Tabel 14.Identifikasi Peraturan Perundang-undangan yang Terkait dengan Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Teluk Cenderawasih
No. Peraturan
IsiHubungan Dengan Pengembangan Ekowisata
I. Undang-Undang
1. Undang-Undang
RI Nomor: 5 Tahun 1990
tentang Konservasi dan Sumber
Daya Alam
Hayati dan
Ekosistemnya Undang-undang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya KSDHE yang bersifat nasional mengatur pengelolaan
kawasan konservasi di Indonesia. Undang- undang ini diperlukan sebagai dasar hukum
untuk mengatur zona pemanfaatan di kawasan
konservasi seperti
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman
Wisata Alam. Pasal 1 ayat 14 menyebutkan Taman
Nasional dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,
ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
2. Undang-Undang RI No.
10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan
Pasal 29 menyebutkan kewenanangan pemerintah
provinsi terkait
dengan pengembangan pariwisata di provinsi antara
lain menyusun dan menetapkan rencana induk
pembangunan kepariwisataan
provinsi; mengoordinasikan
penyelenggaraan kepariwisataan di wilayah provinsi; melaksanakan pendaftaran usaha
pariwisata; menetapkan
destinasi; memfasilitasi promosi destinasi pariwisata
provinsi; memelihara aset provinsi yang menjadi
daya tarik
wisata dan
mengalokasikan anggaran kepariwisataan. Pasal 30 menyebutkan kewenangan
Pemerintah kabupaten
antara lain:
menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan
kepariwisataan kabupatenkota;
menetapkan destinasi
pariwisata; menetapkan
daya tarik;
melaksanakan pendaftaran usaha pariwisata; mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan
kepariwisataan di wilayah kabupatenkota.
3. Undang-undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Pasal 19 point h menjelaskan penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Harus memperhatikan rencana tata ruang
wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah Kabupaten.
4. Undang-Undang nomor
27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Pasal 4
menjelaskan bahwa
Tujuan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil dilaksanakan adalah: a. melindungi,
mengonservasi, merehabilitasi,
memanfaatkan, dan
memperkaya sumber daya pesisir dan pulau-pulau
kecil serta
sistem ekologisnya secara berkelanjutan;
b. menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah
daerah dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil;
c. memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong
inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau
kecil
agar tercapai
keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan
d. meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta
masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.
5. Undang-Undang Nomor
20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan pajak PNBP
Pasal 2 ayat 1 point b menyebutkan salah satu kelompok penerimaan Negara bukan
pajak yaitu Penerimaan dari Pemanfaatan sumber daya alam.
Pasal 2 ayat 3 menyebutkan Jenis penerimaan Negara bukan pajak yang belum
tercakup dalam kelompok penerimaan Negara bukan pajak sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 ditetapkan dengan peraturan menteri.
6. Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus
di Provinsi
Papua. Pasal 64 menyatakan bahwa pemerintah
provinsi Papua berkewajiban melakukan pengelolaan
lingkungan hidup
secara terpadu dengan memperhatikan penataan
ruang, melindungi sumber daya alam hayati, sumber daya non hayati, sumber daya
buatan, konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, dan
keanekaragaman hayati serta perubahan iklim
dengan memperhatikan
hak-hak masyarakat adat dan untuk sebesar-besarnya
bagi kesejahteraan penduduk.
7. Undang-Undang
Nomor: 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pasal 57
menyebutkan pemeliharaan
lingkungan hidup dilakukan melalui upaya konservasi sumberdaya alam yang meliputi
perlindungan sumber
daya alam,
pengawetan sumber
daya alam
dan pemanfaatan sumber daya alam secara
lestari.
II. Peraturan Pemerintah
8. Peraturan
Pemerintah Nomor 67 tahun 1996
tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan. Pasal 52 menyebutkan Pengusahaan objek
dan daya tarik wisata minat khusus merupakan usaha pemanfaatan sumber daya
alam dan atau potensi seni budaya bangsa, untuk
dijadikan sasaran
wisata bagi
wisatawan yang mempunyai minat khusus. Pasal 53 menyebutkan Pengusahaan objek
dan daya tarik wisata minat khusus diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas,
Koperasi atau perseorangan.
Pasal 54 menyebutkan Penyelenggara pengusahaan objek dan daya tarik wisata
minat khusus sekurang-kurangnya harus mempunyai kantor tetap yang dilengkapi
dengan fasilitas pendukung usaha.
9. Peraturan
Pemerintah RI Nomor 22 Tahun
1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan
Negara Bukan Pajak Peraturan Pemerintah ini merupakan peraturan
pelaksana dari Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Lampiran IIA point 9 Peraturan Pemerintah ini menyebutkan ada 11
sebelas sumber PNBP di Departemen Kehutanan.
Salah satu butir 7 menyebutkan Penerimaan dari pungutan masuk hutan
wisata, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata laut.
10. Peraturan Pemerintah
Nomor 59 tahun 1998 tentang Tarif atas jenis
penerimaan Negara
bukan pajak
yang berlaku di Dephutbun
Lampiran Peraturan
Pemerintah ini
menerangkan tarif atas jenis penerimaan Negara Bukan Pajak pada Departemen
Kehutanan dan Perkebunan.
Penerimaan dan pengusahaan pariwisata alam berupa pungutan ijin pengusahaan
wisata alam di Indonesia didasarkan pada pembagian 3 tiga Rayon yaitu Rayon I, II,
dan III.
11. Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2011 tentang Kawasan suaka
alam dan Kawasan Pelestarian Alam
PP ini merupakan pengganti PP No.68 Tahun 1998 dan peraturan pelaksana UU
No. 5 Tahun 1990 yang mengatur tentang kawasan Taman Nasional dan zona
pemanfaatan di Taman Nasional.
Pasal 8 menjelaskan bahwa suatu kawasan
ditunjuk sebagai Kawasan Taman Nasional, apabila telah memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang
masih utuh dan alami serta gejala alam yang baik;
b. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
c. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis
secara alami; dan d. merupakan wilayah yang dapat dibagi
kedalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan atau zona lainnya
sesuai dengan keperluan.
12 Perauturan Pemerintah
No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
Pasal 50 1 menjelaskan Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas: a.
kawasan lindung nasional; dan b. kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis
nasional.
Pasal 51 menjelaskan Kawasan Pelestarian alam atau Taman Nasional adalah salah
satu Kawasan Lindung Nasional.
13. Peraturan Pemerintah
RI No. 36 tahun 2010 tentang
Pengusahaan Pariwisata
Alam di
Suaka Margasatwa,
Taman Nasional,
Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
PP ini merupakan peraturan pelaksana dari UU Nomor 5 Tahun 1990, menggantikan PP
Nomor 18 tahun 1994.
Pasal 2
menjelaskan Pengusahaan
pariwisata alam dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya. Pengusahaan pariwisata alam
bertujuan untuk
meningkatkan pemanfaatan keunikan, kekhasan, keindahan
alam danatau
keindahan jenis
atau keanekaragaman jenis satwa liar danatau
jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional.
Pasal 5 menyebutkan dalam Taman
Nasional dapat
dilakukan kegiatan
mengunjungi, melihat,
menikmati keindahan alam, keanekaragam hayati dan
satwa, serta dapat dilakukan kegiatan membangun sarana kepariwisataan.
III. Peraturan Menteri Kehutanan