Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UTILISASI PELAYANAN PERSALINAN OLEH PASIEN
ANTENATAL CARE DI RUMAH SAKIT PURI CINERE TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH : INDRYANI NIM : 109101000006
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1434 H / 2013 M
(2)
(3)
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Skripsi, Juli 2013
Indryani, NIM. 109101000006
Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Utilisasi Pelayanan
Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 xxii + (189) halaman, (39) tabel, (4) bagan, (1) gambar, (8) lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang: Utilisasi pelayanan persalinan merupakan perilaku penggunaan atau pemanfaatan pelayanan persalinan yang tersedia di suatu pelayanan kesehatan (Rumah Sakit Puri Cinere). Tingginya angka jumlah kunjungan pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere nyatanya tidak diikuti dengan utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere cenderung rendah dan menurun dari tahun ke tahun.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif dan desain penelitian cross sectional study. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan alat bantu kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien antenatal care trimester III Rumah Sakit Puri Cinere bulan April 2013. Sampel penelitian ini berjumlah 105 responden. Sebelum pengumpulan data, dilakukan uji kuesioner terhadap 20 responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 64,8%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere, meliputi pekerjaan, penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, fasilitas kesehatan, pelayanan dokter, kemudahan informasi, biaya pelayanan, penanggung biaya, dan aksesibilitas. Sedangkan variabel yang paling dominan berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere adalah fasilitas kesehatan.
(4)
iv
Saran: Rumah Sakit Puri Cinere perlu melakukan peningkatan terhadap fasilitas kesehatan, memelihara hubungan baik dengan rekanan pihak perusahaan dan asuransi dan menperluas jaringan kerjasama dengan perusahaan dan asuransi lain. Rumah Sakit Puri Cinere juga perlu mempertimbangkan kembali tarif pelayanan dan membuat paket-paket promosi khusus untuk pasien antenatal care yang melakukan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Pihak rumah sakit juga dapat bekerjasama dengan dokter dalam memberikan edukasi dan informasi mengenai pentingnya pemanfaatan pelayanan antenatal care dan persalinan di fasilitas kesehatan.
Kata Kunci : utilisasi pelayanan kesehatan, pelayanan antenatal care, pelayanan persalinan, rumah sakit.
(5)
v
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
CONCENTRATION HEALTH SERVICES MANAGEMENT Undergraduated Thesis, July 2013
Indryani, NIM. 109101000006
Analysis Factors Related with Giving Birth Service of Utilization by Antenatal Care Patients at Puri Cinere Hospital in 2013.
xxii + (189) pages, (39) tables, (3) charts, (1) pictures, (8) attachment
ABSTRACT
Background: The utilization of giving birth service was the behavior of using giving birth service providing in a health service (Puri Cinere Hospital). On fact, the high of visiting numbers by the antenatal care patients were not followed by the utilization of giving birth service in Puri Cinere Hospital. The utilization of giving birth service in puri cinere hospital were low and decrease from year to year (each year).
Method: This study was analytic research using quantitative approach and cross sectional study design. The data was collected by interview method using questionnaire tool. The population were all the patients of antenatal care third semester in April 2013. The sample were 150 respondent. The data analysis used univariate, bivariate, and multivariate.
Result: Based on the finding of this research, the antenatal care patient who utilized the giving birth service in Puri Cinere Hospital was 64,8%. The finding showed that there were 9 variables which had meaningful relation with the utilization of giving birth service by the antennal care patient in Puri Cinere Hospital, including the job, family income, the mothers perception of pregnancy condition, the health facility, the doctor service, the information facility, the service cost, the financial backer, and the accessible. While the variable which was the most dominant related to the utilization of giving birth service by the antenatal care patient in Puri Cinere Hospital was health facility.
Suggestion: The Puri Cinere Hospital has to increase the health facility, maintain good relation and pevelap the network with companion and insurance enderprise. The Puri Cinere Hospital also has to reconsider the service fare and provide special
(6)
vi
promotion packages for the patients of antenatal care who had giving birth in Puri Cinere Hospital. The hospital side also has to work with the doctor to give an education and information about the importance of using antenatal care and giving birth service in health facility.
Keywords : Utilization ofhealth service, antenatal care service,giving birth service, hospital.
(7)
(8)
(9)
ix
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ ... Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan Hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap”. (QS. Al-Insyirah: 5-8).
“ ... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS. Ar-radu: 11).
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Kedua orangtua,, keluarga dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan, motivasi, dan doa yang tulus.
Seluruh dosenProgram Stdi Kesehatan Masyarakat atas segala
keilmuan, arahan dan bimbingan selama perkuliahan
.
(10)
x
RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Indryani
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 3 November 1991 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Cendana II blok E7 No.16 RT 02/ RW 017
Perumahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 14516.
No. Telp : 089636306210
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. 1997 - 2003 : SD Negeri Serua X Bukit indah 2. 2003 - 2006 : SMP Negeri 2 Pamulang 3. 2006 - 2009 : SMA Negeri 1 Ciputat
4. 2009 – Juli 2013 : S1-Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Riwayat Organisasi
1. 2009 - 2010 : Anggota Korp Suka Rela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) unit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. 2010 - 2012 : Staf Publikasi, Humas, dan Informasi (Pubhuminfo) Korp Suka Rela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) unit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. 2012 – April 2013 : Sekretaris Departemen Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(11)
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di Rumah
Sakit Puri Cinere Tahun 2013” dapat diselesaikan tepat waktu.
Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir mahasiswa semester VIII (delapan) Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Orangtua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun nonmateril dalam penyusunan penelitian skripsi ini.
2. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ir. Febrianti, M.Si selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Yuli Amran, MKM dan dr.Yuli Prapanca Satar, MARS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.
5. Raihana N. Alkaff, M.MA, Fajar Ariyanti, Ph.D dan Lilis Muchlisoh, MKM selaku penguji sidang skripsi yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini. 6. Riastuti Kusuma Wardani, MKM selaku penanggung jawab Peminatan
Manajemen Pelayanan Kesehatan yang telah memberikan masukan dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.
7. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk para dosen tamu, terima kasih atas keilmuan yang telah diberikan selama perkuliahan.
(12)
xii
8. Direktur Rumah Sakit Puri Cinere yang telah memberikan perizinan penelitian skripsi ini.
9. Bapak Nurhaedi yang telah membantu perizinan penelitian skripsi ini.
10.Seluruh staf Rumah Sakit Puri Cinere khususnya Ibu Santhi, Bapak Baim, Bapak Broto, dr.diana, Ibu Ella, dan perawat poliklinik kebidanan yang telah membantu pelaksanaan penelitian skripsi ini.
11.Bapak Ahmad Gozali yang telah membantu administrasi mahasiswa dari awal hingga akhir perkuliahan.
12.Rahmi Fadhila, Mentary Putry, Amelia Marif, Alfiyah, Desi Nutrika, Taslimah, Abdul Rahman, Ahmad Rifqy, Nanik S. dan Kak Ami 2007 yang telah membantu pelaksanaan penelitian skripsi ini.
13.Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009, khususnya teman-teman Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK).
