dirumuskan pada umumnya untuk memenangkan persaingan dalam suatu industri. Blue ocean strategy yang akan digunakan pada penelitian ini dapat meningkatkan
keuntungan usaha Restoran Gurih 7 dengan menjadikan kompetisi tidak relevan.
2.3.3. Perumusan Strategi Samudera Biru Blue Ocean Strategy
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan blue ocean strategy sebagai strategi pengembangan usaha masih relatif sedikit. Hal ini dikarenakan pemikiran
mengenai blue ocean strategy masih baru dan belum memiliki pendekatan secara sistematis. Namun, pada umumnya, peneliti-peneliti terdahulu memiliki tujuan
yang sama dalam mengkaji strategi pengembangan usaha berdasarkan blue ocean strategy, yaitu untuk: 1 mengidentifikasi faktor-faktor yang dijadikan sebagai
ajang kompetisi dalam suatu industri, 2 mendeskripsikan situasi industri, 3 dan merumuskan alternatif strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha.
Selain itu, peneliti terdahulu menggunakan metode dan alat analisis yang sama dengan yang dipaparkan oleh Kim dan Mauborgne 2005. Adapun alat analisis
yang digunakan pada penelitian mengenai blue ocean strategy, antara lain kanvas strategi, kurva nilai, kerangka kerja enam jalan, kerangka kerja empat langkah,
skema hapuskan-kurangi-tingkatkan-ciptakan, dan rangkaian strategi samudera biru. Keenam alat analisis tersebut merupakan alat analisis yang bersifat kualitatif
dan digunakan untuk menjawab dua tujuan terakhir peneliti. Sedangkan, tujuan pertama dapat diidentifikasi dengan menggunakan alat analisis yang bersifat
kuantitatif, yaitu Uji Cochran dan Uji Penilaian Kinerja. Walaupun metode dan alat analisis yang digunakan dalam perumusan
strategi pada penelitian-penelitian terdahulu sama, tetapi tahapan perumusan strateginya berbeda. Wadud 2010 menggunakan tahapan perumusan strategi
dengan menggunakan empat prinsip formulasi blue ocean strategy secara berurutan, antara lain merekonstruksi batasan-batasan pasar, berfokus pada
gambaran besar, melampaui permintaan yang ada, dan menjalankan rangkaian strategis dengan benar. Alat analisis yang digunakan pada penelitian Wadud
2010 juga disesuaikan dengan tahapan perumusan. Sedangkan, Utomo 2010 tidak menggunakan tahapan perumusan tersebut secara berurutan. Tahapan
perumusan yang digunakan Utomo 2010 diawali dengan merekonstruksi batasan pasar dengan menggunakan kerangka kerja enam jalan kemudian dilanjutkan
25
dengan formulasi blue ocean strategy dengan alat analisis berupa kerangka kerja empat langkah dan skema hapuskan-kurangi-tingkatkan-ciptakan. Ide blue ocean
strategy yang telah dihasilkan melalui formulasi blue ocean strategy terlebih dahulu dilakukan pengujian sebelum dapat dikatakan layak. Pengujian ide ini
menggunakan alat analisis rangkaian blue ocean strategy dan tiga kriteria strategi yang baik.
