Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA
yang menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan ranah kognitif
Sementara itu definisi belajar menurut Hilgard dalam Mulyati 2005:2 adalah pembentukan tingkah laku individu melalui kontak
dengan lingkungan. Untuk melengkapi pendapat tersebut, Dimiyati Mudjono 2010:17 menjelaskan bahwa belajar adalah tindakan dan
perilaku kompleks. Tindakan tersebut hanya dialami oleh siswa sehingga siswa merupakan penentu terjadi atau tidaknya proses
belajar. Proses belajar terjadi karena siswa mendapatkan sesuatu dari lingkungan sekitar.
Berdasarkan beberapa pengertian belajar dari para ahli, belajar dapat dikatakan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
menerima hal-hal baru yang dapat mengubah tingkah lakunya. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat permanen sesuai dengan
pengalaman yang telah didapat dari rangkaian kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga membawa pada kondisi
kehidupan yang lebih baik. Belajar sendiri terdiri dari beberapa jenis dan beberapa ciri yang akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut
b. Jenis-jenis Belajar Gagne dalam Winataputra 2008:19 menjelaskan tujuh jenis
belajar. Ketujuh jenis tersebut meliputi: 1
Belajar Isyarat: Belajar isyarat merupakan melakukan atau tidak melakukan
sesuatu karena adanya isyarat atau tanda. Biasanya jenis belajar ini berupa respon yang diberikan secara tidak sadar
2 Belajar Stimulus-Respon
Belajar ini terjadi pada individu karena mendapat stimulus dari luar seperti membalas memukul saat dipukul
3 Belajar Rangkaian
Jenis belajar ini melahirkan perilaku yang spontan karena melewati perpaduan berbagai proses stimulus-respon
4 Belajar Asosiasi Verbal
Belajar Asosiasi Verbal terjadi ketika individu dapat menangkap makna yang bersifat verbal. Contoh, pesawat terbang bergerak
seperti burung yang terbang 5
Belajar Diskriminasi Belajar Diskriminasi terjadi ketika individu dihadapkan dengan
benda dan mencoba membedakannya. Contoh membedakan bentuk binatang, tumbuhan, dll
6 Belajar Konsep Belajar konsep dilakukan ketika individu sudah dapat melakukan
diskriminasi. Contoh, menggolongkan jenis makhluk hidup, mengelompokkan jenis tumbuhan
7 Belajar Pemecahan Masalah Proses pemecahan masalah berkaitan dengan keterampilan
memecahkan persoalan dan meningkatkan kemampuan individu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang lain
Selain terdiri dari beberapa jenis, belajar juga memiliki beberapa ciri-ciri khusus untuk membedakannya dengan aktivitas lain yang
bukan termasuk belajar c. Ciri-ciri Belajar
Menurut Aqib
2009:48, belajar
memiliki beberapa
karakteristik yaitu sebagai berikut: 1 Belajar harus memungkinkan adanya perubahan tingkah laku dari
individu yang meliputi tiga aspek yakni aspek pengetahuan, aspek sikap, dan keterampilan
2 Belajar adalah hasil dari pengalaman yang didapat dari interaksi antara individu dengan lingkungan
3 Hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang diperoleh dari latihan atau pengalaman bersifat relative tetap atau permanen
d. Prestasi Belajar Belajar berkaitan dengan prestasi belajar. Prestasi belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan proses sedangkan pretasi
belajar adalah hasil yang didapat setelah siswa mengikuti proses belajar. Surya 2003:67 berpendapat bahwa prestasi belajar adalah
seluruh kecakapan yang diperoleh melalui proses belajar yang dinyatakan dengan nilai sesuai dengan hasil belajar. Senada dengan
pengertian tersebut, Arifin 2009:12 berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai setelah mengalami proses
belajar yang berkaitan dengan pengetahuan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar. Hasil tersebut berupa pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang dinyatakan dengan nilai e. Faktor-faktor Prestasi Belajar
Prestasi belajar bukan sesuatu yang berdiri sendiri. Menurut Mulyasa 2006:191, prestasi belajar merupakan hasil dari berbagai
faktor yang melatarbelakanginya. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal faktor dari dalam diri siswa
dan faktor eksternal faktor dari luar diri siswa. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain adalah:
1 Minat dan Motivasi Minat adalah sumber motivasi yang mendorong individu
untuk melakukan sesuatu. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu aktivitas. Sementara itu motivasi merupakan
dorongan untuk melakukan kegiatan belajar. Kedua hal ini berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan belajar
2 Kecerdasan Kecerdasan
adalah kemampuan
belajar untuk
menyesuaikan diri dengan sesuatu yang dihadapi. Kecerdasan
sangat dipengaruhi oleh kemampuan intelegensi individu. Siswa yang memiliki intelegensi tinggi cenderung memiliki kecerdasan
yang tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki intelegensi rendah cenderung memiliki kecerdasan yang rendah
3 Kesehatan Kesehatan termasuk salah satu faktor penting yang dapat
bepengaruh terhadap prestasi belajar. Siswa yang sedang sakit tidak dapat belajar dengan baik sehingga dapat menurunkan
prestasi belajarnya. Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal atau faktor
dari luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor tersebut meliputi:
1 Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan masyarakat terkecil dan
menjadi tempat di mana seseorang lahir dan tumbuh besar. Keluarga idealnya dapat memberikan rasa aman supaya siswa
dapat merasa nyaman selama proses belajar berlangsung di lingkungan keluaarga
2 Keadaan Sekolah Sekolah adalah lembaga formal dan menjadi tempat di
mana siswa dapat belajar dan berkembang setelah dari lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah yang baik dapat
berpengaruh terhadap presyasi belajar siswa 3 Lingkungan Masyarakat
Perkembangan pribadi siswa dapat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat. Lingkungan tersebut dapat membentuk
kepribadian seorang anak. Kadang anak mengalami masalah belajar dari lingkungan masyarakat
f. Faktor-faktor Belajar
Kesuksesan dalam sebuah proses pembelajaran tentu tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kesuksesan belajar yakni faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Suryabrata 1984:249 faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kesuksesan belajar diantaranya adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor eksternal dan
faktor dari dalam diri siswa atau faktor internal. Menurut Hamalik 2001:32 ada sembilan faktor yang
mempengaruhi belajar. Faktor-faktor belajar tersebut antara lain adalah: 1 Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan, 2 Latihan agar
pelajaran yang lupa dapat dikuasi kembali, 3 Siswa merasa berhasil dan mendapat kepuasan, 4 Pengetahuan baru berkaitan dengan
pengetahuan sebelumnya, 5 Pengalaman masa lalu sebagai dasar untuk menerima pengetahuan baru, 6 Faktor kesiapan belajar, 7
Faktor minat dan usaha, 8 Faktor fisiologis, dan 9 Faktor intelegensi.
Tidak jauh berbeda dengan Suryabrata, Slameto 2010:54 juga mengungkapkan bahwa ada keberhasilan belajar ditentukan oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi jasmani dan psikologi. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti akan menyoroti tentang minat yang merupakan salah satu faktor internal yang dapat
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. g. Pengertian Minat
Minatmerupakan salah
satu faktor
penting yang
mempengaruhi pemahaman dan efektivitas pembelajaran di dalam kelas. Minat merupakan ketertarikan yang dimiliki siswa untuk ikut
terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto. Menurut Slameto 2010:55, minat merupakan salah satu
faktor psikologis yang berpengaruh dalam proses belajar. Slameto
juga mengungkapkan bahwa minat adalah rasa tertarik dan lebih suka pada sesuatu tanpa disuruh.
Berbeda dengan Slameto, Usman 2003:27 berpendapat bahwa minat adalah sifat yang bersifat menetap dalam diri seseorang.
Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar. Dengan minat, seseorang akan terdorong untuk terlibat melakukan sesuatu.
Sementara itu, Lucy 2009:35 berpendapat bahwa minat belajar adalah keinginan seseorang untuk mencapai sesuatu. Minat yang ada
di dalam diri siswa harus dikembangkan dengan bantuan orang tua dan guru. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru
dalam rangka mengembangkan minat belajar di antaranya adalah mencermati kelebihan dan kelemahan siswa, melatih siswa untuk
meningkatkan kemampuannya, dan memberi motivasi dengan cara menekuni bidang yang menjadi kelebihannya.
Gie 2002:28 mengartikan minat sebagai ketertarikan atau keterlibatan penuh terhadap suatu kegiatan. Seseorang yang berminat
menyadari pentingnya kegiatan itu untuk dirinya sendiri. Liang Gie juga memfokuskan tentang pengertian minat belajar. Menurut beliau,
minat belajar adalah keterlibatan siswa pada kegiatan dengan penuh perhatian untuk memahami materi pembelajaran. Gie percaya bahwa
minat adalah faktor pokok untuk mencapai keberhasilan. Sementara itu Djaali 2007:122 berpendapat bahwa minat
merupakan rasa ingin tahu, mengagumi, mempelajari, atau memiliki sesuatu. Minat juga termasuk bagian dari afeksi mulai dari kesadaran
hingga pilihan nilai. Beliau juga menjelaskan bahwa minat adalah pengerahan perasaan untuk menafsirkan suatu hal
Hurlock dalam Dewi 2011:8 mengemukakan bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu yang diinginkan jika mereka memiliki kebebasan memilih. Jika mereka melihat sesuatu tersebut akan menguntungkan
untuknya, maka mereka akan berminat. Hal tersebut kemudian
mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan berkurang, minat juga berkurang.