14.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Jakarta, Juli 2013
Penulis
(13)
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT v
PERNYATAAN PERSETUJUAN vii
LEMBAR PENGESAHAN viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ix
RIWAYAT HIDUP x
KATA PENGANTAR xi
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR BAGAN xvii
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR TABEL xix
DAFTAR LAMPIRAN xxii
DAFTAR SINGKATAN xxiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Pertanyaan Penelitian 8
D. Tujuan Penelitian 10
1. Tujuan Umum 10
2. Tujuan Khusus 10
E. Manfaat Penelitian 12
1. Secara Teoritis 13
2. Secara Praktis 13
(14)
xiv
BAB II TINJAUAN PUSAKA 15
A. Pelayanan Kesehatan 15
1. Definisi Pelayanan Kesehatan 15
2. Prinsip Pokok Pelayanan Kesehatan 17
3. Jenis Pelayanan Kesehatan 20
4. Rumah Sakit Sebagai Pelayanan Kesehatan 22
B. Utilisasi Pelayanan Kesehatan 26
1. Pengertian Utilisasi Pelayanan Kesehatan 26
2. Model Utilisasi Pelayanan Kesehatan 28
C. Pelayanan Antenatal Care 45
D. Pelayanan Persalinan 51
1. Pengertian Persalinan 51
2. Jenis Persalinan 51
3. Pelayanan Persalinan 52
E. Pelayanan Terdahulu 53
F. Kerangka Teori 59
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN 57
A. Kerangka Konsep 57
B. Definisi Operasional 65
C. Hipotesis Penelitian 69
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 71
A. Desain Penelitian 71
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 72
C. Populasi dan Sampel 72
1.Populasi 72
2.Sampel 73
(15)
xv
1.Data Primer 77
2.Data Sekunder 78
E. Metode Pengumpulan Data 78
F. Instrumen Penelitian 79
1.Uji Validitas 80
2.Uji Reliabilitas 82
G. Manajemen Data 83
1.Data Coding 83
2.Data Editing 84
3.Data Structure 84
4.Data Entry 84
5.Data Cleaning 84
H. Analisis Data 85
1.Analisis Univariat 85
2.Analisis Bivariat 86
3.Analisis Multivariat 87
BAB V HASIL PENELITIAN 90
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Puri Cinere 90
1. Sejarah Rumah Sakit Puri Cinere 90
2. Logo, Lokasi, dan Bangunan Rumah Sakit Puri Cinere 92 3. Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Puri Cinere 93 4. Struktur Organisasi Rumah Sakit Puri Cinere 94 5. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Puri Cinere 95
6. Fasilitas Rumah Sakit Puri Cinere 95
B. Hasil Analisis Univariat 98
1. Variabel Dependen 99
2. Variabel Independen 100
C. Hasil Analisis Bivariat 114
(16)
xvi
1. Pemilihan Kandidat Model 132
2. Pembuatan Model Faktor Penentu Variabel yang Paling
Berhubungan 134
3. Uji Interaksi 136
BAB VI PEMBAHASAN 142
A. Keterbatasan Penelitian 142
B. Gambaran Utilisasi Pelayanan Persalinan 143 C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Utilisasi Pelayanan
Persalinan 145
1. Usia 145
2. Pendidikan 148
3. Pekerjaan 151
4. Penghasilan Keluarga 154
5. Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan 157
6. Fasilitas Kesehatan 161
7. Pelayanan Dokter 164
8. Pelayanan Paramedis 167
9. Kemudahan Informasi 170
10. Biaya Pelayanan 172
11. Penanggung Biaya 176
12. Aksesibilitas 179
BAB VII PENUTUP 183
A. Simpulan 183
B. Saran 185
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(17)
xvii
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Nomor Halaman
2.1 Utilisasi Pelayanan Kesehatan Menurut Andersen 33
2.2 Tata Laksana Antenatal Care 50
2.3 Kerangka Teori Penelitian 56
(18)
xviii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Nomor Halaman
(19)
xix
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Nomor Halaman
2.1 Jumlah dan Waktu Pemeriksaan Kehamilan 49
2.2 Penelitian Terdahulu 54
3.1 Definisi Operasional Penelitian 65
4.1 Hasil Perhitungan Sampel Penelitian 77
4.2 Hasil Uji Validitas 81
5.1 Poliklinik Rumah Sakit Puri Cinere 96 5.2 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Utilisasi
Pelayanan Peraalinan 99
5.3 Usia Pasien Antenatal Care 100
5.4 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Usia 101 5.5 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Jenjang
Pendidikan 102
5.6 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan
Pendidikan 102
5.7 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan
Jenis Pekerjaan 103
5.8 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan
Pekerjaan 104
5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga 105 5.10 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan
Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan 106 5.11 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan
Persepsi Pasien Antenal Care terhadap Fasilitas
Kesehatan 107
(20)
xx
Persepsi terhadap Pelayanan Dokter 108 5.13 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan
Persepsi terhadap Pelayanan Paramedis 110 5.14 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan
Persepsi terhadap Kemudahan Informasi 111 5.15 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan
Persepsi terhadap Biaya Pelayanan Persalinan 112 5.16 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan
Penanggung Biaya 113
5.17 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan
Aksesibilitas 114
5.18 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Usia dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri
Cinere Tahun 2013 115
5.19 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pendidikan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri
Cinere Tahun 2013 116
5.20 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pekerjaan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri
Cinere Tahun 2013 118
5.21 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Penghasilan Keluarga dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah
Sakit Puri Cinere Tahun 2013 119
5.22 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 120 5.23 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Fasilitas
Kesehatan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah
Sakit Puri Cinere Tahun 2013 122
5.24 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pelayanan Dokter dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah
(21)
xxi
5.25 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pelayanan Paramedis dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah
Sakit Puri Cinere Tahun 2013 125
5.26 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Kemudahan Informasi dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah
Sakit Puri Cinere Tahun 2013 126
5.27 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Biaya Pelayanan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah
Sakit Puri Cinere Tahun 2013 128
5.28 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Penanggung Biaya dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit
Puri Cinere Tahun 2013 129
5.29 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Aksesibilitas dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah
Sakit Puri Cinere Tahun 2013 131
5.30 Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan
Variabel Dependen 133
5.31 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen 135 5.32 Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model antara Penghasilan
Keluarga, Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan, FasilitasKesehatan, dan Penanggung Biaya dengan
Utilitas Pelayanan Persalinan oleh Pasien Anatenal Care di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 136 5.33 Hasil Uji Interaksi antara Fasilitas Kesehatan, Penghasilan
Keluarga, dan Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 137 5.34 Hasil Analisis Multivariat antara Penghasilan Keluarga,
Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan, Fasilitas Kesehatan, dan Penanggung Biaya dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di
(22)
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Kuesioner
Lampiran 2. Pedoman Telaah Dokumen Lampiran 3 Pedoman Observasi
Lampiran 4. Struktur Organisasi Rumah Sakit Puri Cinere
Lampiran 5. Surat Permohonan Skripsi di Rumah Sakit Puri Cinere Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Skripsi di Rumah Sakit Puri Cinere
Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Pengumpulan Data di Rumah Sakit Puri Cinere
(23)
xxiii
DAFTAR SINGKATAN
AKI Angka Kematian Ibu
ALOS Average Length of Stay
ANC Antenatal Care
ASEAN Association of Southeast Asian Nations
BOR Bed Occupancy Rate
BTO Bed Turn Over
Depkes Departemen Kesehatan Republik Indonesia
KB Keluarga Berencana
KEK Kekurangan Energi Kronis
LBK Letak Belakang Kepala
MDG’S Millenium Development Goal’s
NICU Neonate Intensive Care Unit
OK SIP Orientasi, Kepercayaan, Safety, Integritas dan Professional
OR Odds Ratio
PemProv Pemerintah Provinsi
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan PID Pelvic Inflammatory Disease
PNS Pegawai Negeri Sipil
PPK Pemberi Pelayanan Kesehatan
PT Perseroan Terbatas
RSPC Rumah Sakit Puri Cinere RSHC Rumah Sakit Hospital Cinere
SDKI Survei Demografi Kesehatan Indonesia
SDM Sumber Daya Manusia
SKN Sistem Kesehatan Nasional
UGD Unit Gawat Darurat
UU Undang – Undang
(24)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk menggambarkan derajat kesehatan suatu bangsa. AKI adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan kehamilan atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain per 100.000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan RI, 2007).
