Tingkat Pendidikan Guru Kajian Pustaka

4. Tingkat Pendidikan Guru

Menurut Prof. Dr. M.J. Langeveld pendidikan ditafsirkan sebagai bimbingan kepada anak untuk mencapai kedewasaan, yang kelaknya anak itu mampu berdiri sendiri dan mengejar cita-cita. Pendidikan senantiasa merupakan proses refleksi dari situasi obyektif serta sarat sejarah yang konkrit pada waktu itu. Jika keadaan diatas ini kita hubungkan dengan situasi di Indonesia yang berlatar belakang demokrasi Pancasila, maka perumusan pendidikan hendaknya membimbing anak menjadi manusia, yang memiliki kecakapan-kecakapan dan sifat yang diperlukan untuk ikut aktif dalam usaha pembangunan nasional dan yang mempunyai kesadaran mengabdi kepada cita-cita rakyat Indonesia. Dalam GBHN dikatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Untuk memahami pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman hakikat pendidikan, yaitu kata paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Oleh karena itu, pedagogik pedagogics atau ilmu mendidik adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasaan Sukardjo dan Komarudin, 2009:7. Mudyahardjo 2012:3 memberikan pengertian pendidikan ke dalam tiga jangkauan, yaitu pengertian pendidikan maha luas, sempit dan luas terbatas. Definisi maha luas, yaitu pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Definisi sempit, yaitu pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan- hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Sementara itu, definisi luas terbatas, yaitu pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, danatau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman- pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Karena sifatnya yang kompleks dalam istilah pendidikan, oleh Tirtaraharja dan Sulo 2005:33 dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsinya. Batasan tersebut antara lain: a. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya b. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja Berdasarkan pengertian dan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi pendidikan. Pendidikan adalah usaha menarik sesuatu di dalam manusia sebagai upaya memberikan pengalaman- pengalaman belajar terpogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. Menurut Danim 2011: 40, secara tradisional tujuan utama pendidikan adalah transmisi pengetahuan atau proses membangun manusia menjadi berpendidikan. Transfer pengetahuan yang diperoleh di bangku sekolah atau di lembaga pelatihan ke dunia nyata adalah sesuatu yang terjadi secara alamisebagai konsekuensi dari kepemilikan pengetahuan oleh peserta didik atau siswa. Selanjutnya secara akademik, Danim 2011: 41 mengemukakan bahwa pendidikan memiliki beberapa tujuan, sebagai berikut: a. Mengoptimalisasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki oleh siswa. b. Mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi untuk menghindari sebisa mungkin anak-anak tercabut dari akar budaya dan kehidupan berbangsa dan bernegara. c. Mengembangkan daya adaptabilitas siswa untuk menghadapi situasi masa depan yang terus berubah, baik intensitas maupun persyaratan yang diperlukan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Meningkatkan dan mengembangkan tanggung jawab moral siswa, berupa kemampuan untuk membedakan mana yang benar mana yang salah, dengan spirit atau keyakinan untuk memilih dan menegakkannya. e. Mendorong dan membantu siswa mengembangkan sikap bertanggung jawab terhadap kehidupan pribadi dan sosialnya, serta memberikan kontribusi dalam aneka bentuk secara leluasa kepada masyarakat. f. Mendorong dan membantu siswa memahami hungan yang seimbang antara hukum dan kebebasan pribadi dan sosial. Tentang fungsi pendidikan, Danim 2011; 40 mengatakan bahwa tujuan dan fungsi pendidikan seringnya sulit dibedakan bahkan dikacaukan. Kata tujuan merujuk pada hasil, sedangkan fungsi merujuk pada proses. Selanjutnya, Danim 2011: 45-46 mengatakan bahwa pendidikan berfungsi mengoptimalisasi kapasitas atau potensi dasar siswa. Fungsi pendidikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI adalah membangun manusia yang beriman, cerdas, kompetitif, dan bermartabat. Beriman mengandung makna manusia mengakui adanya eksistensi Tuhan dan mengikuti ajaran dan menjauhi larangan-Nya. Kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa tercermin dari keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, budi pekerti luhur, altruis semangat membantu orang lain secara cuma-cuma, motivasi tinggi, opyimis, dan kepribadian unggul. Kecerdasan emosional dan spiritual tercermin dari sensitivitas dan apresiasi akan kehalusan dan keindahan seni budaya; beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang membina dan memupuk hubungan timbal- balk, demokratis, empatik, simpatik, menjunjung tinggi HAM, ceria dan percaya diri, menghargai kebhinekaan, berwawasan kebangsaan, serta kesadaran akan hak dan kewajiban. Kecerdasan intelektualtercermin dari kompetensi dan kemandiriandalam bidang IPTEK, serta insan intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif. Cerdas secara kinestetik berkaitan dengan sosok pribadi sebagai insan yang sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, dan cekatan serta insan adiraga. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan guru dapat mempengaruhi kemampuan guru untuk mengimplementasi Permendikbud nomor 23 tentang Standar Penilaian dalam Kurikulum 2013 edisi revisi. Semakin tinggi tingkat pendidikan guru, semakin tinggi kemampuan untuk mengimplementasikan Permendikbud nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan guru semakin rendah kemampuan guru untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengimplementasikan Permendikbud nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

5. Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah

Dokumen yang terkait

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 Persepsi Guru Terhadap Penilaian Autentik Yang Telah Disempurnakan Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Di Sd Muhammadiyah Program Khusus Kottabar

0 5 12

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 Persepsi Guru Terhadap Penilaian Autentik Yang Telah Disempurnakan Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Di Sd Muhammadiyah Program Khusus Kottabar

0 2 15

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta 2017.

0 2 215

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, kesibukan guru di luar kegiatan sekolah, dan status sekolah tempat guru mengajar terhadap minat melakukan penulisan karya ilmiah.

0 1 177

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, frekuensi mengakses internet, dan pangkat golongan guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar P

0 0 234

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada

0 3 213

Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016 tent

0 0 277

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, kesibukan guru di luar kegiatan sekolah, dan status sekolah tempat guru mengajar terhadap minat melakukan penulisan karya ilmiah

1 6 175

Pengaruh kesibukan guru di sekolah, frekuensi mengakses internet, pangkat golongan terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

0 0 218

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016

0 0 246