Smg. Timur
77 203 241 174 1
Naik Smg.
Selatan 915 2422 2876
2071 6
Naik Smg.
Utara 698 1846 2192
1579 5
Naik Luar Kota Smg
1399 3703
4397 3166
9 Naik
Total 20.156 54.283 64.495
33868
Sumber: Business Plan RSUD Tugurejo, 2005
Berdasarkan lokasi asal pengujung, maka pengunjung terbanyak berasal dari daerah Ngaliyan, dan Kecamatan Semarang Barat. Hal ini berkaitan dengan lokasi RSUD
ini yang berada di Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Selain itu, juga dapat dilihat bahwa jumlah pengunjung yang berasal dari luar Kota Semarang dari Kabupaten Kendal dan
Batang. Hal ini berkaitan dengan fungsi RSUD ini sebagai pusat rujukan bagi Rumah Sakit Daerah lainnya. Untuk mewadahi trend peningkatan pengunjung tiap tahunnya,
maka seharusnya diperlukan pelayanan yang memadai dari pihak RSUD Tugurejo. Tetapi pada kenyataanya bahwa dari segi pelayanan RSUD ini masih jauh dari yang diinginkan,
padahal dilihat dari potensi jumlah pengunjung sangatlah tinggi. Secara umum dari sisi demand permintaan pelayanan kesehatan cukup tinggi yaitu rata-rata mengalami
kenaikan 12,9 Business Plan Tahun 2005-2009. Sedangkan di sisi supply, yaitu penyediaan pelayanan kesehatan dari RSUD ini kurang mampu mencukupinya, hal ini
dapat dilihat dari tingkat kepuasan pelayanan RSUD Tugurejo yang masih kurang maksimal yaitu 50 untuk pelayanan teknis, 30 untuk pelayanan manajemen, dan 20
untuk mutu pelayanan Business Plan Tahun 2005-2009. Hal ini memperlihatkan kapasitas pelayanan RSUD Tugurejo masih kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan
arahan pengembangan dengan melihat kecenderungan jangkauan pelayanan RSUD Tugurejo.
1.2 Rumusan Masalah
Pada era Otonomi Daerah, Satuan Kerja Perangkat Daerah harus mampu memberikan pelayanan sesuai dengan fungsinya kepada masyarakat. RSUD Tugurejo
yang merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah juga harus mampu memberikan penyediaan pelayanan bagi masyarakat Kota Semarang dan
Provinsi Jawa Tengah. Kondisi ini harus berhadapan dengan dua faktor, yaitu yang pertama dalam
pelayanan ini harus bersaing dengan keberadaan rumah sakit lainnya di Kota Semarang, baik swasta atau pemerintah. Selama ini berkembang persepsi di masyarakat bahwa
kualitas pelayanan institusi pemerintah lebih buruk daripada yang swasta, demikian pula dengan rumah sakit yang ada di Semarang. Kondisi ini dipengaruhi oleh kondisi
keuangan di masing-masing rumah sakit. Faktor yang kedua adalah mengenai segmentasi pasar dari RSUD, yaitu untuk kelas menengah ke bawah. Setiap institusi pemerintah
harus melakukan kewajibannya dalam pelayanan publik umum, dan di sisi lain harus juga memperhatikan pendapatan yang diterima oleh institusi tersebut. Dengan pemasukan
dari subsidi yang tidak terlalu besar dan hasil dari pendapatan pelayanan kesehatan harus berhadapan dengan pengeluaran yang juga besar.
Keunggulan dari faktor yang kedua, yang berupa jumlah kunjungan dari golongan menengah ke bawah yang mengalami kenaikan sebesar 35,7 pada tahun 2004. Hal ini
dikarenakan pelayanan dengan tarif yang relatif murah dibandingkan dengan rumah sakit lainnya. Dari kenyataan yang ada, maka potensi tersebut belum mampu dimanfaatkan
dengan optimal oleh RSUD Tugurejo. Dengan pendapatan yang cukup tinggi dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat ekonomi menengah ke bawah dan dukungan dari
pihak pemerintah lewat dana APBD, maka seharusnya RSUD ini mampu memberikan
pelayanan yang baik. Kondisi ini menggambarkan bahwa dari sisi demand permintaan pelayanan kesehatan cukup tinggi yaitu dari tahun 2002-2004, rata-rata mengalami
kenaikan 12,9 dari berbagai pelayanan seperti rawat inap, rawat jalan, IGD, ICU, IBS, farmasi, radiologi, laboratorium, dan gizi Business Plan Tahun 2005-2009. Sedangkan
di sisi supply, yaitu penyediaan pelayanan kesehatan dari RSUD ini kurang mampu mencukupinya, hal ini dapat dilihat dari tingkat kepuasan pelayanan RSUD Tugurejo
yang masih kurang maksimal yaitu 50 untuk pelayanan teknis, 30 untuk pelayanan manajemen, dan 20 untuk mutu pelayanan Business Plan Tahun 2005-2009.
Disamping itu, meskipun jumlah pasien meningkat, namun jumlah ini masih kalah dengan rumah sakit lainnya seperti Rumah Sakit Dr. Karyadi dan RS Pantiwiloso
Citarum Business Plan Tahun 2005-2009. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan RSUD Tugurejo masih rendah. Selain itu, rumah sakit ini juga
beberapa kali menolak pasien yang datang karena sarana yang kurang mencukupi wawancara, 2006. Hal ini memperlihatkan kapasitas pelayanan RSUD Tugurejo masih
kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan arahan pengembangan pelayanan RSUD Tugurejo yang dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Arahan pengembangan ini,
tentu saja harus memperhatikan potensi pasar pasien dan kecenderungan jangkauan pelayanan RSUD ini karena perkembangan rumah sakit tidak dapat dilepaskan dari
jumlah pasien dan jangkauan pelayanannya. Berdasarkan hal diatas, maka pertanyaan
penelitian yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana Pengembangan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang?”
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian