Lokasi Penelitian 3. Gambaran Umum Petani Kopi Kelurahan Sidiangkat sebelum Tahun 1985

 Produksi lebih tinggi dibandingkan kopi arabika dan liberika rata – rata 9 – 13 ku kopi berashatahun bila dikelola secara intensif, bisa memproduksi hingga 20 kuhatahun.  Kualitas buah lebih rendah dibandingkan kopi Arabika tetapi lebih tinggi dari kopi liberika.  Rendemen sekitar 22. 2. 2. Lokasi Penelitian Kecamatan Sidikalang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Dairi. Kecamatan Sidikalang memiliki luas 70,69 km² dan jumlah penduduk sebesar 44.004 jiwa dengan kepadatan penduduk 622 jiwakm². Kecamatan Sidikalang terdiri dari 6 desa dan 4 kelurahan.Kelurahan Sidiangkat merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Sidikalang. Kelurahan Sidiangkat memiliki luas wilayah 16 km², dengan jumlah penduduk sebesar 4.088 jiwa yang terdiri dari 803 kk yang berada di 5 dusun dan dengan kepadatan penduduk 255 jiwakm². Jarak Kelurahan Sidiangkat darike ibukota kecamatan adalah 5 km 8 8 Data Statistik Kelurahan Sidiangkat Kecamatan Sidikalang Tahun 2000 . Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Sidiangkat adalah: Sebelah Utara : Kecamatan Sitinjo Sebelah Selatan : Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pak – Pak Barat Universitas Sumatera Utara Sebelah Barat : Desa Karing Sebelah Timur : Kelurahan Batang Beruh Sedangkan untuk keadaan penduduk di Kelurahan Sidiangkat terdiri dari berbagai suku yakni suku Pak – Pak, Batak Toba, Karo, Simalungun, Nias, Mandailing, Jawa dan Minang dengan mayoritas mata pencahariannya adalah petani dan buruh tani.

2. 3. Gambaran Umum Petani Kopi Kelurahan Sidiangkat sebelum Tahun 1985

Kopi merupakan salah satu komoditi yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dan melibatkan banyak sektor.Kopi adalah salah satu andalan sektor pertanian Kabupaten Dairi. Pada tahun 1975 sampai 1977 harga kopi yang awalnya sekitar Rp. 900 per kilogram tiba – tiba melambung tinggi mencapai Rp. 2.500 per kilogram. Petani sontak menjadi kaya dan roda perekonomian berputar dengan cepat nya.Hanya saja masyarakat menjadi cenderung konsumtif. Pada saat itu ada beberapa faktor yang mendukung antara lain bahwa pada saat itu petani kopi menanam kopi Robusta yang merupakan kopi yang paling diminati diseluruh dunia karena kualitas dan citarasanya yang lebih tinggi dari jenis kopi yang lain 9 9 Spillane,James.J. Dr, Komoditi Kopi, op. cit., hal. 19 - 21 . Demikian juga di Kelurahan Sidiangkat yang pada waktu itu merupakan penghasil kopi robusta dengan luas lahan 132 Ha dengan produksi sebesar 100,85 ton dengan produktivitas 0,75 tonHa. Keadaan ini berlangsung sampai dengan awal dekade 80 – an dimana masa Universitas Sumatera Utara keemasan Kopi Robusta dan kejayaan petani kopi mengalami penurunan. Hal inilah nantinya yang mendasari sebagian petani mengalami kekecewaan dalam menanam Robusta dan menggantinya dengan tanaman kopi Arabika yang dianggap lebih menguntungkan karena harganya lebih tinggi dan umur berbuahnya lebih cepat. Faktor yang lain adalah terjadinya krisis kopi didunia yang diakibatkan oleh kegagalan panen kopi para petani kopi di daerah penghasil kopi terbesar didunia yaitu Brasil 10 Adapun karakteristik sosial – ekonomi sasaran yakni umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha tani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik sosial – ekonomi petani juga mempengaruhi petani dalam menerima . Hal inilah yang menjadikan kopi Robusta menjadi tanaman primadona di Kabupaten Dairi pada waktu itu. Masa keemasan petani kopi Sidikalang tersebut ternyata tidak berlangsung lama.Tiba-tiba saja harga kopi yang awalnya mencapai Rp. 2.500 per kilogramnya turun drastis menjadi Rp. 800 per kilogramnya.Akibat dari penurunan harga yang sangat drastis ini, petani Sidikalang banyak yang kecewa dan minatnya untuk merawat serta bercocok tanam kopi semakin sirna. Karakteristik sosial – ekonomi petani akan mempengaruhi produksi, produktivitas dan pendapatan usaha tani petani. Setiap petani memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda – beda dengan petani lain. Perbedaan inilah yang dapat menimbulkan adanya perbedaan tingkat pendapatan dari setiap masing – masing petani dalam mengelola usaha taninya. 10 Siswoputranto,P.S, Kopi Internasional dan Indonesia, hal. 123. Universitas Sumatera Utara informasi dan sumber informasi, dan tentunya sumber informasi tersebut diharapkan akan membawa perubahan pada petani dalam hal pendapatan petani dari usaha taninya. Perbedaan ini bisa diakibatkan oleh minimnya informasi yang diperoleh petani dan ada juga yang masih dipengaruhi oleh pemikiran – pemikiran tingkat lokal yang menyebabkan kondisi itu bisa terjadi. Sebagaimana menurut pengamatan penulis bahwa yang terjadi pada masa itu adalah bahwa banyak dari kalangan petani yang memulai usaha taninya hanya secara spontanitas yang melihat situasi dari lingkungan sekitarnya dalam memulai usaha taninya. Kenaikan harga jual kopi ditingkat petani di desa Sidiangkat yang cukup signifikan menciptakan peluang yang secara spontan dianggap petani sebagai jalan menuju kesuksesan tanpa memiliki acuan dasar atau pengalaman dalam membuka usaha itu.Sedangkan para petani yang sudah membuka lahan itu terlebih dahulu hanya tinggal meneruskan sehingga hasilnya cukup maksimal mereka raih.Kondisi ini tercipta dengan sendirinya dikarenakan faktor ekonomis dari usaha tani yang mereka kelola sebelumnya. Karakteristik dari masing – masing petani inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam memperoleh hasil yang maksimal. Sehingga ketika terjadi anjloknya harga kopi dunia 11 11 Ibid., hal. 173. pada tahun 1977, banyak petani yang mulai meninggalkan pertanian kopinya dan beralih lagi kepada bentuk usaha tani yang lain. Meskipun demikian tidak sedikit para petani yang masih bertahan dan melanjutkannya sampai sekarang dengan menjalani proses panjang dalam melakukan perubahan karakteristik sosial ekonomi yang mereka pegang sebelumnya. Universitas Sumatera Utara BAB III PERKEMBANGAN PERTANIAN KOPI DESA SIDIANGKAT

3. 1. Latar Belakang Pertanian Kopi Desa Sidiangkat