Wadud 2010 meneliti yoghurt dengan merek produk DaFa sebagai objek penelitiannya, sedangkan Utomo 2010 menggunakan objek penelitian berupa
produk teh dengan merek Your Tea. Hasil formulasi blue ocean strategy dari kedua penelitian ini berbeda dikarenakan faktor-faktor kompetisi dalam masing-
masing industri tidak sama. Faktor-faktor yang menjadi kompetisi dalam industri yoghurt di Bogor, antara lain variasi rasa, higienitas, informasi produk, khasiat
manfaat bagi kesehatan, kemudahan memperoleh produk, harga produk dari produsen agen, volume isi, kemudahan memperoleh bahan baku, fasilitas yang
diberikan produsen, sistem kontrak penjualan, dan sistem distribusi. Sedangkan, faktor-faktor yang diteliti oleh Utomo 2010 dalam industri teh siap saji adalah
track record perusahaan, harga paket penawaran, jenis teh yang digunakan, merek teh yang digunakan, fasilitas yang diberikan, sistem pendukung, desain dan bahan
outlet, harga bahan baku, distribusi bahan baku, rasa, keramahan penjual, lokasi outlet, dan kecepatan penyajian. Faktor-faktor dari kedua industri tersebut
mencakup persepsi produsen dan konsumen. Seluruh faktor ini kemudian dipetakan dalam kanvas strategi dan dibaca kurva nilainya dengan
membandingkan pesaing-pesaing potensial. Berdasarkan kanvas strategi dari kedua penelitian tersebut, posisi perusahaan yang diteliti berada di dalam situasi
persaingan yang ketat. Setelah diketahui situasi persaingan yang dihadapi perusahaan, selanjutnya
dilakukan formulasi blue ocean strategy dengan menggunakan kerangka kerja empat langkah dan skema hapuskan-kurangi-tingkatkan-ciptakan. Wadud 2010
dalam penelitiannya menghasilkan formulasi ide, yaitu 1 menghapuskan faktor jenis teh yang digunakan, merek teh, desain dan bahan outlet, 2 mengurangi
faktor harga paket penawaran dan harga bahan baku, 3 meningkatkan faktor track record perusahaan, fasilitas yang diberikan, sistem pendukung, keramahan
26
penjual, dan kecepatan penyajian, dan 4 menciptakan faktor kerja sama, rekruitmen, program promo, gathering, dan paket penawaran eksklusif.
Sedangkan, Utomo 2010 memformulasikan ide blue ocean strategy untuk Your Tea sebagai berikut 1 menghapuskan faktor jenis teh yang digunakan, merek teh,
desain dan bahan outlet, 2 mengurangi faktor harga paket penawaran dan harga bahan baku, 3 meningkatkan faktor track record perusahaan, fasilitas yang
diberikan, sistem pendukung, keramahan penjual, dan kecepatan penyajian, dan 4 menciptakan faktor kerja sama, rekruitmen, program promo, gathering, dan
paket penawaran eksklusif. Setelah dihasilkan ide blue ocean strategy, ide ini diujikan terlebih dahulu dengan menggunakan rangkaian blue ocean strategy.
Namun, Utomo 2010 juga melakukan pengujian terhadap ide tersebut dengan menggunakan tiga kriteria strategi yang baik. Hasil pengujian terhadap ide strategi
dari kedua penelitian tersebut menunjukkan ide strategi layak dan dapat direkomendasikan untuk perusahaan yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan tahapan perumusan blue ocean yang dilakukan oleh Utomo 2010. Hal ini dikarenakan perumusan yang digunakan
lebih terarah dan pengujian terhadap ide blue ocean strategy dilakukan dua kali. Namun, terdapat beberapa perbedaan dan persamaan antara penelitian ini dengan
penelitian terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang terkait langsung dengan topik strategi pengembangan, yakni terletak pada objek
kajian, tempat penelitian, dan hasil dalam penelitian. Objek yang akan dikaji pada penelitian ini adalah industri kuliner, khususnya restoran tradisional sunda yang
berada di Kota Bogor. Sehingga lokasi penelitian yang akan digunakan adalah Restoran Gurih 7 yang menggunakan konsep dan tema tradisional sunda. Selain
itu, pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini terfokus pada persepsi konsumen. Akan tetapi, dalam penelitian ini juga menggunakan persepsi produsen
dalam memformulasikan ide blue ocean, namun tidak secara keseluruhan. Sedangkan, persamaannya terletak pada alat analisis yang digunakan dan tujuan
penelitian, yaitu mengidentifikasi situasi persaingan dan faktor-faktor yang dijadikan ajang kompetisi industri serta merumuskan strategi blue ocean untuk
pengembangan usaha.
27
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis