Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
a. Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah
cipta kognitif sehingga materi yang dipelajaripun kurang atau tidak berbekas.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan penglihatan, juga sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dan
penglihatan siswa yang rendah akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan
iconic gema dan citra. Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses penyerapan informasi yang dilakukan oleh
sistem memori siswa tersebut. b. Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa. Namun, diantara faktor-faktor tersebut yang dipandang sangat esensial itu adalah sebagai berikut:
17
• Inteligensi siswa
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau inteligensi IQ sangat menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa. Ini bermakna semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya
meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya
untuk memperoleh sukses. • Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespon response
tendency dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun secara
negatif. Sikap attitude siswa yang positif merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya,
sikap negatif siswa dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Selain itu, sikap terhadap ilmu pengetahuan akan
menimbulkan prestasi yang dicapai siswa kurang memuaskan.
18
• Bakat siswa
Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang. Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi
sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing- masing. Jadi, bakat itu secara umum mirip dengan inteligensi.
Itulah sebabnya seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas superior atau cerdas luar biasa very superior disebut juga
dengan talented child, yakni anak berbakat. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan
keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibandingkan dengan siswa yang lainnya. Inilah yang
kemudian disebut bakat khusus specific aptitude yang merupakan karunia inborn. Sehubungan dengan hal di atas,
maka bakat dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-bidang tertentu.
19
• Minat siswa
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairangan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber 1988 dalam Syah, 1999, minat tidak termasuk istilah yang populer dalam psikologi karena
ketergantungannya yang banyak terhadap faktor-faktor internal lainnya, seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi,
dan kebutuhan. Namun terlepas dari populer dan tidaknya, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini
dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.
• Motivasi siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme, baik manusia maupun hewan, yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya Energizer untuk bertingkah laku secara
terarah. Gleitman, 1986; Reber, 1988 dalam Syah, 1999. Dalam perkembangannya, motivasi dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu: 1 motivasi intrinsik, 2 motivasi ekstrinsik.
20
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari dalam diri siswa yang dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi
tersebut. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. pujian dan hadiah, tata tertib
sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh dari motivasi ekstrinsik. Kekurangan atau
ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa
dalam melakukan proses pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah.
Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, memberi
pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.
• F
aktor self-efficacy Selain dari faktor-faktor yang dikemukakan di atas tersebut,
dalam model pembelajaran Bandura, faktor person kognitif
21
memainkan peran penting. Faktor person yang ditekankan Bandura ini adalah self-efficacy, yakni keyakinan bahwa
seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif. Bandura mengatakan bahwa self-efficacy berpengaruh
besar terhadap perilaku. Misalnya, seorang siswa yang self- efficacy-nya rendah mungkin tidak mau berusaha belajar untuk
mengerjakan ujian karena dia tidak percaya bahwa belajar akan membantunya mengerjakan soal Santrock, 2007: 286.
Bandura percaya bahwa self-efficacy merupakan faktor penting yang mempengaruhi prestasi siswa. Siswa dengan self-efficacy
yang tinggi setuju dengan pernyataan “saya tahu bahwa saya akan mampu menguasai materi ini” dan “saya akan bisa
mengerjakan tugas ini” Santrock, 2007: 523. Schunk 1991, 1999, 2001 dalam Santrock, 2007: 523
mengaplikasikan konsep self-efficacy ini pada banyak aspek dari prestasi siswa. Menurutnya, konsep ini mempengaruhi
pilihan aktivitas oleh siswa. Siswa dengan self-efficacy yang rendah mungkin menghindari banyak tugas belajar, khususnya
yang menantang dan sulit. Sedangkan siswa dengan level self- efficacy yang tinggi mau mengerjakan tugas-tugas seperti itu.
Siswa dengan level self-efficacy yang tinggi mungkin lebih tekun berusaha menguasai tugas pembelajaran ketimbang siswa
yang berlevel rendah.
22
• Faktor goal orientation Selain itu, Matuga 2009 dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan yang dapat membantu pencapaian prestasi akademik. Salah satu
faktor tersebut adalah persepsi diri siswa sebagai motivasi intrinsik atau ekstrinsik untuk terlibat dalam kegiatan belajar;
dalam lingkungan pendidikan yang biasa dikenal siswa sebagai orientasi tujuan atau yang disebut goal orientation Barron
Harackiewicz, 2001; Elliot Thrash, 2001 dalam Matuga,
2009. Hal tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan Schunk.
Schunk 1996 dalam Brown Mathews, 2003: 107 memimpin sebuah studi pada setting kelas untuk menyelidiki
pengaruh prestasi goal orientation pada suatu bidang kemampuan tertentu. Sama halnya dengan sebuah penelitian
pada setting laboratorium, guru memberikan instruksi yang berbeda untuk learning dan performance goal. Hasil
menunjukan bahwa siswa dengan learning goal memiliki motivasi dan orientasi lebih tinggi dari pada siswa dengan
performance goal. Hasil tersebut menunjukan bahwa bermacam-macam goal yang ada dalam kelas dapat
mempengaruhi goal perception dan prilaku prestasi akademik. 2. Faktor eksternal siswa
23
Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu: faktor lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
a. Lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah sepertu guru, para staf administrasi,
teman-teman sekelas, dapat mempengaruhi semangan belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap dan
perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar.
Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat, tetangga, serta teman-teman sepermainan disekitar
perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan sosial siswa, dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kondisi belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat
orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga dapat memberi dampak baik ataupun buruk
terhadap kegiatan belajar dan hasil yang akan dicapai oleh siswa. b. Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan keluarga,
24
alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
3. F
aktor pendekatan belajar Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor
pendekatan belajar juga dapat berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut. Seorang siswa yang
terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, sangat dimungkinkan untuk meraih prestasi belajar yang bermutu dari pada
siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau reproductive.