Indikator Kinerja Deskripsi Kondisi Awal

commit to user pada berbagai fase penelitian lapangan, dengan waktu dan tempat yang berbeda, dan sering menggunakan metode yang berlainan.

G. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan dalam proses dan pretasi belajar Ranah kognitif, Afektif, dan Psikomotorik, hal ini dapat dirumuskan pada tabel dibawah ini: Tabel 3.2. Indikator Keberhasilan Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotorik Ranah Indikator Target pencapaian 1. Kognitif - Pencapaian nilai menurut batas ketuntasan 80 2. Afektif - Penerimaan - Partisipasi - Penilaian - Organisasi - Pembentukan pola hidup 80 3. Psikomotorik - Persepsi - Kesiapan - Gerakan terbimbing - Gerakan terbiasa - Gerakan kompleks - Penyesuaian pola gerakan - Kreativitas 80 Sumber : Winkel, 2009: 280 – 283

H. Prosedur Penelitian

Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini mangikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam Kasihani Kasbolah yang berupa model spiral. Perencanaan Kemmis commit to user menggunakan system spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana tindakan, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan suatu dasar pemecahan permasalahan Kasbolah, 2001: 63. Langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap analisis, dan tahap refleksi serta tahap tindak lanjut. Pada tahap persiapan yang perlu dipersiapkan, yaitu: 1 permintaan ijin kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran PDKB Pekerjaan Dasar Konstruksi Bangunan SMK Negeri 2 Surakarta; 2 Observasi pra tindakan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kegiatan belajar mengajar khususnya mata diklat PDKB Pekerjaan Dasar Konstruksi Bangunan. 3 identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran PDKB Pekerjaan Dasar Konstruksi Bangunan kelas X TKB yang telah dilakukan. Setelah diadakan Identifikasi terhadap masalah di kelas, kemudian dilakukan pelaksanaan penelitian, adapun langkah pelaksanaannya dapat dilihat di gambar 3.2. commit to user Gambar 3.2. Prosedur Penelitian Model Spiral Dua Siklus Sumber: Kemmis dan Mc. Taggar dalam Rochiati Wiriaatmadja, 2007: 45 Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran menggunakan metode TGT Refleksi Ulasan terhadap hasil observasi SIKLUS II Alternatif Pemecahan Penggunaan model pembelajaran TAEMS GAMES TOURNAMENT TGT Perencanaan Tindakan Menyusun instrumen pembelajaran Penguasaan konsep belum sepenuhnya tuntas Evaluasi Hasil belajar dievaluasi melalui tes kognitif Observasi Pengamatan proses pembelajaran Evaluasi Hasil belajar dievaluasi melalui tes kognitif Observasi Pengamatan proses pembelajaran Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan proses pembelajaran Perencanaan Tindakan Rencana perbaikan pembelajaran selanjutnya Tindakan Lanjut Langkah-langkah penyempurnaan pembelajaran selanjutnya Refleksi Ulasan terhadap hasil observasi proses pembelajaran Penguasaan konsep telah tuntas Tidak dilanjutkan SIKLUS I Identifikasi Masalah Hasil belajar siswa kelas X TKB masih rendah Tidak Terselesaikan Terselesaikan commit to user Penelitian tindakan kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

1. Rencana Tindakan Siklus 1 a. Perencanaan

1 Guru menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan tentang “Mengidentifikasi Ilmu Bangunan Gedung” 2 Merancang pembuatan rencana pembelajaran. 3 Membuat kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 orang yang terdiri dari laki-laki yang dimiliki tinggi,sedang dan rendah. 4 Membuat soal-soal evaluasi. 5 Membuat soal-soal tugas rumah. 6 Menyiapkan alat peraga. 7 Menyiapkan lembar pengamatan observasi peserta didik. 8 Menyiapkan lembar pengamatan observasi guru. 9 Menyiapkan daftar nilai. 10 Membuat presentasi verbal.

b. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan, jika ternyata pada saat pelaksanaan terjadi kekurangan atau perubahan teknis,maka akan dicatat sebagai revisi untuk perbaikan dipertemuan pada siklus 2 pelaksanaan penelitian dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode informasi secara klasikal, diskusi melalui kelompok-kelompok kecil, diskusi, tanyajawab, evaluasi dan penugasan yang dilaksanakan pada akhir siklus. Pertemuan siklus 1 dilaksanakan dengan menyampaikan informasi secara klasikal, dilanjutkan mengerjakan soal-soal dari Lembar Tugas secara berkelompok, kemudian pemberian evaluasi dan pemberian tugas rumah atau PR sebagai tugas mandiri. Selama proses belajar mengajar berlangsung guru bertindak sebagai peneliti berkeliling untuk mengamati commit to user apabila ada anggota kelompok mengalami kesulitan cara menyelesaikan pekerjaan, maka peneliti membimbing langkah-langkah proses penyelesaian. Untuk mengukur perkembangan kemajuan siswa, guru sebagai peniliti meneliti lembar Tugas siswa yang dikerjakan secara kelompok, lembar jawab evaluasi dan tugas rumah kemudian siswa diberi nilai.

c. Observasi

Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Fokus pemantauan adalah proses penerapan tindakan, aktivitas siswa selama pembelajaran yang berdasarkan keaktifan serta antusias siswa dalam mengerjakan setiap tugas pada pelajaran serta prestasi belajar sesuai dengan lembar pemantauan dan perangkat evaluasi yang telah disiapkan.

d. Refleksi

Hasil pemantauan dan evaluasi dianalisis untuk diperoleh gambaran bagaimana dampak pelajaran yang telah direncanakan yaitu dengan menerapkan pelajaran dengan metode kooperatif tipe TGT. Hasil analisis yang diperoleh merupakan refleksi dari apa yang telah terjadi selama penerapan tindakan pada siklus I. Permasalahan pada siklus I digunakan sebagai pertimbangan untuk merumuskan perencanaan tindakan pada Siklus 2 sampai pembelajaran dinyatakan berhasil. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1 Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses tindakan. 2 Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti dan kepala sekolah pembimbing berupa hasil nilai siswa, hasil pengamatan, catatan lapangan, dan lain-lain. commit to user 3 Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.

2. Rencana Tindakan Siklus 2 a. Perencanaan

1 Menyempurnakan pada pelaksanaan disiklus 1 2 Guru membuat rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi pada siklus 1. 3 Memperbaiki bentuk kelompok yang sudah ada agar memperoleh hasil yang lebih baik dari siklus 1. 4 Menyiapkan soal-soal yang lebih bervariatif dalam bentuk Lembar Tugas. 5 Menyiapkan lembar pengamatan observasi peserta didik. 6 Menyiapkan lembar pengamatan observasi guru. 7 Menyiapkan daftar nilai. 8 Membuat presentasi verbal.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus 2 merupakan penyempurnaan dari siklus 1 materi yang lebih kompleks. Diharapkan pada siklus 2 ini, peserta didik sudah menguasai dan memahami materi yang diberikan sehingga indikator dapat tercapai.

c. Observasi

Dari hasil pelaksanaan di siklus 2 ini, kegiatan yang dilakukan sama seperti pada siklus 1. Peneliti hanya menyesuaikan apakah kegiatan yang dilakukan di siklus 2 ini sudah sesuai dengan yang diharapkan. commit to user

d. Refleksi

1. Melakukan evaluasi pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul. 2. Mendiskusikan hasil pengamatan dan hasil evaluasi untuk mendapat kesimpulan diharapkan akhir siklus II ini penerapan TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PDKB Pekerjaan Dasar Konstruksi Bangunan.

3. Rencana Tindakan Siklus 3 Jika diperlukan

Penelitian tindakan kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 3 siklus. Tapi pada siklus 2 siswa berhasil mengalami peningkatan prestasi belajar. Jadi rencana tindakan siklus 3 ini tidak digunakan oleh peneliti. commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta.