AKI merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang masih belum dapat tertangani di Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2010, diketahui bahwa AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di Asia. Data WHO (2010) menyebutkan bahwa AKI di Indonesia pada tahun 1995 adalah 420 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2010 adalah 220 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data WHO tersebut, diketahui bahwa AKI di Indonesia telah mengalami penurunan, namun penurunan tersebut masih belum cukup berarti jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN lainnya, AKI di Indonesia masih sangatlah tinggi. Sebagai perbandingan, Vietnam berhasil menurunkan AKI dari 160 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995 menjadi 59 per 100.000 kelahiran
(25)
2
hidup pada tahun 2010. Sedangkan Malaysia berhasil menurunkan AKI dari 242 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1957 menjadi 29 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Penurunan AKI di Indonesia juga masih belum dapat mencapai target yang ditetapkan oleh Millenium Development
Goal’s (MDG’S), yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, diketahui bahwa penyebab utama AKI di Indonesia adalah karena perdarahan, eklampsi, dan infeksi. Perdarahan menempati urutan pertama penyebab kematian ibu dengan 28%, dimana anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan. Presentase kedua adalah eklampsi (24%), dimana kejang dapat terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Sedangkan presentase ketiga penyebab kematian ibu adalah infeksi, yaitu 11%.
Menurut Depkes (2007), pemberian pelayanan yang berkualitas diperkirakan dapat menurunkan AKI hingga 20% dan dengan sistem rujukan yang efektif dapat ditekan hingga 80%. Kebijakan Departemen Kesehatan pun telah berupaya mempercepat penurunan AKI yang mengacu pada intervensi
strategi “Empat Pilar Safe motherhood” yang terdiri dari keluarga berencana (KB), pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan pelayanan obstetri esensial. Namun, tingginya AKI di Indonesia disebabkan oleh masih rendahnya pemanfaatan (utilisasi) pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
(26)
3
(antenatal care) dan utilisasi pelayanan persalinan. Thabrany (2005) menyatakan bahwa meskipun fasilitas kesehatan tersebar luas, utilisasi dari pelayanan kesehatan di Indonesia masih tidak optimal. Hal tersebut yang menyebabkan masih rendahnya utilisasi pelayanan kesehatan di Indonesia.
Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut Andersen (1968) dalam Ilyas (2006), bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan, yaitu karakteristik predisposisi (predisposing characteristics), karakteristik kemampuan (enabling characteristics), dan karakteristik kebutuhan (need characteristics). Karakteristik predisposing digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa individu memiliki kecenderungan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda, karena adanya ciri individu yaitu demografi, struktur sosial, dan keyakinan terhadap kesehatan. Karakteristik enabling mencerminkan bahwa untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, individu memerlukan dukungan atau faktor yang memungkinkannya yang berasal dari sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat. Sedangkan karakteristik need mencerminkan bahwa individu memanfaatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya.
Green (1980) menjelaskan bahwa perilaku utilisasi pelayanan kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors). Faktor predisposing adalah faktor yang terdapat dalam diri individu.
(27)
4
Faktor enabling menggambarkan bahwa agar seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan, perlu adanya faktor yang memungkinkan individu tersebut untuk melakukannya. Sedangkan faktor reinforcing adalah faktor yang mendorong seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Selain pendapat Andersen dan Green, masih terdapat beberapa model utilisasi pelayanan kesehatan menurut para ahli, antara lain: model utilisasi pelayanan kesehatan menurut Feldstein (1993), dimana dibutuhkan demand terhadap utilisasi pelayanan kesehatan. Model utilisasi pelayanan menurut Andersen dan Anderson (1979) dalam Ilyas (2006) yang menggolongkan model utilisasi pelayanan kesehatan ke dalam tujuh kategori, yaitu demografi, struktur sosial, sosial psikologis, sumber daya keluarga, sumber daya masyarakat, organisasi, dan sistem kesehatan. Model utilisasi pelayanan kesehatan menurut Dever (1984) yang menjelaskan bahwa utilisasi pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor sosiobudaya, faktor organisasi, faktor konsumen, dan faktor yang berhubungan dengan provider (pemberi pelayanan kesehatan).
Rumah Sakit Puri Cinere merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki kendala dalam upaya optimalisasi pelayanan kesehatan ibu, dimana adanya kesenjangan antara pemanfaatan (utilisasi) masyarakat terhadap pelayanan antenatal care dengan pelayanan persalinan. Data rekam medis Poliklinik Kebidanan Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2010-2012 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pelayanan antenatal care dari 13.696
(28)
5
kunjungan pasien pada tahun 2010 menjadi 17.733 pasien pada tahun 2012. Namun, peningkatan utilisasi pelayanan antenatal care tersebut nyatanya tidak diikuti dengan utilisasi pelayanan persalinan. Utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sangat rendah dan cenderung menurun dari tahun ke tahun, dimana utilisasi pelayanan persalinan pada tahun 2010 sebesar 916 pasien menurun menjadi 783 pasien pada tahun 2012. Jika dibandingkan dengan jumlah pasien yang memanfaatkan pelayanan antenatal care, hanya sekitar 5,1% dari total kunjungan pasien antenatal care yang memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dan angka tersebut sudah termasuk pasien baru yang bukan merupakan pasien antenatal care.
Menurut Depkes (2007), optimalisasi terhadap utilisasi pelayanan antenatal care dan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama memiliki peranan penting dalam upaya menekan AKI di Indonesia. Hal ini dikarenakan, pelayanan antenatal care dapat bertindak sebagai alat bantu deteksi dini terhadap faktor-faktor risiko tinggi, penyulit, dan komplikasi yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu dan janinnya. Sehingga dengan dilakukannya utilisasi pelayanan antenatal care dan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama, dapat diketahui riwayat medis (medical record) ibu sejak kehamilan hingga menjelang persalinan, sehingga sangat membantu tenaga kesehatan dalam mengambil keputusan tindakan pada saat persalinan.
(29)
6
Dari segi rumah sakit, rendahnya utilisasi pelayanan kesehatan juga dapat berdampak pada efisiensi dan akuntabilitas dari rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen Rumah Sakit Puri Cinere, didapatkan informasi bahwa rendahnya utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere berdampak pada inefisiensi pelayanan persalinan yang disediakan oleh rumah sakit.
Beberapa penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa adanya pengaruh faktor-faktor tertentu terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenal care. Penelitian Syahrial (2001) menunjukkan bahwa biaya pelayanan dan kemudahan informasi merupakan faktor yang mempengaruhi pasien rawat jalan kebidanan dalam memilih tempat persalinan. Pada penelitian Muljadi (2003) menunjukkan bahwa pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi ibu dalam memanfaatkan kamar bersalin. Sedangkan Purnamawati (2002) dalam penelitiannya, menemukan hasil bahwa kondisi kehamilan ibu, kualitas pelayanan medik, fasilitas medis yang lengkap, dan biaya (tarif) merupakan faktor yang berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan rawat inap kebidanan. Penelitian lainnya, Khudhori (2012) menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang bermakna antara penghasilan keluarga, penanggung biaya, dan fasilitas kesehatan terhadap keputusan memilih tempat persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit IMC Bintaro. Supatra (2012) menemukan hasil bahwa jarak dan waktu tempuh (aksesibilitas)
(30)
7
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan utilisasi pelayanan persalinan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pasien antenatal care dalam menentukan utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi manajemen rumah sakit dalam menentukan kebijakan terkait peningkatan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care sebagai bentuk upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Adanya kesenjangan antara utilisasi pelayanan antenatal care dengan utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere, dimana terjadi peningkatan utilisasi pelayanan antenatal care pada tahun 2010-2012, dari 13.696 menjadi 17.333 kunjungan pasien. Namun, hal tersebut tidak diikuti dengan utilisasi pelayanan persalinan yang sangat rendah dan menurun dari tahun ke tahun. Rendahnya utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2010-2012, yaitu dari 916 pasien menurun menjadi 783 pasien. Rendahnya utilisasi pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama dengan utilisasi pelayanan antenatal care dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan ibu pada saat persalinan, yang dapat berdampak pada meningkatnya angka kematian ibu di Indonesia.
