun karena iman kepada Allah. Prinsip Malaikat Angel Principle : Malaikat adalah makhluk mulia, mereka sangat dipercaya oleh Allah untuk menjalankan segala perintah-Nya. Semua pekerjaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Seberat apapun pekerjaan yang diberikan kepada mereka, akan dilaksanakan dengan sepenuh hati karena Allah. Hasil prinsip Malaikat : seorang yang memiliki tingkat loyalitas yang tinggi, komitmen yang kuat, memiliki kebiasaan untuk mengawali dan memberi, suka menolong dan memiliki sikap saling percaya. Prinsip kepemimpinan Leadership Principle : hampir semua orang menjadi pemimpin dilingkungannya masing-masing terlepas dari besar kecilnya jumlah orang dalam kelompok tersebut. Meskipun hanya satu orang saja pengikutnya maka ia masih dikatakan sebagai seorang pemimpin. Bahkan manusia seorang diripun harus memimpin dirinya sendiri untuk mengarahkan hidupnya. Hasil prinsip kepemimpinan : pemimpin sejati yaitu seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain, sehingga ia dicintai. Memiliki integritas yang kuat, sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya. Selalu membimbing dan mengajari pengikutnya. Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Dan yang terpenting adalah memimpin melandaskan suara hati yang fitrah. Prinsip pembelajaran Learning Principle : perintah untuk membaca adalah langsung diturunkan oleh Tuhan. Perintah ini terdapat dalam QS. Al-Alaq ayat 1-5 :