Sementara itu Djamarah 2008:132 berpendapat bahwa minat
merupakan kecenderungan
yang menetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Ketika seseorang
berminat terhadap aktivitas tertentu, dia akan memperhatikan aktivitas tersebut dengan rasa senang secara konsisten. Jacob W.
Getels dalam Djamarah 2008:75 memiliki pendapat serupa di mana seseorang yang berminat terhadap sesuatu tidak akan menghiraukan
hal yang lain Dari beberapa pengertian para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa minat merupakan rasa ketertarikan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri yang bersifat menyenangkan. Dengan
kata lain, siswa akan merasa senang pada sebuah mata pelajaran jika ia memiliki minat terhadap pelajaran tersebut. Rasa ketertarikan atau
minat yang muncul dari dalam diri siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor
h. Faktor-faktor Minat Minat belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor tersebut dapat merupakan faktor dari dalam maupun faktor dari luar diri siswa. Menurut Suryabrata 1984:249 faktor yang
mempengaruhi minat belajar siswa adalah motivasi dan suasana tempat belajar siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa menurut Aritonang dalam Puspitasari 2012:14 meliputi cara
mengajar guru, karakter guru, suasana kelas yang nyaman, dan fasilitas belajar yang digunakan.
Sementara itu Slameto 2010:54 menyebutkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah faktor internal dan
faktor eksternal
1 Faktor Internal: a
Faktor jasmani kesehatan dan cacat tubuh b
Faktor psikologi perhatian, bakat, kesiapan, kematangan, intelegensi
2 Faktor Eksternal: a Faktor keluarga cara orangtua mendidik, suasana rumah,
latar belakang budaya, relasi antar anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga
b Faktor sekolah kurikulum, metode mengajar, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, relasi antar siswa, standar
penilaian, waktu sekolah, alat pelajaran, tugas rumah, keadaan gedung sekolah
i. Indikator Minat
Ketika seseorang berminat, ia akan memperlihatkan beberapa ekspresi. Djamarah 2008:132 mengungkapkan bahwa minat dapat
diekspresikan melalui: 1 Memberikan pernyataan lebih menyukai sesuatu dibandingkan
hal yang lain 2 Berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang diminati
3 Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap hal yang diminatinya
Menurut Marpadi dalam Hartanto 2012:14 beberapa indikator siswa yang memiliki minat adalah siswa berusaha untuk
memahami dan membaca buku yang berkaitan dengan apa yang dipelajari, bertanya dalam kegiatan pembelajaran, bertanya kepada
teman, bertanya kepada orang lain dan mengerjakan tugas dengan sungguh.
Menurut Slameto 2003:58, siswa yang memiliki minat belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1 Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengingat secara terus menerus hal yang dipelajari
2 Memiliki rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati 3 Merasa bangga dan puas terhadap sesuatu yang diminati serta
merasa terikat pada aktivitas-aktivitas yang diminati 4 Dimanifestasikan melalui partisipasi dalam kegiatan dan
aktivitas Sementara itu Isnandar 2012:14 juga menjelaskan
beberapa ciri-ciri minat belajar yaitu sebagai berikut: 1 Ekspresi Perasaan Senang. Hal ini meliputi siswa antusias
dalam mengikuti pelajaran, siswa tidak mengeluh saat diberi tugas oleh guru, siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran
dimulai, siswa menyiapkan peralatan pelajaran sebelum pembelajaran dimulai, dan siswa mengikuti pelajaran dengan
tenang 2 Perhatian Dalam Mengikuti Proses Pembelajaran. Hal ini
meliputi siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa menyimak
penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak melamun selama proses pembelajaran berlangsung, dan siswa tidak mengobrol
atau mengganggu
teman ketika
proses pembelajaran
berlangsung 3 Ketertarikan Siswa Terhadap Materi. Ketertarikan ini meliputi
siswa giat membaca buku pelajaran, siswa sudah membaca materi pelajaran sebelum guru mengajarkan materi, siswa
membuat catatan pelajaran, dan siswa berusaha menyelesaikan tugas dari guru secara serius
4 Ketertarikan Siswa Terhadap Metode Guru. Hal ini meliputi siswa
bertanya ketika
mengalami kesulitan,
siswa memperlihatkan sikap antusias dan memperhatikan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
5 Keterlibatkan Siswa Dalam Proses Pembalajaran. Keterlibatan ini meliputi siswa aktif mengemukakan pendapat selama
kegiatan diskusi, siswa bersedia membantu teman yang mengalami kesulitan, siswa ikut mengerjakan tugas, dan siswa
berani mengajukan diri menjawab pertanyaan dari guru secara spontan
Berdasarkan penjelasan ciri-ciri minat belajar yang diuraikan oleh Slameto dan Isnandar tersebut, didapat kesimpulan
bahwa indikator minat belajar siswa adalah sebagai berikut: 1 Ekspresi perasaan senang yang ditunjukkan dengan: mengikuti
pelajaran dengan antusias, tidak mengeluh ketika diberi tugas, datangsebelum pelajaran dimulai, menyiapkan buku pelajaran
dan duduk tenang di dalam kelas. 2 Perhatian dalam belajar ditunjukkan dengan: aktif bertanya di
dalam kelas jika ada yang belumdimengerti, aktif menjawab pertanyaan dari guru, memperhatikan penjelasan guru dengan
sungguh-sungguh, tidak melamun selama proses pembelajaran, tidak mengantuk, tidak mengobrol sendiri saat proses
pembelajaran berlangsung, dan tidak menganggu teman yang lain.
