X
2
= variabel tingkat pendapatan orang tua X
1
X
2
= nilai interaksi antara variabel prestasi belajar dengan varibel tngkat pendapatan orang tua
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
β
3
dari interaksi variabel prestasi belajar dengan variabel minat berwiraswasta adalah -0,043. Nilai tersebut menunjukkan tanda negatif
yang berarti bahwa interaksi kedua variabel tersebut tidak memperkuat derajat hubungan prestasi belajar dengan minat berwiraswasta. Nilai
signifikansi koefisien regresi β
3
dari interaksi variabel prestasi belajar dengan variabel tingkat pendapatan orang tua terhadap variabel minat
berwiraswasta menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ = 0,269 α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara prestasi belajar dengan minat
berwiraswasta ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua adalah tidak signifikan. Artinya, tidak ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua
terhadap hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwiraswasta.
C. Pembahasan
1. Hubungan antara Prestasi Belajar Siswa SMK dengan Minat
Berwiraswasta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara prestasi belajar siswa SMK dalam mata pelajaran kewirausahaan dengan
minat berwirasawasta. Hasil ini didukung oleh perhitungan analisis yang
menghasilakan nilai r
hitung
0,149 lebih kecil dari r
tabel
0,237 dan nilai probabilitas koefisien regresi
ρ = 0,230 lebih besar dari α = 0,05 yang berarti koefisien korelasi tersebut tidak signifikan. Artinya, tinggi
rendahnya prestasi belajar siswa SMK dalam mata pelajaran kewirausahaan tidak mempengaruhi tinggi rendahnya minat
berwiraswasta. Deskripsi minat siswa berwiraswasta menunjukkan bahwa
sebagaian besar 28 siswa atau 41,79 memiliki minat yang tinggi untuk berwiraswasta. Menurut Syah 1995:151, minat adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mempunyai
keinginan, perasaan tertarik, dan perasaan suka untuk berwiraswasta. Deskripsi prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa dikategorikan memiliki prestasi belajar yang tinggi 44 siswa atau 65,67. Menurut Winkel 1989:100, prestasi belajar adalah tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai
sejumlah materi pelajaran tertentu. Hal tersebut tercermin dari nilai rapor dari semester 2 kelas XII. Hasil pengujian koefisien korelasi
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara prestasi belajar siswa SMK dengan minat berwiraswasta, sehingga tinggi rendahnya prestasi siswa
tidak mempengaruhi tinggi rendahnya minat berwiraswasta. Hal ini disebabkan oleh arah dan sistem pendidikan di Indonesia yang masih
kurang mendukung. Sistem pendidikan yang ada hanya fokus pada penciptaan tenaga kerja, bukan menciptakan entrepreneur-entrepreneur
potensial. Metode menghafal, misalnya, membuat anak tidak memiliki daya kreasi dan inovasi, yang sangat dibutuhkan dalam dunia
kewirausahaan http:moeziy.blogspot.com20090730kewirausahaan. Selama bertahun-tahun pula kita hanya dijejali dengan aneka teori dan
konsep. Pembelajaran dengan menggunakan praktik masih kurang dilakukan, padahal praktik akan membuat siswa terbiasa dan terampil
mengerjakan sesuatu. Setiap penghujung tahun ajaran, setiap kampus ataupun sekolah
bisnis beramai-ramai mengadakan Job Fair, memberikan pembekalan tentang cara menyusun CV yang bagus dan trik bagaimana menghadapi
wawancara kerja. Semua dilakukan agar para lulusan dapat menjadi pekerja dan bukan berwiraswasta.
Selain itu, perubahan peran BK Bimbingan dan Konseling dalam ranah pendidikan yang semula sebagai wadah yang membantu
menemukan serta mengembangkan talenta dan minat peserta didik, kini BK dianggap sebagai polisi sekolah dalam penanganan anak-anak
berkasus www.kabarindonesia.com. Penemuan dan pengembangan talenta dapat memberikan suntikan rasa percaya diri dan penghargaan diri
individu secara proporsional. Mengenali potensi dan talenta serta mengembangkannya dapat menjadikan kita menjadi manusia yang
unggul dan pada tahap inilah pekerjaan akan memburu individu. Sejalan
dengan hal tersebut, minat siswa terhadap kewiraswastaan perlu diketahui oleh guru maupun siswa itu sendiri mengingat minat ini dapat
mengarahkan siswa untuk melakukan pilihan dalam menentukan cita- citanya. Cita-cita merupakan perwujudan dari minat dalam hubungan
dengan prosesjangkauan masa depan bagi siswa untuk merencanakan dan menentukan pilihan terhadap pendidikan, jabatan atau pekerjaan
yang diinginkan. Uraian di atas coba menjelaskan pada kita mengapa nilai prestasi
belajar siswa SMK dalam mata pelajaran kewirausahaan tidak mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap minat
berwiraswasta.
2. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Hubungan