Perkembangan pemikiran para ahli teknologi yang didorong oleh perkembangan zaman, maka diperoleh pemikiran untuk mendirikan STM di Solo. Para pendirinya antara lain: 1 Ir. Frederick Cornelius Lovis Van Olden 2 Prof. Ir. Soediro 3 R.T Djojo Suparno Sri Sampurno 4 R. Sumardi Djadi sworo 5 Lalda Soedjono BA Pada tanggal 1 Juli 1952 berdirilah sekolah yang diberi nama Sekolah Tinggi Mesin STM di Solo. Namun sejak pada tahun 1998 lokasi tersebut menjadi tempat untuk SMP Negeri 24 dan SMP Negeri 25 Surakarta. Tiga jurusan yang dibuka pada saat itu adalah: 1 Jurusan Mesin 2 Jurusan Listrik 3 Jurusan Bangunan Pada tanggal 12 juli 1952 keluar surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 3095B, maka STM solo resmi menjadi STM Negeri Solo dengan pimpinan Ir. Frederick Cornelius Lovis Van Olden. Dari mulai berdiri tahun 1952 hingga tahun 1998 pejabat kepala sekolah 12 orang dengan periode meningkat Periode I 39 commit to user Sejak tahun 1956 mendapat lokasi dijalan Letjend. Adi Sucipto No.13 , tahun 1966 menjadi STM Negeri 1 Surakarta. Tahun 1971 mendapat proyek pertama pembuatan ruangbengkel kerja mesin Periode II Tahun 1977 dengan SK Dikmenjur tertanggal 6 Januari 1977 No. 57. 012. 77 ditunjuk melaksanakan kurikulum 1967 STM 3 tahun dengan pengembangan jurusan: 1 Mesin, 2 Bangunan, 3 Listrik, 4 Elektronika, 5 Otomotif. Periode III Tahun 1986 dengan SK dekmanjur bertanggal 4 Desember 1986 No. 267 CUKep1.86 menetapkan STM Negeri 1 Surakarta untuk melaksanakan rumpun program study berikut: 1 Bangunan : Bangunan Gedung dan Gambar Bangunan. 2 Elektronika : Elektronika Komunikasi. 3 Teknologi pekerjaan logam : Mesin Produksi 4 Otomotif : Mekanik Otomotif. Serta pelaksanaan program pengembangan sekolah seutuh-utuhnya PGG Periode IV Tahun 1994 berlaku perubahan jurusan, maka STM Negeri 1 Surakarta memiliki 5 jurusan 6 program study: 1 Bangunan : Bangunan Gedung dan Gambar Bangunan. 2 Elektronika : Elektronika Komunikasi. 3 Teknologi pekerjaan logam : Mesin Produksi 4 Otomotif : Mekanik Otomotif. 5 Listrik : Listrik Pemakaian. Pada pelajaran tahun 1999 2000 SMK Negeri 1 Surakarta diberlakukan kurikulum dengan perubahan rumpun menjadi bidang keahlian yang meliputi: commit to user 1. Bidang perkayuaan 1.1. Teknik perkayuan 1.2. Teknik kontruksi bangunan 1.3. Teknik gambar bangunan 2. Bidang keahlian elektronika 2.1. Teknik audio visual 2.2. Listrik pemakaian 3. Bidang keahlian mesin 3.1. Mesin perkakas 3.2. Mekanik otomotif Adapun kepala sekolah yang pernah memangku jabatan di SMK Negeri 2 Surakarta: 1 Ir. F.C Lovis Van Olden th 1952 – 1956 2 Soedirman sastro Atmojo th 1956 – 1957 3 S.M. Soekarno Atmadipura th 1959 – 1990 4 Iskandarisman Djoyohasmoro th 1967 – 1970 5 Soekisman Hadi Wiyoto th 1970 – 1972 6 Sawito Hadi Wiyoto P.BA th 1972 – 1977 7 Riawan, B Sc th 1977 – 1978 8 Soekamto th 1957 – 1966 9 Drs. Hadi Wiyono th 1978 – 1985 10 Soeparno BA th 1985 – 1994 11 Drs. Supratno th 1994 – 1997 12 Drs. Sunaryo th 1997 – 1998 13 Drs. Suwardi th 1998 – 2005 14 Drs. Rahmat Sutomo M.Pd th 2005 – 2010 15 Drs. Susanta, M.Pd th 2010-sekarang Kurikulum yang pernah dipakai di SMK Negeri 2 Surakarta: 1 Th 1952 – 1957 memakai kurikulum 1954 2 Th 1958 – 1960 memakai kurikulum 1958 commit to user 3 Th 1961 – 1975 memakai kurikulum 1964 4 Th 1976 – 1978 memakai kurikulum 1976 5 Th 1979 – 1985 memakai kurikulum 1979 6 Th 1986 – 1994 memakai kurikulum 1984 7 Th 1995 – 1999 memakai kurikulum 1999 8 Th 2000 – 2004 memakai kurikulum 2000 9 Th 2005–sekarang memakai dan mengikuti audit sertifikasi ISO 9001 : 2000 Adapun dana dari pemerintah telah diterima dengan tahapannya adalah sebagai berikut: 1 Th 1971–1972 memperoleh dana Pelita I, berupa gedung praktek diatas tanah seluas 500m 2 . 2 Th 1975–1977 memperoleh dana Pelita II, berupa peralatan praktek. 3 Th 1978 memperoleh dana pelita III, berupa penambahan gedung, tahun berikutnya memperoleh dana bantuan dari negara Belanda berupa alat-alat dan mesin peralatan yang tujuannya untuk mememnuhi kebutuhan di SMK N 2 Surakarta.

2. Visi Dan Misi SMK Negeri 2 Surakarta

a. Visi Mewujudkan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai pencetak sumber daya manusia yang profesional dalam bidang teknologi dan industri yang mampu menghadapi era global. b. Misi a. Membentuk tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu mengembangkan diri. b. Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing dilapangan kerja. c. Menyiapkan wirausaha yang tangguh dalam bidang teknologi dan industri d. Menyiapkan SMK 2 Surakarta sebagai SMK yang mandiri. commit to user

3. Denah gedung SMK Negeri 2 Surakarta

Gedung SMK Negeri 2 Surakarta terletak di jalan LU Adi Sucipto No. 33 Surakarta, lokasinya strategis karena terletak ditengah kota yang merupakan wilayah central dari pendidikan. Hal itu terbukti dengan berdirinya sekolah SMK Negeri 2 Surakarta sebagai sekolah favorit di kota Surakarta. Sekolah di wilayah tersebut selain SMK Negeri 2 Surakarta juga terdapat beberapa sekolah antara lain: SMA N 4 Surakarta, SMK N 7 Surakarta, SMK N 6 Surakarta dan SMK yang lain. Gambar 4.1. Denah Gedung SMK Negeri 2 Surakarta

4. Alat Bantu Pengajaran

Untuk mencapai tujuan pendidikan dan program mata pelajaran diperlukan alat-alat yang memadai berkaitan dengan hal tersebut maka SMK Negeri 2 Surakarta telah menyediakan alat-alat dan prasarana sebagai berikut: Jl . A h m ad y an i Polres Waras Pratama T.K. Inti SMK N 6 Surakarta SMA N 4 Surakarta Jl. LU Adi Sucipto SMK N 2 Surakarta commit to user a. Alat dan prasarana penunjang praktek Pada umumnya SMK Negeri 2 Surakarta lebih mengutamakan praktek daripada teori. Hal ini diamati dari perkembangannya yaitu 40 untuk teori dan 60 untuk praktek. Keberadaan laboratoriumnya sendiri antara lain terdiri dari: 1 Laboratorium mesin untuk rumpun mesin TP I. 2 Laboratorium elektronika untuk rumpun elektronika. 3 Laboratorium kayu mesin untuk rumpun bangunan. 4 Laboratorium otomotif untuk rumpun otomotif. b. Alat dan prasarana penunjang materi Untuk penunjang disediakan buku-buku perpustakaan yang berupa buku pelajaran, pengetahuan umum, koran, majalah dan lain-lain. c. Alat dan prasarana penunjang kesenian Untuk menunjang kesenian disediakan alat musik tradisonal seperti: gamelan, kulintang, sedangkan untuk alat musik kontemporer disediakan alat musik band lengkap. d. Alat dan prasarana penunjang olahraga Sarana untuk menunjang kegiatan olahraga dalah: 1 Lapangan Volly. 2 Lapangan basket. 3 Perkembangan atletik. 4 Peralatan senam. 5 Perlengkapan permainan.

5. Jenis dan jumlah ruang di SMK Negeri 2 Surakarta

No Jenis ruang Jumlah Luas m 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ruang Kepala Sekolah Ruang Wakil Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang Piket Ruang Administrasi Ruang Teori 11 1 5 1 1 5 32 24 60 36 96 1312 commit to user 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. Ruang Gambar Ruang Bangunan Ruang Elektronika Ruang Mesin Ruang Otomotif Ruang Diesel Ruang Gedung Gegistik Ruang Alat Olahraga Ruang Bp Ruang Perpustakaan Ruang Pertemuan Ruang Kesenian Ruang UKS Ruang SPP Ruang Osis Masjid Ruang koperasi karyawan Ruang koperasi siswa Kantin Menara air Rumah penjaga Rumah satpam Parkir guru Parkir siswa Kamar mandi karyawan Kamar mandi siswa Lorong jalan Ruang dinas 3 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 7 7 1 108 1553 463 1228 895 36 100 35 60 130 200 35 30 24 9 14 24 18 134 10 15 7 147 360 270 103 112 42

6. Kegiatan Upacara Bendera

Kegiatan upacara bendera di SMK Negeri 2 Surakarta dilaksanakan pada: a. Setiap hari Senin b. Setiap tanggal 17 c. Hari-hari besar nasional Upacara bendera ini wajib diikuti oleh semua komponen yang ada di sekolah yaitu meliputi: Guru, karyawan, siswa dan bahkan mahasiswa PPL. commit to user

7. Kegiatan senam kesegaran jasmani SKJ

Senam kesegaran jasmani dilaksanakan di SMK Negeri 2 Surakarta setiap hari Jum’at pada pukul 06.00 WIB. Sampai jam 07.00 WIB. Siswa, guru dan seluruh karyawan sebagai pesertanya. Jenis senam yang dipilih adalah senam aerobik dengan mendatangkan instruktur dari luar sekolah.

8. Jurusan Teknik Bangunan

a. Keadaan umum Pada rumpun teknik bangunan secara keseluruhan terdapat 9 kelas, masing-masing terdapat 3 kelas dengan jumlah murid tiap kelas ± 30 siswa dan dari masing-masing kelas dipimpin oleh seorang wali kelas. b. Pembelajaran Secara umum perbandingan antara teori dan praktek untuk kelas 1 adalah 40 teori dan 60 praktek, untuk 2 dan 3 adalah 30 teori dan 70 praktek, tiap bidang studi praktek minimal dipegang oleh 2 orang guru. Jumlah jam dalam 1 minggu adalah 50 jam untuk praktek, jumlah siswanya 30 orang yang dibimbing 2 orang guru lokal. Praktek disesuaikan dengan fasilitas yang ada. Alat dan sarana yang dimiliki oleh jurusan teknik bangunan sudah memenuhi syarat karena sudah dikategorikan sebagai sekolah unggulan. c. Struktur Organisasi Bengkel Teknik Bangunan. Gambar 4.2. Struktur Organisasi Bengkel Teknik Bangunan Bengkel Jurusan Teknik Bangunan Teknik Konstruksi kayu Teknik Konstruksi Teknik Gambar Bangunan Kepala Bengkel Ketua Jurusan Wakil Ketua Jurusan commit to user d. Unit Produksi Pada jurusan teknik perkayuan terdapat unit produksi yang memberikan jasa kepada pihak luar sekolah. Dalam unit produksi ini SMK Negeri 2 Surakarta melayani pembuatan mebel baik itu meja, kursi, almari, rak buku. e. Alumni Untuk alumni jurusan perkayuan banyak yang bekerja di industri- indusri mebel.

B. Deskripsi Kondisi Awal

Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah melaksanakan kegiatan observasi secara langsung dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di sekolah tersebut, khususnya mengenai kegiatan pembelajaran mata pelajaran PDKB Pekerjaan Dasar Konstruksi Bangunan kelas X. Kegiatan observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi menerapkan jenis pondasi yang tepat untuk bangunan sesuai dengan jenis tanahnya dikelas X TKB SMK Negeri 2 Surakarta. Dari hasil observasi awal menunjukkan bahwa guru aktif sedangkan siswa pasif, karena guru masih menerapkan metode ceramah. Peran serta siswa dalam proses pembelajaran PDKB Pekerjaan Dasar Konstruksi Bangunan masih kurang dan interaksi antar siswa pada proses pembelajaran hampir tidak ada, sehingga penguasaan terhadap materi pun masih kurang. Oleh karena itu peneliti menganggap bahwa peningkatan peran serta siswa atau keaktifan siswa dan ditunjang dengan interaksi yang baik pada proses pembelajaran antar siswa maupun antara siswa dan guru sehingga diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar. Kegiatan untuk mengetahui kondisi awal siswa dilakukan dengan tes kemampuan awal sebelum penerapan metode TGT Teams Games Tournament . Tes kemampuan awal tes kognitif bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan awal yang dimiliki siswa X TKB SMK Negeri 2 Surakarta dalam commit to user memahami materi pada mata pelajaran PDKB Pekerjaan Dasar Konstruksi Bangunan dengan pokok bahasan menerapkan jenis pondasi yang tepat untuk bangunan sesuai dengan jenis tanahnya. Hasil tes kemampuan awal Lampiran 9 menunjukan penguasan materi masih kurang oleh siswa kelas X TKB SMK Negeri 2 Surakarta, pencapaian rata- rata hanya 73,5. Siswa yang mendapat nilai kurang dari 75 sebanyak 20 siswa 62,5, sedangkan yang mendapat nilai diatas 75 sebanyak 12 siswa 37,5 . Nilai rata-rata tes kemampuan awal belum memenuhi batas tuntas KKM yang ditetapkan di SMK Negeri 2 Surakarta yaitu 75. Penerapan pembelajaran metode TGT Teams Games Tournament diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan meningkatkan keaktifan siswa dan kerjasama kelompok pada materi menerapkan jenis pondasi yang tepat untuk bangunan sesuai dengan jenis tanahnya. Gambar 4.3. Hasil Tes Awal Materi Menerapkan Jenis Pondasi Yang Tepat Untuk Bangunan Sesuai Dengan Jenis Tanahnya. Dari hasil tes awal dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi menerapkan jenis pondasi yang tepat untuk bangunan sesuai dengan jenis tanahnya siswa kelas X TKB SMKN 2 Surakarta masih belum mencapai batas ketuntasan, batas nilai kelulusan mata pelajaran produktif untuk PDKB Pekerjaan Dasar Konstruksi Bangunan adalah 75, dapat di lihat pada lampiran 5. Tuntas 37.05 Tidak Tuntas 62.5 Diagram Nilai Tes awal Siswa Ketuntasan Belajar Siswa Tuntas Tidak Tuntas commit to user Tabel 4.1. Hasil Belajar Afektif Siswa Pada Kemampuan Awal No. Aspek Hasil pengamatan 1. Kehadiran siswa masuk kelas B 2. Keaktifan siswa dalam menerima pembelajaran C 3. Menunjukan pemusatan perhatian pelajaran C 4. Menyatakan pendapat C 5. Mengajukan pertanyaan C 6. Selalu membawa buku catatan pelajaran B 7. Berinteraksi dengan guru C 8. Mengerjakan tugas tepat waktu C 9. Menghargai pendapat kelompok lain B 10. Kerjasama dalam kelompok B Jumlah Skor 24 Skor Maksimal 40 Presentase 60 Berdasarkan observasi yang dilakukan pada hasil afektif siswa, dengan hasil nilai rata-rata sebesar 60. Secara keseluruhan proses belajar afektif siswa masih rendah dan perlu adanya usaha meningkatkan proses tersebut. Kondisi awal psikomotorik siswa diketahui dengan mengobservasi psikomotorik siswa, hasil observasi psikomotorik seperti terlampir pada lampiran, hasil dapat dilihat pada tabel dibawah ini: commit to user Tabel 4.2. Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Pada Kemampuan Awal NO Aspek Yang Diamati Keterangan 1 2 3 4 1 Kedisiplinan siswa V 2 Kesiapan siswa menerima pelajaran V 3 Kedisiplinan siswa menyiapkan alat-alat pelajaran V 4 Kesiapan siswa mengikuti tournament V 5 Persepsi siswa V 6 Siswa dalam kelompok bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan V Jumlah skor 14 Skor maksimal 24 Presentase 58.3 Keterangan : 1 : Kurang 60 - 69 2 : Cukup 70 – 79 3 : Baik 80 - 89 4 : Baik sekali 90 - 99 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keadaan siswa dalam melakukan proses pembelajaran ranah psikomotorik dikatakan masih rendah dikarenakan rata-rata presentase 58,3. Hal ini masih perlu diperhatikan dan usaha untuk meningkatkannya. Hasil observasi performance guru yang dilakuan pada kondisi awal diketahui bahwa guru belum menyampaikan persepsi, guru belum dapat memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar, guru masih menggunakan metode pembelajaran yang kurang tepat yaitu dengan cara metode ceramah sehingga menyebabkan siswa kurang aktif, guru belum dapat commit to user menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat pembelajaran dan guru belum memberikan kesimpulan pada akhir pelajaran. Presentase hasil observasi performance guru pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.3. Skor Aspek Dalam Performance Guru Setiap Pertemuan Pada Siklus I. No. Simpulan Observasi Hasil pengamatan 1 2 3 1. Guru telah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. B BS BS 2. Guru telah menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat pembelajaran. B B BS 3. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan pemahaman konsep yang diterangkan. B B BS 4. Guru memberikan latihan soal relevan dengan materi yang disajikan. B B B 5. Guru memberikan pujian bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. B BS BS 6. Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang paling solid dan prestasinya bagus. B B BS 7. Guru menumbuhkan tanggungjawab kepada siswa dalam belajar maupun penyelesaian tugas kelompok. B BS BS 8. Guru memberikan penekanan pada hal-hal yang penting selama pelajaran maupun pada akhir pelajaran. B BS BS 9. Guru menyampaikan materi dengan jelas. B B BS 10. Guru memberikan bimbingan belajar yang minimal tetapi dapat menumbuhkan proses belajar siswa lebih terarah. B B BS 11. Guru menumbuhkan semangat kerjasama siswa dalam belajar. B BS BS Jumlah skor 114 Skor maksimal 132 Presentase 86.4 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Performance Guru dalam melakukan proses pembelajaran dikatakan masih kurang profesional, dikarenakan rata-rata presentase 86,4. Hal ini masih perlu diperhatikan dan usaha untuk meningkatkannya. commit to user

C. Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Siklus 1

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem kelas X pada mata pelajaran akuntansi.

0 0 196

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS X AK 1 SMK NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN 2012/2013.

0 0 17

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT KELAS IV SD NEGERI 2 PEKUNCEN

0 0 15

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

0 1 202