3 Ketertarikan pada materi pelajaran dan guru, meliputi :giat membaca buku pelajaran, menanyakan kesulitan yang dialami
kepada guru, membuat catatan mengenai materi yang disampaikan, bersedia mengerjakan tugas yang diberikan
guru,dan membaca buku dari sumber lain sesuai dengan materi yang sedang dipelajari.
4 Keterlibatan siswa dalam pelajaran, meliputi: aktif menyampaikan pendapat dalam diskusi, bersedia membantu
teman lain yang mengalami kesulitan dalam belajar, mau
bekerjasama dengan kelompok, bersedia maju ke depan mengerjakan tugas, mengajukan diri untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Untuk membuat siswa merasa senang dan inisiatif mengikuti
proses pembelajaran, materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Siswa usia SD memiliki
karakteristik yang membedakan mereka dengan siswa di tingkatan sekolah lainnya
j. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Pada usia anak-anak hingga remaja, manusia mengalami perkembangan kemampuan kognitif. Menurut Piaget dalam Isjoni
2010:36, terdapat empat tahap perkembangan kognitif yang akan dilalui oleh anak yaitu:
1 Tahap Sensorimotor 0-2 tahun
2 Tahap Praoperasional 2-7 tahun
3 Tahap Operasional Konkret 7-11 tahun
4 Tahap Operasional Formal 11 - dewasa
Anak kelas V SD masuk dalam tahap operasional konkret. Ciri utama dari tahap ini adalah anak sudah menggunakan aturan-
aturan yang logis dan jelas. Anak sudah mempunyai kecakapan berpikir secara logis, namun hanya pada benda-benda konkret.
Menurut Budiningsih 2004:38-39, operasional merupakan tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran di dalam dirinya. Kegiatan
ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam diri anak sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah mampu berpikir
dengan model ‘kemungkinan’ ketika melakukan kegiatan tertentu dan dapat menggunakan hasil yang sudah dicapai sebelumnya.
Mereka dapat menangani sistem klasifikasi.
Walaupun anak sudah dapat melakukan pengelompokan, pengklasifikasian, dan pengaturan masalah, ia masih belum
sepenuhnya menyadari ada prinsip-prinsip yang terdapat di dalamnya. Untuk menghindari keterbatasan berpikir, anak perlu
mendapatkan gambaran konkret sehingga dapat memahami personalan. Namun anak usia 7-12 tahun masih mempunyai masalah
dengan berpikir abstrak. Anak usia sekolah dasar 6-12 tahun memasuki masa kanak-
kanak akhir. Menurut Sumantri dan Sukmadinata dalam Wardani 2012:1, anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik senang
bermain, senang bekerja dalam kelompok, senang bergerak, dan senang melakukan sesuatu secara langsung.
Poerwanti 2005:44 mengungkapkan bahwa pada masa usia sekolah dasar juga disebut sebagai masa bermain. Anak memiliki
dorongan keluar rumah dan bergabung dengan kelompok sebaya. Kondisi fisik memungkinkan anak untuk memasuki dunia permainan
dan mempunyai dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, simbol, logika, dan sebagainya
Menurut Suryabrata dalam Djamarah 2008:124, masa usia sekolah dasar dibagi menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah dan
masa kelas tinggi. Penjelasan lengkapnya diuraikan sebagai berikut: 1 Masa Kelas Rendah
Masa kelas rendah adalah anak usia 6-9 tahun. Beberapa sifat khas anak pada usia tersebut meliputi:
a Ada korelasi positif antara kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi di sekolah
b Memiliki sikap
patuh terhadap
peraturan-peraturan permainan tradisional
c Senang memuji diri sendiri
d Senang membanding-bandingkan diri sendiri dengan anak lain
e Belum menganggap soal sebagai hal yang penting f Pada usia 6-8 tahun anak menginginkan nilai yang baik tanpa
