Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5 Dewasa ini orang-orang lebih mencintai budaya asing serta kurang
menghargai dan mempelajari budaya bangsa yang merupakan salah satu potret lemahnya jiwa nasionalis bangsa. Adanya pengakuan budaya oleh
bangsa lain barulah masyarakat sadar dan mulai mengangkat kembali budaya nasional. Berdasarkan pemberitaan di salah satu media online
tempo.co edisi
Kamis, 21 Juni 2012, ada sebanyak 7 kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh negara lain yaitu kesenian Reog Ponorogo pada November 2007, lagu
daerah “Rasa Sayange” asal Maluku pada Desember 2008, Tari Pendet dari Bali pada Agustus 2009, kerajinan batik pada 2009, alat musik Angklung
pada Maret 2010, dan yang terakhir klaim Tari Tortor dan alat musik Gordang Sambilan dari Mandailing Sumatera Utara pada 14 Juni 2012
sumber: http:www.tempo.coreadnews20120621078411954Malaysia-
Sudah-Tujuh-Kali-Mengklaim-Budaya-RI .
Gambaran mengenai kurangnya kecintaan bangsa Indonesia terhadap budaya sendiri dan lebih mencintai budaya asing ini tercermin dari sikap
kebanyakan masyarakat terutama generasi muda yang menjadikan gaya hidup, mode berpakaian, kebudayaan, bahasa bangsa lain sebagai bagian dari
dirinya. Pada zaman modern yang serba dilengkapi peralatan canggih membuat semakin banyak negara memproduksi baik film yang baru
diproduksi dan ditayangkan di layar lebar maupun film lama yang ditayangkan di televisi. Pada kenyataannya masyarakat terutama generasi
muda lebih antusias menonton film produksi luar negeri dibandingkan film produksi dalam negeri.
6 Remaja-remaja lebih menyukai produk budaya asing terutama dalam
hal entertainment. Generasi muda lebih sering menyanyikan lagu-lagu berbahasa asing dibandingkan lagu-lagu berbahasa Indonesia. Apabila hal
tersebut terus menerus dibiarkan maka kebudayaan Indonesia semakin lama dapat tersisih, terlebih pada tahun 2015 sudah mulai memasuki sistem
perdagangan AFTA Asean Free Trade Area. Pada era ini akan semakin banyak warga negara asing yang keluar masuk Indonesia untuk melakukan
perdagangan yang tentunya juga membawa kebudayaan negaranya. Penanaman jiwa nasionalis harus terus diberikan terutama kepada generasi
muda agar terbentuk generasi muda yang dapat mengikuti perubahan zaman dan tetap memiliki jiwa nasionalis yang kuat.
Penanaman nasionalisme sangat penting diberikan kepada siswa agar terbentuk generasi muda penerus bangsa yang memiliki jiwa nasionalis yang
kuat. Pada setiap jenjang pendidikan, sekolah sebagai penyelenggara pendidikan berperan aktif dalam penanaman nasionalisme. Salah satu upaya
sekolah dalam membangun jiwa nasionalis yang paling dasar dan sering dilakukan adalah
upacara bendera. Upacara bendera dapat melatih
kedisiplinan dan membentuk generasi muda yang mampu menghargai jasa- jasa kepahlawanan pejuang kemerdekaan Indonesia sehingga menambah
kecintaannya terhadap tanah air dan mengisi kemerdekaan dengan kegiatan- kegiatan positif yang tetap memegang teguh persatuan dan kesatuan bangsa
dengan menghargai setiap keberagaman yang ada di Indonesia.
7 Berdasarkan hasil pra-observasi yang telah dilakukan dengan
wawancara kepada wakil kepala sekolah SMA Negeri 10 Yogyakarta pada hari Selasa, 13 Januari 2015 diketahui bahwa SMA Negeri 10 Yogyakarta
dalam membangun karakter jiwa nasionalis siswa dilakukan dengan menanamkan pendidikan nasionalis melalui upacara bendera rutin, upacara
peringatan hari besar nasional, serta menyanyikan lagu wajib nasional. Upacara bendera merupakan salah satu upaya pembiasaan untuk
menanamkan kedisiplinan, membangun jiwa nasionalis dan rasa cinta tanah air pada diri siswa. Upacara bendera setiap hari Senin di SMA Negeri 10
Yogyakarta diadakan setiap dua minggu sekali bergantian dengan kegiatan IMTAQ.
SMA Negeri 10 Yogyakarta mengadakan upacara peringatan hari besar nasional yang disertai dengan kegiatan lomba-lomba bertema nasionalisme
untuk memperingati hari besar nasional. Kegiatan pembiasaan lain yang rutin dilakukan oleh sekolah untuk membangun jiwa nasionalis siswa adalah
menyanyikan lagu wajib nasional. Seluruh warga sekolah menyanyikan lagu Indonesia Raya pada jam pertama sebelum pelajaran dimulai dan
menyanyikan lagu Bagimu Negeri pada jam pelajaran terakhir. Kegiatan menyanyikan lagu bertujuan agar siswa dapat memahami makna dibalik lagu
tersebut serta mampu mengambil contoh keteladanan untuk meneruskan cita- cita perjuangan bangsa.
Penanaman nilai pada jenjang Sekolah Menengah Atas SMA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK, dan Madrasah Aliyah MA merupakan salah
8 satu langkah yang sangat efektif karena pada masa tersebut siswa sedang
berada pada fase pencarian jati diri. Penanaman nilai yang diberikan pada fase ini dapat membentuk karakter generasi muda penerus bangsa yang kritis
dan reaktif terhadap segala permasalahan bangsa yang muncul. Sehingga penelitian ini mengambil setting SMA sebagai setting penelitian. SMA
Negeri 10 Yogyakarta merupakan sekolah menengah negeri di kota Yogyakarta yang terletak di kawasan tempat-tempat wisata bersejarah seperti
benteng, kraton, dan museum. Keberadaan tempat-tempat bersejarah di sekitar sekolah dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk membangun
jiwa nasionalis siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait peran atau upaya-upaya yang dilakukan
oleh SMA Negeri 10 Yogyakarta dalam membangun jiwa nasionalis siswa.