(31)
8
Belum dilakukannya penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pasien antenatal care dalam menentukan utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penelitian guna mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhinya agar dapat dilakukan intervensi atau perbaikan untuk meningkatkan utilisasi pelayanan persalinan di rumah sakit sebagai salah satu bentuk upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi pertanyaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
2. Apakah terdapat hubungan antara usia dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
3. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
(32)
9
4. Apakah terdapat hubungan antara pekerjaan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
5. Apakah terdapat hubungan antara penghasilan keluarga dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
6. Apakah terdapat hubungan antara persepsi ibu tentang kondisi kehamilan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
7. Apakah terdapat hubungan antara fasilitas kesehatan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
8. Apakah terdapat hubungan antara pelayanan dokter dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
9. Apakah terdapat hubungan antara pelayanan paramedis dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
10.Apakah terdapat hubungan antara kemudahan informasi dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
(33)
10
11.Apakah terdapat hubungan antara biaya pelayanan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
12.Apakah terdapat hubungan antara penanggung biaya dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
13.Apakah terdapat hubungan antara aksesibilitas dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
14.Variabel apa yang paling berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
(34)
11
b. Diketahuinya hubungan antara usia dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
c. Diketahuinya hubungan antara pendidikan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
d. Diketahuinya hubungan antara pekerjaan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
e. Diketahuinya hubungan antara penghasilan keluarga dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
f. Diketahuinya hubungan antara persepsi ibu tentang kondisi kehamilan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
g. Diketahuinya hubungan antara fasilitas kesehatan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
h. Diketahuinya hubungan antara pelayanan dokter dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
(35)
12
i. Diketahuinya hubungan antara pelayanan paramedis dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
j. Diketahuinya hubungan antara kemudahan informasi dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
k. Diketahuinya hubungan antara biaya pelayanan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
l. Diketahuinya hubungan antara penanggung biaya dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
m. Diketahuinya hubungan antara aksesibilitas dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
n. Diketahuinya variabel yang paling berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, antara lain:
(36)
13 1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan memberikan kontribusi atau sumbangan pemikiran terhadap keilmuan Manajemen Pelayanan Kesehatan khususnya terkait utilisasi pelayanan kesehatan.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Mahasiswa
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana pembelajaran mahasiswa untuk dapat menambah dan memperluas khasanah keilmuan serta sebagai sarana dalam mengaplikasikan keilmuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan kesehatan.
b. Rumah Sakit
1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi manajemen rumah sakit dalam menentukan kebijakan terkait utilisasi pelayanan persalinan.
2) Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk pengambilan keputusan rumah sakit dalam menetapkan strategi pemasaran yang tepat dan sesuai guna meningkatkan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere.
(37)
14 c. Bagi Institusi Pendidikan
Selain dapat menambah khasanah keilmuan Program Studi Kesehatan Masyarakat, khususnya dalam Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan penelitian sejenis dan berkelanjutan mengenai demand terhadap utilisasi pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Juni 2013. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, dimana variabel independen dan dependen diambil dalam waktu yang bersamaan.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien antenatal care trimester III yang tercantum dalam buku registrasi bulan April 2013 di Rumah Sakit Puri Cinere, baik yang memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere maupun yang tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Sampel penelitian ini berjumlah 105 responden. Sedangkan analisis data penelitian dilakukan secara analisis univariat, bivariat, dan multivariat.
(38)
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Pelayanan Kesehatan
1. Definisi Pelayanan Kesehatan
Menurut Lavey dan Loomba (1973) dalam Azwar (1996), pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat. Sedangkan Thabrany (2000) dalam Ilyas (2006) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan merupakan suatu produk jasa yang unik dibandingkan dengan produk jasa lainnya. Hal ini dikarenakan pelayanan kesehatan memiliki tiga ciri utama, yaitu:
a. Uncertainty
Pelayanan kesehatan bersifat tidak bisa dipastikan, baik dari segi waktu, tempat, besar biaya yang dibutuhkan, maupun tingkat urgensi dari pelayanan tersebut.
b. Asymetry of information
Asymetry of information adalah suatu keadaan tidak seimbang antara pengetahuan pemberi pelayanan kesehatan (PPK) dengan pengguna atau
(39)
16
pembeli jasa pelayanan kesehatan. Ketidakseimbangan informasi ini meliputi informasi tentang kebutuhan seseorang akan suatu pelayanan, kualitas pelayanan, harga, dan manfaat dari suatu pelayanan. Hal ini karena pembeli jasa pelayanan (pasien) bersifat kurang informasi (customer ingnorance), sehingga pasien menyerahkan sepenuhnya kepada dokter yang bertindak terhadap dirinya. Hal ini dapat menimbulkan tindakan supply induce demand (memberikan pelayanan yang sebenarnya tidak diperlukan) atau moral hazard dan dapat juga memberikan pelayanan dengan kualitas yang rendah.
c. Externality
Externality menunjukkan bahwa pengguna jasa dan bukan pengguna jasa pelayanan kesehatan dapat bersama-sama menikmati hasilnya. Demikian juga risiko pelayanan kesehatan tidak saja menimpa diri pembeli, tetapi juga pihak lain mungkin terpapar oleh risiko yang menimbulkan penyakit. Contohnya adalah konsumsi rokok yang mempunyai resiko lebih besar justru bukanlah perokok. Masyarakat yang tidak membeli rokok dan tidak menghisap rokok dapat terkena risiko sakit akibat asap rokok. Karena ciri khas inilah, pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dari publik atau pemerintah dalam berbagai bentuk.
(40)
17
2. Prinsip Pokok Pelayanan Kesehatan
Azwar (1996) menjelaskan bahwa persyaratan pokok yang harus dipenuhi oleh suatu pelayanan kesehatan adalah:
a. Tersedia dan Berkesinambungan
Suatu pelayanan kesehatan harus tersedia di masyarakat (available) dan berkesinambungan (continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat dibutuhkan. b. Dapat diterima dan Wajar
Suatu pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
c. Mudah dicapai
Suatu pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat dilihat dari segi lokasi. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja dan sementara di daerah pedesaan tidak ditemukan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
(41)
18
d. Mudah dijangkau
Pengertian keterjangkauan yang dimaksud adalah dari segi biaya. Biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e. Bermutu
Pengertian bermutu yang dimaksud adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, dimana di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Sistem Kesehatan Nasional (2009) menjelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip yang harus dimiliki oleh institusi sebagai syarat pelayanan kesehatan adalah:
a. Berkesinambungan dan Paripurna
Upaya kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan secara berkesinambungan dan paripurna, meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan hingga pemulihan, serta rujukan antar tingkatan upaya kesehatan.
b. Bermutu, Aman, dan Sesuai Kebutuhan
Pelayanan kesehatan bagi masyarakat harus berkualitas, terjamin keamanannya bagi penerima dan pemberi upaya, dapat diterima
(42)
19
masyarakat, efektif dan sesuai, serta mampu menghadapi tantangan global dan regional.
c. Adil dan Merata
Pelayanan kesehatan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan di seluruh wilayah.
d. Non Diskriminatif
Setiap penduduk harus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis, bukan status sosial ekonomi dan tidak membeda-bedakan suku atau ras, budaya, dan agama, dengan tetap memperhatikan gender.
e. Terjangkau
Pelayanan kesehatan yang bermutu harus terjangkau oleh seluruh masyarakat, baik dari aspek akses maupun biaya.
f. Teknologi Tepat Guna
Pelayanan kesehatan menggunakan teknologi tepat guna yang berbasis bukti. Teknologi tepat guna berasas pada kesesuaian kebutuhan dan tidak bertentangan dengan etika, moral, dan nilai agama.
g. Bekerja dengan tim secara tepat dan cepat
Upaya kesehatan dilakukan secara bekerjasama dengan tim, melibatkan semua pihak yang kompeten, dan secara cepat dengan ketepatan atau presisi yang tinggi.
