BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Merek dan Pentingnya Ekuitas Merek
2.1.1 Pengertian Merek
Dewasa ini, satu-satunya atribut yang sulit ditiru adalah merek yang kuat. Produk yang memiliki merek yang kuat cenderung lebih mudah memenuhi
kebutuhan dan keinginan sesuai dengan persepsi pelanggan. Merek lebih bermakna dari pada sekedar produk. Produk hanya menjelaskan atribut fisik, sedangkan merek
dapat menjelaskan emosi serta hubungan secara spesifik dengan pelanggannya. Menurut Kotler 2007:332 memberikan pengertian merek sebagai berikut
“Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa penjual atau
kelompok p enjual dan untuk mendeferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing”.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, jika suatu perusahaan tersebut tidak melihat tujuan merek hanya sebagai nama, perusahaan tersebut tidak
melihat tujuan merek yang sebenarnya. Ribhan 2006:13 merek dapat diartikan sebagai berikut: “Merek merupakan
tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah trademark merek dagang yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat”.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hal ini bisa terjadi
11
karena merek mengandung nilai-nilai yang bersifat intangible seperti keyakinan, harapan, serta sarat dengan persepsi pelanggan.
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa merek merupakan nilai yang terlihat dan tidak terlihat yang terkandung dalam suatu barang
dan jasa yang membedakan dari barang dan jasa lain.
2.1.2 Tujuan Merek
Pada dasarnya suatu merek juga merupakan janji penjualan untuk secara konsisten menyampaikan serangkaian ciri-ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada
para pembeli. Merek yang baik juga menyampaikan jaminan tambahan berupa jaminan kualitas.
Batasan-batasan mengenai merek yang paling tahan lama adalah nilai, budaya dan kepribadian yang tercermin dari merek itu. Pemberian nama atau merek pada
suatu produk hendaknya tidak hanya merupakan suatu simbol, karena merek menurut Kotler 2002:460 memiliki enam tingkat pengertian:
1. Atribut Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan
agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja yang terkandung dalam merek.
2. Manfaat Merek juga memiliki serangkaian manfaat.Konsumen tidak membeli
atribut, mereka membeli manfaat.Produsen harus dapat menerjemahkan atribut menjadi manfaat yang dapat langsung dirasakan oleh konsumen.
3. Nilai Merek juga menyatakan suatu tentang nilai bagi produsen. Mereka yang
memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut.
4. Budaya Merek juga mewakili budaya tertentu.
5. Kepribadian Merek juga memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi penggunanya.
Diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si pengguna akan tercermin bersamaan dengan merek dia gunakan.
6. Pemakai Merek juga menunjukan jenis konsumen pemakai merek tersebut.Itulah
sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orang-orang terkenal untuk penggunaan mereknya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa merek sekurangnya dapat memberikan arti dan citra dilihat dari atribut, manfaat, nilai, budaya, kepribadian
dan pemakai.
2.1.3 Karakteristik Merek