memperhatikan apakah prestasinya layak mendapat nilai baik atau tidak
2 Masa Kelas Tinggi Masa kelas tinggi sekolah dasar adalah usia 10-12 tahun.
Berikut ini adalah beberapa sifat khas anak pada rentang usia ini a Memiliki minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
konkret. Ini
menimbulkan kecenderungan
untuk membandingkan pekerjaan – pekerjaan yang praktis
b Sangat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar c Menjelang akhir masa ini, sudah timbul minat terhadap hal
dan mata pelajaran tertentu Dari semua itu diketahui bahwa anak usia sekolah dasar
senang bekerja dalam kelompok, berminat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, dan memiliki dorongan mental
untuk mempelajari konsep serta logika. Salah satu model pembelaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut
adalah pembelajaran kooperatif. 2. Model Cooperative Learning
Setiap anak memiliki latar belakang, motivasi, dan kemampuan yang
berbeda-beda. Pembelajaran
kooperatif berusaha
untuk mengakomodasi perbedaan ini dengan membangun kerjasama antar
siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa dilatih untuk saling berbagi dan bertanggung jawab. Proses pembelajaran kooperatif tidak akan hanya
memudahkan siswa dalam memahami materi yang diberikan, tetapi juga meningkatkan hubungan sosial antar siswa.
Pembelajaran kooperatif adalah falsafah tentang tanggung jawab pribadi dan sikap saling meghormati antar siswa. Siswa bertanggung
jawab atas diri mereka sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan dukungan kepada siswa Suprijono, 2009:54.
Menurut penjelasan Rusman 2011:204, pembelajaran kooperatif merupakan teknik pengelompokkan di mana siswa di dalamnya bekerja
dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan terarah pada tujuan bersama. Abdulhak dalam Rusmawan 2010:203 memiliki pendapat
yang hampir sama yaitu pembelajaran kooperatif dilakukan melalui sharing antar peserta belajar sehingga dapat menciptakan pemahaman
bersama di antara peserta belajar tersebut. Rusmawan 2010:2014 menjelaskan bahwa ada empat hal penting dalam model pembelajaran
kooperatif yaitu: adanya siswa dalam kelompok; minat dan bakat siswa; terdapat upaya belajar dalam kelompok; dan terdapat kompetensi yang
wajib dicapai oleh kelompok Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan
model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengajak siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap
kelompok terdiri dari 4-5 anggota dimana anggota-anggota tiap kelompok bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan
interaksi yang luas antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. a.
Unsur-Unsur Cooperative Learning Pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok
pada umumnya. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie 2002:30 menyatakan bahwa Cooperative Learning terdiri dari lima
unsur yaitu 1
Positive Interdependence:
Pembelajaran kooperatif
menimbulkan saling ketergantungan yang bersifat positif antar anggota dalam kelompok. Setiap anggota kelompok saling
melengkapi satu sama lain.
2 Personal Responsibility: Tanggung jawab individu muncul jika
dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Pembelajaran kooperatif pada dasarnya bertujuan agar semua
anggota kelompok dapat memahami materi yang diberikan. Setelah mengikuti belajar setiap anggota kelompok harus dapat
menyelesaikan tugas yang sama. 3
Face to Face Promotive Interaction: Setiap kelompok belajar mendapat
kesempatan untuk
berdiskusi dan
saling mengungkapkan pendapatnya. Dari proses ini, siswa dilatih
untuk menghargai perbedaan dan saling melengkapi satu sama lain.
4 Interpersonal Skill:
Keberhasilan dalam
pembelajaran kooperatif juga dipengaruhi oleh kemampuan anggota
kelompok untuk saling mendengarkan dan berbagi pendapat. 5 Group Processing: Setiap kelompok memerlukan waktu khusus
untuk melakukan evaluasi terhadap proses kerja kelompok. Kegiatan evaluasi akan membantu kelompok agar dapat
menghasilkan kerjasama yang lebih efektif untuk tugas selanjutnya.
b. Ciri-ciri Cooperative Learning Pembelajaran kooperatif
memiliki ciri khas
yang membedakan model pembelajaran ini dengan model pembelajaran
yang lain. Menurut Ibrahim dalam Taniredja 2010:100 pembelajaran kooperatif memiliki 4 ciri-ciri, yaitu: a Siswa
bekerja dalam kelompok untuk memahami materi pembelajaran yang diberikan, b Kelompok terdiri dari anggota yang heterogen,
c Jika memungkinkan, anggota kelompok sebaiknya juga beragam dari segi suku, ras, budaya, dan jenis kelamin, d Penghargaan
lebih mengarah pada kelompok untuk menghindari kecemburuan anggota kelompok.
