Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan a latar belakang masalah, b rumusan masalah, c tujuan penelitian, d manfaat penelitian, e spesifikasi produk yang diharapkan, dan f definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Indikator maju tidaknya sebuah bangsa dapat dilihat dari kemajuan pendidikan sebuah bangsa tersebut, hal itu dapat dilihat dari Negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, Inggris, dll. Majunya pendidikan sebuah bangsa tentu saja akan meningkatkan pula aspek sumber daya manusianya baik secara intelektual maupun skillkemampuan. Setiap Negara menerapkan kurikulum yang berbeda-beda, dan saat ini banyak Negara yang mengadopsi sebagian atau keseluruhan kurikulum-kurikulum internasional seperti IPC International Primary Curriculum, kurikulum IB International Baccalaureate , kurikulum Cambridge, dll. Kurikulum internasional dapat dijadikan kiblat kurikulum di Indonesia seperti pada perumusan kurikulum 2013 yang saat ini sudah pada tahap implementasi. Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap attitude, keterampilan skill dan pengetahuan knowledge. Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan Pasal 35, yaitu kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu Majid, 2014:28. Dalam konteks makro, pemerintah sedang memperbaiki dan meningkatkan pendidikan melalui implementasi kurikulum 2013 dan dalam konteks mikro yang meliputi aspek-aspek yang menunjang terjadinya pendidikan sesuai kurikulum 2013 seperti tenaga pendidik, kependidikan, dll yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan. Peran guru dalam proses pendidikan sangatlah penting dalam terselenggaranya proses pembelajaran apalagi dalam kurikulum 2013 ini guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menyajikan proses pembelajaran. Konsep guru sebagai pusat teacher centered kini telah berubah menjadi student centered atau terpusat pada siswa. Keahlian guru memadukan metode, teknik, strategi dan penggunaan media sangat diperlukan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang efektif. Melalui proses belajar yang dilakukan, seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk suatu pengetahuan tertentu Aunurahman, 2012:16. Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembagkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari Mulyasa, 2013:7. Berbeda dengan proses pembelajaran pada kurikulum KTSP yang dilakukan secara terpisah tiap mata pelajaran IPA, IPS, PKN, Matematika, Bahasa Indonesia, Agama pada penerapan kurikulum 2013 ini proses pembelajaran dilakukan dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam tema-tema tertentu. Proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 menuntut guru untuk inovatif dan kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran. Maka dari itu, guru memerlukan media yang tepat guna agar siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran yang tentunya menarik. Alasan peneliti mengembangkan sebuah produk berupa video pembelajaran yang mengacu pada kurikulum 2013 ini dikarenakan terjadi perubahan sistem pendidikan di Indonesia yakni dengan diimplementasikannya kurikulum 2013 yang semula menggunakan kurikulum KTSP. Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif yang berupa kata- kata, musik, dan sound effect Rudi, 2009:19. Kamus Besar Bahasa Indonesia 2006 dalam Prastowo 2013:300-301 video diartikan sebagai rekaman gambar hidup atau program televisi lewat tayangan televisi. Pembelajaran audiovisual dapat dikenal dengan mudah karena menggunakan perangkat keras di dalam proses pengajarannya. Pembelajaran audiovisual didefinisikan sebagai produksi dan pemanfaatan bahan yang menyangkut pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran yang secara eksklusif tidak selalu harus bergantung pada pemahaman symbol-simbol atau kata-kata. Secara khusus, teknologi audiovisual memproyeksikan bahan, seperti film, film bingkai dan transparansi Deni, 2012:16. Fathurrohman 2007:20-21, mengatakan bahwa menggunakan media berguna untuk memperjelas pesan, memberi rangsang yang sama, menimbulkan gairah belajar siswa dapat belajar mandiri. Perpaduan antara media audio