43 sikap  ingin  tahu  siswa  karena  siswa  merasa  tertantang  untuk  menyelesaikan
masalah yang ada di hadapannya dengan cara melakukan penemuan.
5. Kekurangan Metode Guided Discovery
Selain  terdapat  keunggulan-keunggulan,  metode  guided  discovery  juga mempunyai  kekelemahan-kelemahan  yang  harus  diperhatikan.  Suryosubroto
2002:  201,  Moedjiono  dan  Dimyati  1992:  88  mengemukakan  beberapa kelemahan metode guided discovery sebagai berikut.
a. Metode ini mempersyaratkan suatu persiapan kemampuan berpikir yang dapat
dipercaya. b.
Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas yang memiliki siswa dengan jumlah yang sangat banyak.
c. Harapan yang ditimbulkan oleh metode ini mungkin akan mengecewakan bagi
guru  dan  siswa  yang  sudah  terbiasa  dengan  perencanaan  dan  pengajaran tradisional.
d. Dimungkinkan  sekolah  tidak  memiliki  fasilitas  memadai  yang  dibutuhkan
untuk kegiatan penemuan. Seorang  guru  harus  memperhatikan  kelemahan-kelamahan  yang  telah
diuraiakan  di  atas.  Kelemahan-kelemahan  tersebut  harus  ditekan  dengan  suatu strategi yang tepat agar tidak muncul saat proses pembelajaran.
E. Pengaruh Metode Guided Discovery Terhadap Curiosity Siswa
Pengaruh  penerapan  metode  guided  discovery  dalam  pembelajaran  IPA terhadap  sikap  ingin  tahu  curiosity  siswa  adalah  dengan  adanya  pemberian
kesempatan  kepada  siswa  untuk  menemukan  sendiri  konsep-konsep  atau  prinsip
44 IPA, dapat membuat siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah yang
ada  di  hadapannya  dengan  cara  melakukan  penemuan.  Berkaitan  dengan  hal tersebut, maka rasa ingin tahu siswa akan meningkat dan menuntut untuk dipenuhi
dengan cara menyelesaikan tantangan penemuan yang ada dihadapannya. Hal ini sesuai  dengan  karakteristik  siswa  sekolah  dasar  yaitu  mereka  secara  alamiah
memiliki  rasa  ingin  tahu  yang  kuat  dan  tertarik  terhadap  dunia  sekitar  yang mengelilinginya.  Hal  ini  sejalan  dengan  pendapat  Abdullah  Aly  2011:  3  yang
menyatakan  bahwa  salah  satu  kegiatan  yang  dapat  dilakukan  siswa  untuk memenuhi  rasa  ingin  tahunya  adalah  dengan  melakukan  kegiatan  penyelidikan
atau penemuan. Pemilihan  metode  discovery  sesuai  dengan  alasan  yang  dikemukakan  J.
Bruner  dalam  Sri  Sulistyorini,  2007:  10,  yaitu:  a  dapat  mengembangkan kemampuan intelektual siswa, b mendapatkan motivasi instrinsik, c menghayati
bagaimana  ilmu  itu  diperoleh,  d  memperoleh  daya  ingat  yang  lebih  lama retensinya.  Motivasi  instrinsik  yang  dimaksud  dapat  meliputi  sikap  ingin  tahu
curiosity. Hal ini senada dengan pendapat Howe 1993: 172, “Hands-on science
capitalizes  on  the  child’s  natural  curiosity  about  interesting  object”.  Apa  yang dikerjakan  siswa  selama  proses  pembelajaran  sains  menggunakan  metode
discovery  dapat  menjawab  rasa  ingin  tahu  siswa  terhadap  suatu  obyek  yang dianggap penting untuk diamati.
Menurut  Howe  1993:  172,  penerapan  metode  discovery  dalam pembelajaran dimungkinkan gagal karena tidak adanya bimbingan dari guru. Apa
yang  dilakukan  siswa  menjadi  tidak  terkontrol.  Hal  ini  sangat  berpengaruh
45 terhadap  pemenuhan  rasa  ingin  tahu  siswa  terhadap  suatu  obyek  yang  mereka
amati. Siswa dimungkinkan akan mendapatkan jawaban yang sangat jauh berbeda dengan  yang semestinya mereka peroleh jika tidak adanya bimbingan. Carin dan
Sund  mengungkapkan  bahwa  anak  usia  SD  paling  tepat  menggunakan  metode pembelajaran  guided  discovery.  Maksudnya  ialah  anak  usia  SD  masih
memerlukan bimbingan dari guru untuk menemukan konsep-konsep IPA Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis, 1991: 35.
Hendro  Darmodjo  dan  Jenny  Kaligis  1991:  37  mengungkapkan  bahwa metode  guided  discovery  dalam  proses  belajar  mengajar  akan  menjadikan  siswa
aktif dalam melakukan eksplorasi, observasi, investigasi dengan bimbingan guru. Kegiatan ini berdampak positif terhadap proses kognitif, afektif, dan sosial peserta
didik. Hasil belajar dan retensi menjadi tinggi serta dapat mengembangkan sikap ilmiah  siswa,  salah  satunya  yaitu  sikap  ingin  tahu  curiosity.  Hal  ini  senada
dengan  pendapat  Carin    Sund  1989:  97-98  yang  menjelaskan  bahwa  metode guided discovery
dapat membantu siswa mengembangkan “positive self-concept” atau  konsep  diri  yang  positif.  Siswa  akan  lebih  percaya  diri,  memiliki  curiosity
yang  tinggi,  dan  memiliki  jiwa  kepetualangan  karena  memiliki  konsep  diri  yang positif.
F. Kerangka Pikir