Produksi lebih tinggi dibandingkan kopi arabika dan liberika rata – rata 9 –
13 ku kopi berashatahun bila dikelola secara intensif, bisa memproduksi hingga 20 kuhatahun.
Kualitas buah lebih rendah dibandingkan kopi Arabika tetapi lebih tinggi dari
kopi liberika.
Rendemen sekitar 22.
2. 2. Lokasi Penelitian
Kecamatan Sidikalang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Dairi. Kecamatan Sidikalang memiliki luas 70,69 km² dan jumlah
penduduk sebesar 44.004 jiwa dengan kepadatan penduduk 622 jiwakm². Kecamatan Sidikalang terdiri dari 6 desa dan 4 kelurahan.Kelurahan
Sidiangkat merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Sidikalang. Kelurahan Sidiangkat memiliki luas wilayah 16 km², dengan jumlah penduduk
sebesar 4.088 jiwa yang terdiri dari 803 kk yang berada di 5 dusun dan dengan kepadatan penduduk 255 jiwakm². Jarak Kelurahan Sidiangkat darike ibukota
kecamatan adalah 5 km
8
8
Data Statistik Kelurahan Sidiangkat Kecamatan Sidikalang Tahun 2000
. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Sidiangkat adalah: Sebelah Utara
: Kecamatan Sitinjo Sebelah Selatan
: Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pak – Pak Barat
Universitas Sumatera Utara
Sebelah Barat : Desa Karing
Sebelah Timur : Kelurahan Batang Beruh
Sedangkan untuk keadaan penduduk di Kelurahan Sidiangkat terdiri dari berbagai suku yakni suku Pak – Pak, Batak Toba, Karo, Simalungun, Nias,
Mandailing, Jawa dan Minang dengan mayoritas mata pencahariannya adalah petani dan buruh tani.
2. 3. Gambaran Umum Petani Kopi Kelurahan Sidiangkat sebelum Tahun 1985
Kopi merupakan salah satu komoditi yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dan melibatkan banyak sektor.Kopi adalah salah satu andalan sektor
pertanian Kabupaten Dairi. Pada tahun 1975 sampai 1977 harga kopi yang awalnya sekitar Rp. 900 per kilogram tiba – tiba melambung tinggi mencapai Rp. 2.500 per
kilogram. Petani sontak menjadi kaya dan roda perekonomian berputar dengan cepat nya.Hanya saja masyarakat menjadi cenderung konsumtif. Pada saat itu ada beberapa
faktor yang mendukung antara lain bahwa pada saat itu petani kopi menanam kopi Robusta yang merupakan kopi yang paling diminati diseluruh dunia karena kualitas
dan citarasanya yang lebih tinggi dari jenis kopi yang lain
9
9
Spillane,James.J. Dr, Komoditi Kopi, op. cit., hal. 19 - 21
. Demikian juga di Kelurahan Sidiangkat yang pada waktu itu merupakan penghasil kopi robusta dengan
luas lahan 132 Ha dengan produksi sebesar 100,85 ton dengan produktivitas 0,75 tonHa. Keadaan ini berlangsung sampai dengan awal dekade 80 – an dimana masa
Universitas Sumatera Utara
keemasan Kopi Robusta dan kejayaan petani kopi mengalami penurunan. Hal inilah nantinya yang mendasari sebagian petani mengalami kekecewaan dalam menanam
Robusta dan menggantinya dengan tanaman kopi Arabika yang dianggap lebih menguntungkan karena harganya lebih tinggi dan umur berbuahnya lebih cepat.
Faktor yang lain adalah terjadinya krisis kopi didunia yang diakibatkan oleh kegagalan panen kopi para petani kopi di daerah penghasil kopi terbesar didunia yaitu
Brasil
10
Adapun karakteristik sosial – ekonomi sasaran yakni umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha tani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga.
Karakteristik sosial – ekonomi petani juga mempengaruhi petani dalam menerima . Hal inilah yang menjadikan kopi Robusta menjadi tanaman primadona di
Kabupaten Dairi pada waktu itu. Masa keemasan petani kopi Sidikalang tersebut ternyata tidak berlangsung
lama.Tiba-tiba saja harga kopi yang awalnya mencapai Rp. 2.500 per kilogramnya turun drastis menjadi Rp. 800 per kilogramnya.Akibat dari penurunan harga yang
sangat drastis ini, petani Sidikalang banyak yang kecewa dan minatnya untuk merawat serta bercocok tanam kopi semakin sirna.
Karakteristik sosial – ekonomi petani akan mempengaruhi produksi, produktivitas dan pendapatan usaha tani petani. Setiap petani memiliki karakteristik
sosial ekonomi yang berbeda – beda dengan petani lain. Perbedaan inilah yang dapat menimbulkan adanya perbedaan tingkat pendapatan dari setiap masing – masing
petani dalam mengelola usaha taninya.
10
Siswoputranto,P.S, Kopi Internasional dan Indonesia, hal. 123.
Universitas Sumatera Utara
informasi dan sumber informasi, dan tentunya sumber informasi tersebut diharapkan akan membawa perubahan pada petani dalam hal pendapatan petani dari usaha
taninya. Perbedaan ini bisa diakibatkan oleh minimnya informasi yang diperoleh petani dan ada juga yang masih dipengaruhi oleh pemikiran – pemikiran tingkat lokal
yang menyebabkan kondisi itu bisa terjadi. Sebagaimana menurut pengamatan penulis bahwa yang terjadi pada masa itu adalah bahwa banyak dari kalangan petani
yang memulai usaha taninya hanya secara spontanitas yang melihat situasi dari lingkungan sekitarnya dalam memulai usaha taninya. Kenaikan harga jual kopi
ditingkat petani di desa Sidiangkat yang cukup signifikan menciptakan peluang yang secara spontan dianggap petani sebagai jalan menuju kesuksesan tanpa memiliki
acuan dasar atau pengalaman dalam membuka usaha itu.Sedangkan para petani yang sudah membuka lahan itu terlebih dahulu hanya tinggal meneruskan sehingga
hasilnya cukup maksimal mereka raih.Kondisi ini tercipta dengan sendirinya dikarenakan faktor ekonomis dari usaha tani yang mereka kelola sebelumnya.
Karakteristik dari masing – masing petani inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam memperoleh hasil yang maksimal. Sehingga ketika
terjadi anjloknya harga kopi dunia
11
11
Ibid., hal. 173.
pada tahun 1977, banyak petani yang mulai meninggalkan pertanian kopinya dan beralih lagi kepada bentuk usaha tani yang lain.
Meskipun demikian tidak sedikit para petani yang masih bertahan dan melanjutkannya sampai sekarang dengan menjalani proses panjang dalam melakukan
perubahan karakteristik sosial ekonomi yang mereka pegang sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PERKEMBANGAN PERTANIAN KOPI DESA SIDIANGKAT
3. 1. Latar Belakang Pertanian Kopi Desa Sidiangkat