Pembelajaran kooperatif menurut berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Perbedaan atau ciri khas tersebut menurut
Rusman 2011:206 nampak dari proses pembelajaran yang lebih difokuskan pada proses kerjasama dalam kelompok. Proses
pembelajaran tidak hanya bertujuan untuk meningkatkaan kemampuan akademik di bidang penguasaan materi tetapi terdapat
unsur kerjasama untuk menguasai materi tersebut c. Tujuan Cooperative Learning
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tujuaan pembelajaran. Johnson Johson dalam Trianto
2010:57 mengungkapkan bahwa tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah untuk memaksimalkan belajar siswa dalam
rangka meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Sementara itu menurut Ibrahim
2009:7, tujuan pembelajaran kooperatif terdiri dari tigs tujuan yaitu sebagai berikut:
1 Meningkatkan performa siswa dalam tugas-tugas akademik. Model ini dapat membantu siswa lebih mudah memahami
konsep yang sulit 2 Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, kelas
sosial, budaya,
kemampuan, dan
ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk saling
menghargai satu sama lain 3 Mengajarkan keterampilan kolaborasi dan kerjasama pada
siswa. Keterampilan tersebut penting karena masih banyak anak muda dan orang dewasa kurang dalam keterampilan sosial
d. Teknik-teknik Cooperative Learning Menurut Slavin 2008 Model Cooperative Learning terdiri
dari beberapa teknik dengan ciri khas masing-masing dan langkah yang berbeda. Teknik dalam Cooperative Learning di antaranya
adalah:
1 STAD Student Team Achievement Division: Teknik ini
melibatkan 4-5 anggota kelompok secara heterogen dan antar anggota saling bekerjasama membantu untuk menguasai materi
ajar melalui diskusi atau tanya jawab antar sesama anggota kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik yang
akan dievaluasi setiap satu atau dua minggu sekali untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajari dan
mendapatkan penghargaan jika siswa meraih prestasi yang tinggi baik secara individu maupun kelompok
2 NHT Numbered Head Together: Teknik ini merupakan
rangkaian penyampaian materi di mana kelompok menjadi wadah untuk menyatuhkan persepsi siswa terhadap pertanyaan
yang diajukan
oleh guru.
Jawaban tersebut
dipertanggungjawabkan oleh siswa dengan nomor permintaan guru dari masing-masing kelompok. Fase NHT meliputi fase
bertanya, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab pertanyaan
3 TGT Teams Games Tournament: Teknik ini merupakan
rangkaian kegiatan pembelajaran dengan menempatkan siswa secara berkelompok dengan anggota 5-6 orang. Siswa
mendapatkan LKS yang dipelajari secara berkelompok. Untuk memastikan semua anggota kelompok sudah memahami
materi, guru mengadakan permainan akademik di mana setiap kelompok berkompetisi untuk mendapatkan skor tertinggi.
Tahap TGT meliputi teams, games, tournament, dan team recognition.
4 TAI Team Assisted Individualization: Teknik ini merupakan
pembelajaran yang memadukan pembelajaran kooperatif dengan individu. Ciri khas dari TAI adalah siswa belajar secara
individu dalam memahami materi pembelajaran. Hasil belajar individu dibawa ke dalam kelompok untuk didiskusikan
bersama. TAI terdiri dari 8 komponen yaitu Placement Test, Teams, Teaching Group, Student Centre, Team Study, Whole
Class Unit, Fact Test, dan Team Score and Recognition. 5
Jigsaw: Teknik ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan bekerjasama
bersama siswa ain untuk mencapai tujuan bersama. Beberapa anggota kelompok bertanggug jawab terhadap penguasaan
materi belajar dan dapat mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain. Pada teknik Jigsaw, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok asal yang berbeda dan ditugaskan untuk mempelajari serta mendalami
topik tertentu untuk dijelaskan pada anggota kelompok asal 6
CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition : Teknik ini merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca
dan menulis untuk kelas tinggi sekolah dasar. Pembelajaran ini mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeuruh dan
mengkomposisikan menjadi bagian-bagian penting. Komponen dalam CIRC meliputi teams, placement test, student creative,
team study, team score and recognition, fact test, dan whole class unit.