(43)
20
3. Jenis Pelayanan Kesehatan
Berbagai konsep tentang jenis pelayanan kesehatan banyak dikemukakan oleh para ahli. Notoatmodjo (2007) membedakan jenis pelayanan kesehatan menjadi tiga bentuk pelayanan, yaitu:
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health Care)
Pelayanan kesehatan primer merupakan pelayanan kesehatan yang diperlukan masyarakat yang mengalami sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatannya. Pelayanan ini merupakan bentuk pelayanan dasar (basic health service) meliputi balai kesehatan masyarakat (balkesmas), pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling.
b. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Secondary Health Care)
Pelayanan kesehatan sekunder diperlukan untuk masyarakat yang memerlukan perawatan inap, dimana tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan memerlukan tenaga spesialis. Bentuk pelayanan ini adalah Rumah Sakit tipe C dan D.
c. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga (Tertiary Health Service)
Pelayanan kesehatan tersier diperlukan oleh masyarakat yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Bentuk pelayanan ini merupakan pelayanan yang kompleks dan memerlukan tenaga sub spesialis, yaitu Rumah Sakit tipe A dan B.
(44)
21
Berdasarkan sasaran dan orientasinya, Notoatmodjo (2010) membagi pelayanan kesehatan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:
a. Kategori Berorientasi Publik (Masyarakat)
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kategori publik terdiri dari sanitasi lingkungan (air bersih, sarana pembuangan limbah (padat dan cair), imunisasi, perlindungan kualitas udara, dan sebagainya). Pelayanan kesehatan masyarakat lebih diarahkan langsung ke arah publik dibandingkan ke arah individu secara khusus. Orientasi pelayanan kesehatan publik adalah preventif dan promotif.
b. Kategori Berorientasi Pribadi (Individu)
Pelayanan kesehatan pribadi adalah langsung ke arah individu, dimana umumnya mengalami masalah kesehatan atau penyakit. Orientasi pelayanan individu adalah penyembuhan dan pengobatan (kuratif), serta pemulihan (rehabilitatif) yang ditujukan langsug kepada pemakai pribadi (individual costumer).
Hodgetts dan Cascio (1983) dalam Azwar (1996), mengemukakan jenis pelayanan kesehatan, yaitu:
a. Pelayanan Kedokteran
Pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara
(45)
22
bersama-sama dalam satu organisasi dengan tujuan utama, yaitu untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, dengan sasaran adalah perseorangan dan keluarga.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi dengan tujuan utama adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit, dengan sasaran adalah kelompok dan masyarakat.
4. Rumah Sakit Sebagai Pelayanan Kesehatan
Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Sebagai sebuah organisasi, rumah sakit memiliki misi memberikan pelayanan yang menyeluruh, bermutu, dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Bermutu berarti rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang cepat, akurat, dan sesuai dengan kemajuan teknologi kedokteran, sehingga dapat berfungsi sebagai pusat rujukan. Sedangkan terjangkau berarti dapat melayani segala lapisan masyarakat (Azwar, 1996).
Menurut Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dijelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
(46)
23
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
WHO (1994) dalam Hartono (2010), menyatakan bahwa rumah sakit merupakan bagian dari sistem kesehatan yang berfungsi sebagai pusat sumber daya bagi peningkatan kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Berdasarkan Undang-Undang No. 44 tahun 2009, rumah sakit memiliki fungsi, yaitu: a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan meliputi pelayanan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Menurut Undang-Undang No.44 tahun 2009, rumah sakit dikategorikan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, yaitu:
a. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
(47)
24
b. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya, misalnya rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit kanker, dan rumah sakit kusta.
Berdasarkan kepemilikannya, Undang-Undang No.44 tahun 2009 membedakan rumah sakit di Indonesia ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Rumah Sakit Publik
Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
1) Rumah Sakit Pemerintah Pusat
Menurut Azwar (1996), terdapat dua macam rumah sakit milik pemerintah pusat, yaitu:
a) Rumah Sakit Departemen Kesehatan
Beberapa rumah sakit yang dikelola langsung oleh Departemen Kesehatan, antara lain Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya.
(48)
25
b) Rumah Sakit Departemen Lain
Beberapa Departemen lain, seperti Departemen Perhubungan, Departemen Pertahanan dan Keamanan, dan Departemen Pertambangan juga mengelola rumah sakit sendiri. Peranan Departemen Kesehatan disini adalah merumuskan kebijakan pokok bidang kesehatan yang harus dipakai sebagai landasan dalam melaksanakan setiap upaya kesehatan.
2) Rumah Sakit Pemerintah Daerah
Sesuai dengan Undang-Undang Pokok Pemerintah Daerah No. 5 tahun 1974, rumah sakit yang berada di daerah-daerah dikelola oleh Pemerintah Daerah. Pengelolaan yang dimaksud tidak hanya dalam bidang pembiayaan, tetapi juga dalam bidang kebijakan, seperti terkait pembangunan sarana, pengadaan peralatan, dan penetapan tarif pelayanan. Peranan Departemen Kesehatan disini adalah merumuskan kebijakan pokok pelayanan kesehatan saja, disamping dalam batas-batas tertentu juga turut membantu dalam bidang pembiayaan, tenaga, dan obat-obatan, yakni dalam rangka menjalankan asas perbantuan (medebewind) dari sistem pemerintahan di Indonesia (Azwar, 1996). b. Rumah Sakit Privat
Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero. Rumah sakit privat meliputi rumah sakit milik yayasan, rumah
(49)
26
sakit perusahaan, rumah sakit penanam modal (dalam negeri dan luar negeri), dan rumah sakit badan hukum lain.
B. Utilisasi Pelayanan Kesehatan
1. Definisi Utilisasi Pelayanan Kesehatan
Menurut Dever (1984), utilisasi pelayanan kesehatan adalah interaksi yang kompleks antara pengguna jasa pelayanan (konsumen) dan penyelenggara jasa pelayanan (provider). Sedangkan Purnamawati (2002) menyatakan bahwa utilisasi pelayanan kesehatan merupakan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Utilisasi pelayanan kesehatan merupakan suatu hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh individu maupun kelompok. Pengetahuan tentang faktor pendorong individu membeli pelayanan kesehatan merupakan faktor kunci mempelajari utilisasi pelayanan kesehatan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencarian pelayanan kesehatan berarti juga mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi utilisasi (Ilyas, 2006).
Utilisasi pelayanan kesehatan merupakan unsur penting dalam menentukan status kesehatan masyarakat. Moore (1969) dalam Andersen dan Newman (1973) mengemukakan bahwa utilisasi pelayanan kesehatan dapat dilihat dari perilaku individu dalam menentukan kesehatannya, dimana
(50)
27
perilaku tersebut sebagai suatu fungsi dari karateristik individu, karakteristik lingkungan, dan karakteristik kekuatan sosial.
Informasi tentang utilisasi pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh manajemen pelayanan kesehatan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Feldstein (1988) dalam Ilyas (2006), bahwa dengan mengerti tentang utilisasi pelayanan kesehatan, maka akan memungkinkan semakin akuratnya upaya peningkatan pelayanan kesehatan di masa depan. Artinya data dan informasi penggunaan pelayanan kesehatan merupakan dokumen substansial untuk merancang program pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan mampu dibeli oleh masyarakat. Informasi utilisasi pelayanan kesehatan juga dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi keefektifan dan efisiensi dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Ilyas, 2006).
Notoatmodjo (1993) dalam Ilyas (2006) mengemukakan bahwa perilaku pencarian pengobatan merupakan perilaku individu maupun kelompok untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di negara berkembang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilihat sebagai usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan modern (puskesmas, perawat, dokter praktek, rumah sakit, dan lain-lain) maupun pengobatan tradisional.
(51)
28
2. Model Utilisasi Pelayanan Kesehatan
Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor-faktor penentu pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut dilukiskan oleh para ahli dalam bentuk model utilisasi pelayanan kesehatan. Menurut Andersen dan Newman (1979) dalam Notoatmodjo (2010) bahwa adanya model utilisasi pelayanan kesehatan bertujuan untuk melukiskan hubungan antara faktor-faktor penentu dari penggunaan pelayanan kesehatan, meringankan peramalan kebutuhan-kebutuhan masa depan pelayanan kesehatan, menentukan apakah ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian pelayanan kesehatan yang berat sebelah, menyarankan cara-cara memanipulasi kebijaksanaan yang berhubungan dengan variabel-variabel agar memberikan perubahan-perubahan yang diinginkan, dan menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-proyek pemeliharaan atau perawatan kesehatan yang baru.
Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat, terdapat berbagai jenis model utilisasi pelayanan kesehatan yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain: a. Andersen (1968)
Model utilisasi pelayanan kesehatan pertama kali dikembangkan oleh Andersen pada tahun 1968 yang disebut sebagai model penentu siklus kehidupan (life cycle determinant model) atau model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan (behavioral model of health service utilization).
(52)
29
Model utilisasi pelayanan Andersen menyatakan bahwa keputusan seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan ditentukan pada 3 (tiga) kategori utama, yaitu: predisposisi seseorang untuk menggunakan pelayanan (predisposing characteristics), kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan (enabling characteristics), dan kebutuhan seseorang akan pelayanan kesehatan (need characteristics). Adapun penjelasan masing-masing karakteristik utilisasi pelayanan kesehatan model Andersen adalah sebagai berikut:
1) Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics)
Karakteristik predisposisi merupakan karakteristik sosial budaya dari individu yang telah ada sebelum seseorang mengalami kesakitan (Andersen dan Newman, 1973). Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan setiap individu memiliki kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda (Ilyas, 2006). Andersen membagi karakteristik predisposisi dalam tiga faktor, yaitu: a) Faktor Demografi
Faktor demografi meliputi variabel usia, jenis kelamin, dan status perkawinan.
b) Faktor Struktur Sosial
Faktor struktur sosial mencerminkan pola hidup seseorang dalam hubungannya dengan utilisasi pelayanan kesehatan meliputi variabel etnis, pendidikan, pekerjaan, dan kebudayaan.
(53)
30
c) Faktor Kepercayaan Kesehatan
Faktor kepercayaan terhadap kesehatan (health belief) adalah sikap atau pandangan terhadap suatu objek. Sikap ini dianggap dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Misalnya, sikap positif seseorang terhadap pelayanan dokter, maka seseorang tersebut akan lebih sering berobat atau berkonsultasi kesehatan ke dokter. Adapun variabel yang mempengaruhi sikap atau kepercayaan seseorang terhadap kesehatan adalah:
(1) Keyakinan terhadap penyembuhan penyakit.
(2) Sikap dan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan dan sebagainya). (3) Pengetahuan terhadap pelayanan kesehatan, masalah
kesehatan, dan penyakit yang diderita.
2) Karakteristik Kemampuan (Enabling Characteristics)
Karakteristik kemampuan merupakan suatu keadaan dan kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan sebuah tindakan untuk memenuhi kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan (Ilyas, 2006). Berdasarkan sumbernya, teori Andersen membagi karakteristik kemampuan dalam utilisasi pelayanan kesehatan menjadi dua komponen utama, yaitu:
(54)
31
a) Sumber Daya Keluarga
Sumber daya keluarga meliputi variabel penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa kesehatan dan pengetahuan tentang informasi kesehatan yang dibutuhkan.
b) Sumber Daya Masyarakat
Sumber daya masyarakat meliputi variabel ketersediaan fasilitas pelayanan, tenaga kesehatan yang tersedia, biaya yang dikeluarkan untuk utilisasi setiap pelayanan kesehatan, dan kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan.
3) Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics)
Karakteristik kebutuhan merupakan komponen yang paling memiliki hubungan langsung dengan utilisasi pelayanan kesehatan (Ilyas, 2006). Menurut Andersen dan Newman (1973), bahwa karakteristik kebutuhan merupakan asumsi yang muncul dari kondisi predisposing dan enabling yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu: a) Penilaian Individu (Perceived)
Penilaian individu mengenai kesehatan adalah bagaimana individu mengamati gejala penyakit, tingkat kesakitan, dan kekhawatiran mengenai kesehatan dan kesembuhan atau pernyataan individu mengenai permasalahan yang membuat sangat penting dan mengharuskan untuk mencari pertolongan professional
(55)
32
(Andersen dan Newman, 1973). Sedangkan menurut Ilyas (2006), penilaian individu merupakan penilaian kesehatan yang dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit, dan hebatnya rasa sakit yang diderita.
b) Penilaian Klinik (Evaluated)
Penilaian klinik merupakan penilaian medis mengenai status kesehatan individu dan kebutuhan individu tersebut terhadap pelayanan kesehatan (Andersen dan Newman, 1973). Sedangkan menurut Ilyas (2006), penilaian klinik merupakan penilaian beratnya penyakit dari dokter yang memeriksa kesehatan individu. Hal ini tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter.
Adapun model utilisasi pelayanan kesehatan menurut Andersen (1968) dapat dilihat pada bagan 2.1 sebagai berikut:
(56)
33
Bagan 2.1
Utilisasi Pelayanan Kesehatan Model Andersen
Sumber : Andersen dan Newman (1973)
b. Zschock (1979)
Zschock (1979) dalam Ilyas (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan, yaitu:
PREDISPOSING ENABLING NEED USE OF HEALTH
SERVICES
DEMOGRAPHIC Age
Sex
Marital Status Past Illness
FAMILY Income Health Insurance Type of Regular
Source
Access of Regular Source PERCEIVED Disability Symptoms Diagnoses General state SOSIAL STRUCTURE Education Race Occupation Family Size Ethnicity Religion Residential
mobility
COMMUNITY Ratio of health personal and facility to population Price of health
service
Region of country Urban-rural character EVALUATED Symptoms Diagnoses BELIEFS Value concerning Attitude toward
health services Knowledge about
(57)
34
1) Status Kesehatan, Pendapatan, dan Pendidikan
Status kesehatan seseorang memiliki hubungan yang erat dengan utilisasi pelayanan kesehatan, dimana semakin tinggi status kesehatan seseorang, maka ada kecenderungan individu banyak menggunakan pelayanan kesehatan. Utilisasi pelayanan kesehatan seseorang juga dipengaruhi oleh pendapatan, dimana kemampuan seseorang dalam membiayai pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi utilisasi dari pelayanan kesehatan tersebut. Seseorang yang tidak memiliki pendapatan dan biaya yang cukup akan sangat sulit mendapatkan pelayanan kesehatan, meskipun individu tersebut sangat membutuhkan pelayanan kesehatan tersebut. Di samping itu, tingkat pendidikan seseorang juga dapat mempengaruhi tingkat utilisasi pelayanan kesehatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan formal lebih tinggi akan memiliki pengetahuan kesehatan dan informasi pelayanan kesehatan yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan utilisasi pelayanan kesehatan.
2) Faktor Konsumen dan Pemberi pelayanan kesehatan
Dalam pelayanan kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan (PPK) memiliki peranan yang besar dalam menentukan tingkat dan jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen sebagai pembeli jasa pelayanan dibandingkan konsumen sendiri. Hal ini sangat
(58)
35
memungkinkan pemberi pelayanan kesehatan melakukan pemeriksaan dan tindakan yang sebenarnya tidak diperlukan oleh pasien. Pada daerah yang sudah maju dan sarana pelayanan kesehatannya banyak, masyarakat dapat menentukan pilihan terhadap pemberi pelayanan kesehatan yang sesuai dengan keinginan konsumen. Sedangkan bagi masyarakat dengan sarana dan fasilitas kesehatan terbatas, tidak ada pilihan lain kecuali menyerahkan semua keputusan tersebut kepada pemberi pelayanan kesehatan yang tersedia.
3) Kemampuan dan Penerimaan Pelayanan Kesehatan
Kemampuan membayar pelayanan kesehatan berhubungan erat dengan tingkat penerimaan dan penggunaan pelayanan kesehatan. Pihak ketiga (asuransi) pada umumnya cenderung membayar pembiayaan kesehatan tertanggung lebih besar dibanding dengan perorangan.
4) Risiko Sakit dan Lingkungan
Faktor risiko dan lingkungan juga mempengaruhi tingkat utilisasi pelayanan kesehatan seseorang. Risiko sakit tidak sama pada setiap individu dan datangnya penyakit tidak terduga pada masing-masing individu. Di samping itu, faktor lingkungan sangat mempengaruhi status kesehatan individu maupun masyarakat.