dan visual dapat menjadi salah satu media yang efektif dan efisien dalam menyampaikan materi pembelajaran, pada umumnya anak-anak akan cenderung tertarik menonton sebuah videofilm dibandingkan hanya mendengarkan ceramah dari guru saja. Perolehan pengetahuan siswa seperti yang digambarkan oleh kerucut pengalaman Edgar Dale bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan secara verbal Rudi, 2009:9. Berdasarkan analisis kebutuhan berupa kuesioner, wawancara dan pengamatan yang peneliti lakukan pada tanggal 25-26 November 2014 di SD Negeri 1 Samigaluh di kelas V diketahui bahwa intensitas penggunaan media audio visual pada pembelajaran yang mengacu pada kurikulum 2013 masih kurang karena beberapa faktor. Berdasarkan kuesioner analisis kebutuhan siswa, dapat diketahui bahwa: Pertama, dari aspek teknik pembelajaran yang diberikan oleh guru, guru lebih dominan menggunakan papan tulis dalam menyampaikan pembelajaran dan juga dalam memberi cotoh nyata kegiatan serta praktik kegiatan sesuai pembelajaran hanya kadang-kadang. Kedua, dari segi teknik pembelajaran yang diberikan guru, siswa lebih menyukai diskusi kelompok. Ketiga, dari segi materi yang diberikan oleh guru, kebanyakan siswa menjawab cukup menarik dan menambah pengetahuan. Keempat, dari aspek cara guru mengevaluasi, siswa menjawab pilihan ganda. Kelima, dari segi penggunaan media, kebanyakan siswa menjawab bahwa guru kadang- kadang menggunakan media yang berupa gambar. Keenam, dari segi media yang disukai siswa, kebanyakan siswa lebih menyukai media video yang diperankan oleh guru atau orang lain. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan ada beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 yang mengacu pada penggunaan media audio visual diantaranya: Pertama, kondisi kelas; pada kelas V di SD Negeri 1 Samigaluh ini terdapat pintu dengan lubang ventilasi di atasnya dan juga sekat kelas berupa pintu besi, hal ini tentunya jika dilaksanakan pemutaran video, suaranya bisa terdengar di kelas sebelahnya dan bisa mengganggu pembelajaran. Kedua, keadaan sekolah, area sekolah yang berdekatan jalan raya yang sangat ramai sehingga menimbulkan kebisingan yang tentunya mengganggu kegiatan pembelajaran. Berdasarkan wawancara analisis kebutuhan terhadap guru kelas V, terdapat beberapa faktor yang menghambat prelaksanaan pembelajaran, diantaranya: Pertama, guru belum sepenuhnya memahami implementasi kurikulum 2013, pelaksanaan pembelajaran belum sepenuhnya efektif karena guru kelas masih belajar aspek pembelajaran kurikulum 2013 khususnya pada pemetaan tema pada setiap pembelajaran. Kedua, beban guru yang bertambah karena harus mandiri mengembangkan tema yang ada pada buku guru agar anak benar-benar mencapai kompetensi yang seharusnya. Ketiga, guru mengalami kesulitan dalam proses penilaian yang mengacu pada buku guru, guru kesulitan dalam mengamati berbagai aspek setiap individu. Keempat, media pembelajaran audio visual seperti film yang ada masih mengacu pada kurikulum KTSP dan masih terpisah-pisah dalam tiap mata pelajaran, sedangkan guru disibukkan dengan hal yang lain da tidak ada waktu untuk mencari media yang tepat merangkum semua aspek. Kelima, kurangnya kesesuaian kurikulum 2013 dengan budaya lokal yang seharusnya diketahui anak seperti tari di daerahnya atau kesenian tradisional yang lainnya. Keenam, guru masih sering menggunakan media konvensional seperti papan tulis dan gambar-gambar namun guru tetap menggunakan media yang bersifat kontekstual. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mencoba memberikan solusi dengan mengembangkan sebuah produk berupa video pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa mapel dalam sebuah pembelajaran sesuai degan kurikulum 2013 pada tema 2 subtema 1 pembelajaran pada kelas V. Dengan demikian peneliti mengambil judul penelitian “Pengembangan Media Video Tematik Kelas V Tema 2 Subtema 1 Pembelajaran 5 Kurikulum 2013 Ajaran 20142015”. Peneliti memilih kelas V Semester gasal di SD Negeri 1 Samigaluh sebagai sampel karena belum ada yang mengembangkan sebuah media pembelajaran berupa video tematik pada tema 2 subtema 1 pembelajaran 5.

B. Rumusan Masalah