3. Cooperative Learning Teknik Team Assisted Individualization TAI
Team Assited Individualization TAI merupakan salah satu teknik dalam model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin
2008:187 Team Assisted Individualization adalah teknik yang mengadaptasi pengajaran terhadap perbedaan individu terkait
kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa. Teknik TAI merupakan salah satu upaya merancang sebuah pengajaran individual
yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang membuat metode pengajaran individu menjadi tidak efektif. Dengan membuat siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif dan memiliki tanggung jawab untuk saling membantu teman, guru dapat
membebaskan diri
dari pemberianpengajaran
langsung pada
sekelompok kecil siswa. Siswa yang berprestasi tinggi membantu teman-temannya yang kesulitan sehingga memberi bantuan khusus pada
sesama teman. Pada pembelajaran kooperatif dengan teknik TAI siswa
dikelompokkan secara heterogen. Awalnya, metode ini dirancang untuk mengajarkan matematika untuk siswa kelas 3-6 SD. Dalam
perkembangannya, teknik ini mulai dikembangkan untuk mata pelajaran lain Huda, 2012:123
Suyatno 2009:57
berpendapat bahwa
teknik TAI
mengkombinasikan antara manfaat pembelajaran kooperatif dan pembelajaran inividu. Teknik ini juga dapat berdampak untuk
membantu memecahkan masalah kesulitan belajar pada individu. Ciri khas pada pembelajaran yang menggunakan teknik TAI
adalah siswa mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru secara individu. Hasil belajar dari masing-masing individu akan dibawa ke
dalam kelompoknya untuk dibahas oleh semua anggota kelompok. Dalam hal ini, semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
pemahaman tiap-tiap individu. Sebelum dibentuk kelompok kooperatif, siswa akan diberi bimbingan atau pengarahan bagaimana aturan dalam
pembelajaran dengan teknik TAI. Siswa diajarkan menjadi pendengar yang baik dan dapat membantu temannya yang kesulitan.
Setiap anggota kelompok memiliki tugas yang sama. Siswa yang pandai membantu teman yang lemah. Keberhasilan kelompok lebih
diperhatikan daripada penghargaan terhadap individu. Dengan demikian,
siswa yang
pandai dapat
lebih mengembangkan
kemampuannya sedangkan temannya yang lemah akan dibantu untuk memahami permasalahan yang sedang diselesaikan oleh kelompok
tersebut.
a. Komponen Pembelajaran Kooperatif Teknik TAI Dalam Slavin 2008:195-200 model pembelajaran kooperatif
teknik TAI terdiri dari delapan komponen utama, yaitu: 1
Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen. Kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda
2 Placement Test yaitu pemberian tes awal atau pre-test kepada
siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil tes ini menjadi pedoman untuk mengelompokkan siswa secara
heterogen. 3
Curriculum Materials yaitu lembar kerja yang berisi materi- materi pembelajaran yang akan dipelajari.
4 Team Study yaitu para siswa diberi materi pembelajaran secara
individu. Siswa mengerjakan soal secara individu kemudian membahasnya dengan teman-teman satu kelompoknya.
5 Team Score and Team Recognition yaitu pemberian skor
terhadap hasil kerja kelompok. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil menyelesaikan tugas dengan
baik dan memberikan penguatan kepada kelompok yang kurang berhasil.
6 Teaching Group yaitu guru memberikan penjelasan materi
pokok kepada seluruh siswa. Guru menjelaskan konsep-konsep utama dari materi sebelum siswa mengerjakan tugas secara
individu 7
Fact Test yaitu pelaksaan tes berdasarkan fakta yang didapatkan oleh siswa
8 Whole Class Units yaitu guru menyampaikan materi kembali
dan diakhiri dengan strategi pemecahan masalah. b. Sintaks Cooperative Learning Teknik TAI
Langkah-langkah Cooperative Learning teknik TAI menurut Widyantini 2006:9 adalah sebagai berikut:
1 Guru menyiapkan materi ajar yang akan diberikan kepada siswa.
2 Guru memberikan pre-test kepada siswa. 3 Guru melihat nilai rata-rata siswa untuk menentukan kelompok
heterogen. 4 Guru menjelaskan materi secara klasikal kepada semua siswa.
5 Guru membentuk kelompok kecil dengan anggota 5 orang. Anggota kelompok tersebut dipilih secara heterogen dan terdiri
dari siswa laki-laki dan perempuan. 6 Sebelum masuk ke dalam kelompok, siswa mempelajari sendiri
materi yang telah diberikan dan mengerjakan tugas secara individu.
7 Setelah menyelesaikan tugas individu, siswa masuk dalam kelompok dan saling mengoreksi jawaban. Teman yang mampu
wajib membantu teman anggota kelompok yang kesulitan. Guru menjadi fasilitator untuk siswa yang memerlukan
bantuan. 8 Ketua kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dan
bergantian dengan kelompok yang lain. 9 Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman dan
memberikan penegasan materi pelajaran yang telah dipelajari. 10 Guru memberikan post test secara individu.
11 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai, peningkatan hasil belajar individual dari skor
sebelumnya ke skor berikutnya. c. Kelebihan Dan Kekurangan Model Cooperative Learning Teknik
Team Assisted Individualization TAI 1 Kelebihan Teknik TAI
Menurut Slavin 2008: 190 kelebihan dari teknik Team Assisted Individualization diantaranya adalah meminimalisir
keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin,
meningkatkan hubungan sosial antar siswa, melibatkan siswa secara aktif dan memudahkan siswa memahami materi yang
diberikan. Dalam pembelajaran dengan teknik TAI, guru dapat mengakomodasi seluruh siswa karena dibantu oleh siswa lain
yang mampu membantu temannya. Selain itu, adanya interaksi antar siswa juga membuat hubungan sosial mereka semakin
berkembang. 2 Kekurangan Teknik TAI
Walaupun memiliki banyak kelebihan teknik TAI memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalahperlu diberi
bimbingan khusus terlebih dahulu dari guru. Hal ini disebabkan karena TAI berbeda dengan pembelajaran klasikal pada
umumnya. Selain itu siswa SD cenderung masih memiliki sifat yang egois sehingga perlu diberi pengertian agar mereka mau
saling membantu dan tidak bersaing. Kekurangan yang terakhir, TAI memerlukan waktu yang lama untuk menyiapkan
dan mengembangkan perangkat pembelajaran Cooperative
Learning teknik
TAI mampu
mengakomodasi perbedaan individu dan memudahkan siswa untuk memahami materi yang diberikan. Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat diberikan dengan model pembelajaran ini
4. Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD. Pelajaran ini melatih siswa untuk belajar menalar dan
menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan angka. Menurut Muhsetyo 2008:126 Matematika adalah pemberian
pengalaman belajar pada peserta didik melalui aktivitas-aktivitas yang terencana sehingga peserta didik bisa memperoleh kompetensi tentang
materi matematika yang dipelajari.
Menurut James dan James dalam Ruseffendi 2006:27 Matematika adalah ilmu logika tentang susunan, bentuk, dan konsep-
konsep yang saling berkaitan satu dengan yang lain dengan jumlah banyaknya terdiri dari tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Sementara itu Soejadi 2000:1 berpendapat bahwa Matematika adalah suatu ilmu yang memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada
kesepakatan dan berpola pikir deduktif. Sementara itu Ronis 2009:39 berpendapat bahwa Matematika
merupakan ilmu yang mengacu pada hubungan keruangan dan geometri, pengukuran, angka, dan penyelesaian masalah. Dari beberapa
pengertian matematika di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan bilangan. 5.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas V Standar Kompetensi SK mata pelajaran Matematika kelas V
semester 2 adalah Menggunakan Pecahan dalam Pemecahan Masalah; dan Memahami Sifat-Sifat Bangun dan Hubungan Antar Bangun.
Standar kompetensi Memahami Sifat-Sifat Bangun dan Hubungan Antar Bangun dijabarkan menjadi 5 Kompetensi Dasar KD yaitu 6.1
Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Datar; 6.2 Mengidentifikasi Sifat- sifat Bangun Ruang; 6.3 Menentukan Jaring-jaring Berbagai Bangun
Ruang Sederhana; 6.4 Menyelidiki Sifat-sifat Kesebangunan dan Simetri; dan 6.5 Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan Dengan
Bangun Datar dan Bangun Ruang Sederhana. Dari hasil pengamatan, wawancara kepada guru kelas, dan studi
dokumensasi nilai rata-rata ulangan harian siswa, peneliti akan meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kalasan pada
KD 6.5 Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar dan Bangun Ruang Sederhana dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik TAI.
6. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TAI Pada Mata
Pelajaran Matematika Pembelajaran kooperatif teknik TAI adalah salah satu
pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran Matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto 2010: 59 yang mengungkapkan
bahwa model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah, mampu berpikir kritis dalam menghadapi
masalah, dan menerapkan pengetahuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kualitas belajar
7. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh dan menganaliis data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan. Dalam KTSP, penilaian yang dilakukan mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam
Permendiknas No. 41 Th. 2007, penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terpogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam
bentuk tertulis, lisan, pengamatan kinerja, atau pengukuran sikap. Menurut Muslich 2008:91, penilaian KTSP menganut prinsip
penilaian yang berkelanjutan untuk mendukung kemandirian siswa dalam belajar, bekerjasama, dan menilai diri sendiri. Oleh sebab itu
penilaian dilaksanaan dalam kerangka berbasis kompetensi yaitu dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut,
Muslich juga menjelaskan bahwa penilaian berbasis kompetensi harus memperhatikan tiga ranah yakni ranah pengetahuan atau kognitif, ranah
sikap atau afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut dinilai secara proporsional sesuai dengan sifat atau materi pembelajaran yang
diberikan kepada siswa. Dalam Supratiknya 2012:10, ranah kognitif merupakan
kemampuan intelektual siswa dalam berpikir dan memecahkan masalah. Menurut, Syah 1995:51, ranah kognitif sangat berkaitan erat dengan
ranah afektif karena pengembangan ranah kognitif menghasilkan
kecapakan afektif. Ranah afektif menurut Sudjana 2004:53 berhubungan dengan nilai dan sikap. Ranah afektif mencakup perilaku
seperti minat, emosi, sikap, dan perasaan. Sementara itu ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan atau kemampuan
bertindak setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar psikomotorik dapat diukur melalui pengamatan tingkah laku siswa.