(59)
36
Lingkungan yang memenuhi persyaratan kesehatan memiliki risiko sakit yang lebih rendah kepada individu dan masyarakat.
c. Andersen dan Anderson (1979)
Andersen dan Anderson (1979) dalam Ilyas (2006), menggolongkan model utilisasi pelayanan kesehatan ke dalam tujuh kategori berdasarkan tipe dari variabel yang digunakan sebagai faktor yang menentukan dalam utilisasi pelayanan kesehatan, yaitu:
1) Model Demografi (Demographic Model)
Pada model ini, variabel yang digunakan adalah umur, jenis kelamin, dan status perkawinan. Variabel ini digunakan sebagai ukuran atau indikator fisiologis yang mempengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan, dengan asumsi perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, dan penggunaan pelayanan kesehatan berhubungan dengan variabel demografi (Notoatmodjo, 2010).
2) Model Struktur Sosial (Social Structural Model)
Pada model ini, variabel yang digunakan meliputi pendidikan, pekerjaan, dan etnis. Variabel tersebut mencerminkan keadaan status sosial dari individu atau keluarga di dalam masyarakat dan gaya hidup individu tersebut. Struktur sosial ini akan menggambarkan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat itu sendiri, dengan asumsi individu yang memiliki latar belakang struktur sosial
(60)
37
bertentangan akan menggunakan pelayanan kesehatan dengan cara yang tertentu pula (Notoatmodjo, 2010).
3) Model Sosial Psikologis (Social Psychological Model)
Dalam model ini, variabel yang digunakan meliputi sikap, persepsi dan keyakinan individu terhadap kesehatan. Variabel ini mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan dan bertindak untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia.
4) Model Sumber Daya Keluarga (Family Resource Model)
Pada model ini, variabel yang digunakan adalah pendapatan keluarga, cakupan pembiayaan mengenai pelayanan kesehatan, dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan. Variabel ini digunakan untuk mengukur kesanggupan dari individu dan keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan demikian, model sumber daya keluarga adalah model penentu utilisasi pelayanan kesehatan berdasarkan aspek ekonomis.
5) Model Sumber Daya Masyarakat (Community Resource Model)
Dalam model ini, sumber daya masyarakat yang dimaksud adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat. Variabel yang digunakan untuk menggambarkan sumber daya masyarakat meliputi variabel ketersediaan fasilitas pelayanan, tenaga kesehatan yang tersedia, biaya yang dikeluarkan untuk utilisasi
(61)
38
setiap pelayanan kesehatan, dan kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan.
6) Model Organisasi (Organization Model)
Model ini merupakan pencerminan perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan. Pada umumnya, variabel yang digunakan adalah:
a) Gaya praktek pengobatan (sendiri, rekanan, atau kelompok). b) Sifat alamiah dari pelayanan tersebut (pembayaran secara langsung
atau tidak.
c) Lokasi dari pelayanan kesehatan (pribadi, rumah sakit, atau klinik).
d) Petugas kesehatan yang pertama kali dihubungi oleh pasien (dokter, perawat, bidan atau lainnya).
7) Model Sistem Kesehatan
Keenam kategori model utilisasi pelayanan kesehatan di atas tidak terpisah, meskipun terdapat perbedaan dalam sifat (nature). Model sistem kesehatan ini mengintegrasikan keenam model diatas ke dalam suatu model yang lebih sempurna, sehingga apabila dilakukan analisa terhadap penyediaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan harus dipertimbangkan semua faktor yang berpengaruh didalamnya.
(62)
39
b. Green (1980)
Menurut Green (1980), bahwa perilaku seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing faktor) yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing, reinforcing, and enabling cause in educational diagnosis and evaluation). Adapun uraian ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi seseorang dalam berperilaku. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, dan persepsi individu terhadap kesehatan yang mendorong motivasi seseorang dalam bertindak. Dalam faktor ini juga termasuk faktor demografi meliputi usia, jenis kelamin, sosioekonomi, dan jumlah keluarga.
2) Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan motivasi terlaksana. Faktor ini terwujud dalam keterampilan atau pelayanan tenaga kesehatan dan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung seseorang melakukan perilaku kesehatan, mencakup ketersediaan fasilitas kesehatan, keterjangkauan biaya, dan kemudahan
(63)
40
mencapai pelayanan kesehatan (aksesibilitas) meliputi jarak, waktu tempuh, dan ketersediaan transportasi.
3) Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor ini merupakan faktor yang menentukan apakah tindakan seseorang mendapatkan dukungan atau tidak yang terwujud dalam sikap dan perilaku kelompok referensi dari perilaku masyarakat, seperti dukungan dari keluarga, teman, atau tenaga kesehatan.
c. Dever (1984)
Menurut Dever (1984), utilisasi pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) Sosiobudaya
Faktor sosiobudaya mencakup kemajuan teknologi dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
a) Teknologi
Kemajuan teknologi di bidang kesehatan dapat mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Kemajuan teknologi dapat menurunkan angka kesakitan atau kebutuhan untuk perawatan, seperti penemuan vaksin untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan lain-lain. Di sisi lain, kemajuan teknologi juga dapat meningkatkan utilisasi pelayanan kesehatan, seperti transplantasi jantung, ginjal, dan kemajuan di bidang
(64)
41
radiologi dapat meningkatkan utilisasi pelayanan kesehatan di masyarakat.
b) Norma
Norma dan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam masyarakat akan mempengaruhi seseorang dalam bertindak termasuk dalam perilaku utilisasi pelayanan kesehatan.
2) Faktor yang berhubungan dengan organisasi
Faktor yang berhubungan dengan organisasi adalah struktur dan proses yang memberi kebijakan kepada organisasi pelayanan kesehatan dan lingkungan sekitar yang mempengaruhi proses pelayanan kesehatan. Faktor ini meliputi ketersediaan pelayanan kesehatan, keterjangkauan geografis, keterjangkauan sosial, dan karakteristik struktur pelayanan kesehatan.
a) Ketersediaan Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, karena suatu pelayanan digunakan jika tersedia. Suatu sumber daya dikatakan tersedia jika terdapat dan diperoleh tanpa mempertimbangkan mudah atau sulitnya digunakan.
b) Keterjangkauan Geografi
Keterjangkauan geografi (aksesibilitas) adalah faktor-faktor geografi yang memudahkan atau menghambat individu dalam
(65)
42
memanfaatkan pelayanan kesehatan, berkaitan dengan jarak tempuh, waktu tempuh, dan kemudahan dalam memperoleh alat transportasi. Hubungan antara akses geografi dan penggunaan pelayanan tergantung dari jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang disebabkan oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh, dan kemudahan transportasi dapat mengakibatkan peningkatan pelayanan yang berhubungan dengan keluhan-keluhan ringan atau pemakaian pelayanan preventif akan lebih tinggi daripada pelayanan kuratif.
c) Keterjangkauan Sosial
Keterjangkauan sosial terdiri atas dua dimensi, yaitu dapat diterima dan dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam aspek keterjangkauan sosial, konsumen dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan memperhitungkan dari segi ekonomi, yaitu biaya pelayanan dan ada atau tidaknya penanggung biaya pelayanan. d) Karakteristik Struktur Pelayanan
Cara pelayanan terhadap petugas kesehatan dapat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. Sistem pemberian upah merupakan salah satu faktor yang membentuk insentif tenaga kesehatan. Contoh dalam sistem asuransi, dimana biaya pelayanan dokter dibayarkan kembali, struktur pembayaran tersebut mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. Para
(66)
43
dokter cenderung membentuk pelayanan yang bisa memberikan keuntungan untuk memaksimalkan pendapatan mereka. Selain itu, struktur organisasi suatu pelayanan kesehatan juga mempengaruhi utilisasi seseorang terhadap pelayanan kesehatan. Bentuk pelayanan, seperti praktek dokter tunggal, praktek dokter bersama, klinik, rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya membuat pola utilisasi pelayanan kesehatan yang berbeda.
3) Faktor yang berhubungan dengan konsumen
Faktor yang berkaitan dengan konsumen meliputi sosiodemografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan etnis), sosioekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga), dan sosiopsikologi (persepsi terhadap penyakit).
