untuk memperoleh model yang terdiri dari beberapa variabel independen yang dianggap terbaik untuk memprediksi kejadian dependen Amran, 2012.
Analisis multivariat diawali dengan melakukan analisis bivariat terhadap masing-masing variabel independen dengan variabel dependen.
Apabila hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p-value sig. 0,25, maka
variabel penelitian dapat masuk ke dalam pemodelan analisis multivariat. Sebaliknya, apabila hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p-value sig.
0,25, maka variabel terebut tidak dapat masuk ke dalam pemodelan multivariat.
Setelah didapatkan variabel yang menjadi kandidat pemodelan pada analisis multivariat, tahap selanjutnya adalah melakukan pembuatan model
untuk menentukan variabel independen yang paling berhubungan dengan variabel dependen. Pembuatan model faktor penentu ini dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi logistik berganda. Apabila hasil uji menunjukkan terdapat variabel yang memiliki nilai p-value sig. 0,05,
maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari pemodelan. Uji regresi logistik berganda dilakukan kembali secara bertahap hingga tidak terdapat variabel
yang memiliki nilai p-value sig. 0,05. Setelah diperoleh pemodelan akhir, tahap selanjutnya adalah
memeriksa apakah terdapat interaksi antar variabel independen melalui uji interaksi. Uji interaksi dilakukan pada variabel independen yang diduga
secara substansi terdapat interaksi. Apabila nilai p-value 0,05 berarti terdapat interaksi antar variabel independen tersebut dan sebaliknya. Apabila
terdapat interaksi, maka pemodelan akhir yang digunakan adalah pemodelan multivariat dengan interaksi. Apabila tidak terdapat interaksi, maka
pemodelan akhir yang digunakan adalah model multivariat tanpa interaksi. Adapun penyajian data pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi.
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Puri Cinere
1. Sejarah Rumah Sakit Puri Cinere
Rumah Sakit Puri Cinere dibangun pada tahun 1990, berawal dari kesadaran adanya peningkatan kebutuhan hidup sehat pada masyarakat,
sehingga memunculkan gagasan untuk mendirikan rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan terpadu bagi masyarakat sekitar dan menjadi tempat
pengembangan profesi bidang kedokteran. Untuk mewujudkan sebuah rumah sakit komunitas bagi masyarakat sekitar, para pendiri memilih kawasan
Cinere sebagai lokasi rumah sakit dengan pertimbangan bahwa wilayah ini merupakan wilayah pemukiman yang berkembang, terletak di perbatasan
Jakarta dan Jawa Barat, dan kawasan yang membutuhkan layanan kesehatan dengan kualitas yang lebih tinggi.
Rumah Sakit Puri Cinere berdiri pada tanggal 15 Desember 1991 sebagai rumah sakit umum tipe madya di dalam naungan PT. Anadi Sarana
Tatahusada dengan
pemegang saham
mayoritas adalah
Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia, PT. Timber Dana, Yayasan Sarana
Wanajaya, Bpk. Budi Darmono, SH, MA, MCL, YKP Bapindo dan Dana Pensiun Mandiri 1 dan Dana Pensiun Mandiri 2.
Sejak mulai beroperasi pada tahun 1992, Rumah Sakit Puri Cinere menunjukkan perkembangan yang cukup bermakna. Pada awalnya, Rumah
Sakit Puri Cinere baru membuka sebagian fasilitas untuk menerima pasien rawat inap. Pada perkembangan kurang dari tiga tahun, semua fasilitas rawat
inap dibuka dengan kapasitas 120 tempat tidur. Pada tahun 1997, Rumah Sakit Puri Cinere memperoleh akreditasi 5
lima modul pelayanan, yaitu pelayanan keperawatan, Instalasi Gawat Darurat IGD, pelayanan rekam medik, pelayanan administrasi dan
manajemen. Pada tahun 1999, segenap staf Rumah Sakit Puri Cinere meraih prestasi sebagai Juara II Rumah Sakit Swasta dengan penampilan kerja
terbaik dari Pemerintah Provinsi Pemprov Jawa Barat dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ke-35. Pada tahun 2001, Rumah Sakit Puri Cinere
berhasil memperoleh akreditasi 12 modul pelayanan dan 16 modul pelayanan lengkap pada tahun 2007.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.YM02.04.3.5.3486 tanggal 1 Agustus 2006, Rumah Sakit Puri Cinere
berubah nama menjadi Rumah Sakit Hospital Cinere. Pada tahun 2011, Rumah Sakit Hospital Cinere berubah nama kembali menjadi Rumah Sakit
Puri Cinere. Pada tahun 2012, Rumah Sakit Puri Cinere berhasil meraih Juara III sebagai Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi tingkat Provinsi Jawa Barat.