4) Faktor yang berhubungan dengan provider
Faktor yang berkaitan dengan provider (pemberi pelayanan kesehatan), yaitu kemampuan pemberi pelayanan kesehatan dalam menciptakan kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan melalui karakteristik pemberi pelayanan kesehatan tersebut meliputi pelayanan dokter, pelayanan paramedis, kemudahan memperoleh informasi pelayanan, dan ketersediaan fasilitas kesehatan.
(67)
44
d. Feldstein (1993)
Feldstein (1993) menyatakan bahwa permintaan (demand) seseorang terhadap pelayanan kesehatan berbeda satu sama lainnya yang dipengaruhi oleh faktor pasien dan penyedia layanan kesehatan, yaitu:
1) Insiden penyakit
Faktor ini berhubungan dengan penyakit yang dirasakan dan keinginan untuk melakukan pengobatan preventif. Bagi sebagian besar orang, kejadian sakit dan utilisasi pelayanan kesehatan merupakan kejadian tak terduga. Sehingga, untuk individu tertentu, penyakit dianggap sebagai peristiwa acak yang tidak dapat dipastikan. Tetapi secara umum, kejadian penyakit dapat diprediksi sehubungan dengan pertambahan usia dan berkaitan juga dengan jenis kelamin. Seiring dengan pertambahan usia, terjadi peningkatan kejadian kronis dan perubahan pola kesakitan, maka penyakit kronis menjadi determinan utama terhadap kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
2) Karakteristik Demografi-Budaya
Karakteristik demografi budaya meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan sistem nilai budaya yang terdapat pada keluarga dan masyarakat. 3) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang berperan terhadap permintaan akan pelayanan kesehatan meliputi pendapatan, biaya pelayanan kesehatan,
(68)
45
nilai waktu yang dipergunakan untuk pengobatan, dan asuransi kesehatan. Pada keluarga, faktor ekonomi sangat mempengaruhi pemilihan tempat pelayanan kesehatan.
C. Pelayanan Antenatal Care
Antenatal care (antepartum care) adalah pelayanan pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan (risiko tinggi, sedang atau rendah), dengan tujuan untuk mempersiapkan persalinan menuju well born baby dan well health mother, mempersiapkan perawatan bayi dan laktasi, serta memulihkan kesehatan ibu yang optimal saat akhir kala nifas (Manuaba, 2006).
Dalam arti lebih luas, Manuaba (2006) menjelaskan bahwa pelayanan antenatal care dapat diartikan sebagai berikut:
1. Mempersiapkan pasangan menikah untuk menjadi orang tua efektif. 2. Meningkatkan pengertian bahwa keluarga bagian dari masyarakat.
3. Mencari faktor sosial-budaya yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan kesehatan umum ibu hamil.
4. Meningkatkan pengertian merencanakan keluarga dan keluarga berencana untuk meningkatkan kesejahteraan umum keluarga.
5. Menanamkan pengertian hubungan seksual yang sehat untuk meningkatkan keharmonisan keluarga.
(1)
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 74.470a .445 .612
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Usia .613 .657 .870 1 .351 1.846 .509 6.695
Hasil 2.502 .765 10.704 1 .001 12.211 2.727 54.677 Kondisi 3.218 1.376 5.467 1 .019 24.983 1.683 370.838 Fasilitas 2.860 .953 9.013 1 .003 17.469 2.699 113.056 Paramedis 1.196 .876 1.863 1 .172 3.306 .594 18.407 Info .242 .822 .087 1 .768 1.274 .254 6.379 Biaya 1.372 .990 1.923 1 .166 3.944 .567 27.435 Penanggung 1.560 .650 5.754 1 .016 4.759 1.330 17.025 Aksesibilitas .358 .608 .347 1 .556 1.430 .435 4.706 Constant -13.489 3.005 20.154 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Usia, Hasil, Kondisi, Fasilitas, Paramedis, Info, Biaya, Penanggung, Aksesibilitas.
5.
Model ke-5
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.
Step 1 Step 61.714 8 .000
Block 61.714 8 .000
(2)
1 74.557a .444 .611 a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Usia .665 .635 1.094 1 .296 1.944 .559 6.753
Hasil 2.507 .762 10.813 1 .001 12.263 2.753 54.628 Kondisi 3.307 1.365 5.869 1 .015 27.308 1.880 396.565 Fasilitas 2.893 .949 9.297 1 .002 18.054 2.811 115.956 Paramedis 1.261 .844 2.232 1 .135 3.527 .675 18.435 Biaya 1.366 .995 1.886 1 .170 3.920 .558 27.550 Penanggung 1.608 .631 6.504 1 .011 4.993 1.451 17.180 Aksesibilitas .325 .596 .297 1 .586 1.384 .430 4.451 Constant -13.575 3.008 20.371 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Usia, Hasil, Kondisi, Fasilitas, Paramedis, Biaya, Penanggung, Aksesibilitas.
6.
Model ke-6
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.
Step 1 Step 61.417 7 .000
Block 61.417 7 .000
(3)
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 74.854a .443 .609
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Usia .721 .628 1.321 1 .250 2.057 .601 7.038
Hasil 2.508 .762 10.826 1 .001 12.286 2.757 54.744 Kondisi 3.362 1.341 6.285 1 .012 28.860 2.083 399.931 Fasilitas 2.901 .947 9.386 1 .002 18.192 2.844 116.383 Paramedis 1.288 .832 2.395 1 .122 3.626 .709 18.531 Biaya 1.428 .997 2.054 1 .152 4.172 .591 29.435 Penanggung 1.624 .628 6.685 1 .010 5.073 1.481 17.373 Constant -13.545 2.983 20.622 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Usia, Hasil, Kondisi, Fasilitas, Paramedis, Biaya, Penanggung.
7.
Model ke-7
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.
Step 1 Step 60.059 6 .000
Block 60.059 6 .000
(4)
1 76.212a .436 .599 a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Hasil 2.605 .757 11.856 1 .001 13.534 3.072 59.631
Kondisi 3.424 1.327 6.659 1 .010 30.701 2.279 413.662 Fasilitas 3.069 .932 10.840 1 .001 21.513 3.462 133.676 Paramedis 1.435 .821 3.050 1 .081 4.198 .839 21.000 Biaya 1.421 1.044 1.851 1 .174 4.141 .535 32.061 Penanggung 1.435 .589 5.943 1 .015 4.202 1.325 13.324 Constant -13.504 2.959 20.827 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Hasil, Kondisi, Fasilitas, Paramedis, Biaya, Penanggung.
8.
Model ke-8
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.
Step 1 Step 57.924 5 .000
Block 57.924 5 .000
(5)
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 78.346a .424 .583
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Hasil 2.713 .750 13.083 1 .000 15.079 3.466 65.602
Kondisi 3.288 1.290 6.492 1 .011 26.778 2.135 335.795 Fasilitas 3.235 .931 12.063 1 .001 25.411 4.094 157.722 Paramedis 1.301 .798 2.655 1 .103 3.673 .768 17.566 Penanggung 1.459 .582 6.282 1 .012 4.301 1.374 13.459 Constant -13.489 2.926 21.260 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Hasil, Kondisi, Fasilitas, Paramedis, Penanggung.
9.
Model Akhir
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.
Step 1 Step 55.037 4 .000
Block 55.037 4 .000
(6)
1 81.234a .408 .561 a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed
Predicted Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri
Cinere
Percentage Correct
tidak ya
Step 1 Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
tidak 27 10 73.0
ya 7 61 89.7
Overall Percentage 83.8
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Hasil 2.341 .662 12.509 1 .000 10.392 2.840 38.031
Kondisi 2.701 1.159 5.429 1 .020 14.902 1.536 144.579 Fasilitas 3.189 .878 13.179 1 .000 24.259 4.337 135.689 Penanggung 1.667 .562 8.794 1 .003 5.298 1.760 15.948 Constant -11.926 2.465 23.408 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Hasil, Kondisi, Fasilitas, Penanggung.