Penyimpanan Bahan Baku Teh Susu Telur Pengolahan Minuman Teh Susu Telur

telur tidak mengutamakan kebersihan telur dalam memilih telur untuk dikonsumsi, para pedagang lebih mengutamakan kondisi telur yang tidak pecah dan retak. Kualitas telur berkurang selama penyimpanan, baik oleh proses fisiologis maupun oleh bakteri pembusukan. Tanda-tanda telur yang masih segar atau yang belum mengalami proses fisiologis maupun oleh bakteri dapat dilihat dari luar telur dan setelah telur ayam dipecah. Dilihat dari luar, kulit telur tidak retak, rongga udara hamper tidak kelihatan, terlihat jernih bila dilihat dengan sinar terang, tenggelam bila dimasukkan ke dalam air dan tidak ada suara bila digoyangkan. Bila dilihat dari dalam, batas-batas dari bagian telur masih terlihat jelas, kuning telur masih bulat utuh, putih telur tidak encer dan tidak berbau busuk Tarwotjo, 1998.

5.1.2 Penyimpanan Bahan Baku Teh Susu Telur

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap pedagang minuman teh susu telur diketahui bahwa tempat penyimpanan bahan-bahan baku minuman teh susu telur tidak dalam keadaan tertutup dan tidak bersih, tetapi juga tidak menjadi tempat bersarang dan bersembunyinya serangga dan tikus. Bahan baku dibeli pedagang dari tempat penjualan atau pasar yang diawasi oleh pemerintah secara kiloan dan untuk persediaan rata-rata per 2 - 5 hari. Untuk penyimpanan telur sendiri, disimpan dalam wadah telur dan diletakkan begitu saja di lantai ataupun di atas meja, ada juga yang meletakkan di tempat yang terbuka begitu saja, tidak menggunakan lemari pendingin kulkas. Semua pedagang memang sudah memiliki lemari pendingin tetapi lemari pendingin tersebut hanya digunakan untuk membuat es batu dan mendinginkan minuman botol. Untuk penyimpanan telurnya sendiri rata-rata semua pedagang menyimpan dalam waktu 2 - 4 hari. Lama penyimpanan telur berpengaruh terhadap masuknya bakteri Salmonella sp. ke dalam telur, dimana semakin lama telur disimpan, semakin besar kemungkinan terjadinya kerusakan pada telur dan akan mempermudah telur terkontaminasi Salmonella sp. Hal ini disebabkan karena adanya proses fisiologis oleh bakteri. Proses berjalan cepat pada penyimpanan suhu kamar Hardani, 2003. Hubungan antara suhu penyimpanan dan tingkat pertumbuhan bakteri Salmonella sp. juga diteliti oleh United State Department of Agriculture USDA dan Food Safety and Inspection Service FSIS dimana semakin tinggi suhu penyimpanan telur maka lama penyimpanan telur akan semakin pendek. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penyimpanan telur pada suhu ruang tidak boleh lebih dari 2 minggu Hardani, 2003. Berdasarkan hasil penelitian, lamanya penyimpanan telur pedagang minuman teh susu telur masih memenuhi syarat dalam batas penyimpanan telur pada suhu ruang yaitu tidak melebihi waktu selama 2 minggu.

5.1.3 Pengolahan Minuman Teh Susu Telur

Prinsip pengolahan minuman teh susu telur yang dilakukan oleh semua pedagang minuman teh susu telur di kecamatan Medan Area menurut hasil observasi peneliti tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Kepmenkes RI No. 942MenkesSKVII2003. Seluruh pedagang minuman teh susu telur tidak memakai tutup kepala, celemek, dan sarung tangan dalam melakukan pengolahan minuman teh susu telur. Pedagang juga bercakap-cakap dalam mengolah minuman teh susu telur, tidak selalu mencuci tangan sebelum mengolah minuman teh susu telur dan pada saat keluar dari kamar mandi. Pedagang minuman teh susu telur juga rata-rata masih menangani pengolahan minuman teh susu telur saat sedang batuk atau pilek. Sedangkan berdasarkan Kepmenkes RI No. 942MenkesSKVII2003, syarat-syarat penjamah makanan dalam menangani makanan jajanan antara lain: 1. Tidak menderita penyakit mudah meular, misal batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya 2. Menutup luka pada luka terbukabisul 3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian 4. Memakai celemek dan tutup kepala 5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan 6. Menjamah makanan harus memakai alatperlengkapan atau dengan alas tangan 7. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya 8. Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup hidung atau mulut Semua pedagang minuman teh susu telur tidak mencuci tangannya sebelum mengolah minuman teh susu telur dan pada saat keluar dari kamar mandi, berdasarkan pengamatan peneliti pedagang melakukannya karena sudah terbiasa dan selalu lupa untuk mencuci tangan sebelum menangani pengolahan minuman teh susu telur, sehingga kemungkinan kontaminasi bakteri yang masuk ke dalam minuman teh susu telur akan lebih besar. Dari 10 pedagang ada 9 pedagang minuman teh susu telur yang menangani pengolahan minuman teh susu telur saat sedang batuk dan pilek, yaitu pedagang dengan kode sampel nomor A,B,D,E,F,G.H,I dan J. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selagi para pedagang masih dapat mengolah minuman teh susu telur maka mereka akan tetap berdagang walaupun dalam keadaan sakit. Padahal hal ini sebenarnya tidak boleh dilakukan karena mereka dapat menularkan penyakit yang dideritanya kepada orang lain melalui bakteri yang secara tidak sengaja masuk kewat percikan ludah atau tangan mereka. Kondisi ini terjadi karena kurangnya pengetahuan para pedagang tentang hygiene sanitasi dalam pengolahan minuman dan makanan. Dalam pengolahan minuman teh susu telur, semua pedagang sebelumnya sudah memasukkan kuning telur, gula dan susu ke dalam gelas-gelas terlebih dahulu, jadi pada saat konsumen datang untuk memesan, mereka tinggal melakukan pengadukan adonan kuning telur tersebut dengan menggunakan mixer sampai rata, setelah itu baru diseduh dengan air teh yang panas berkisar antara suhu 70-100 ÂșC dan langsung disajikan kepada konsumen. Hal ini dilakukan oleh semua pedagang minuman teh susu telur agar waktu pengolahan lebih cepat dan tidak repot. Tetapi hal ini dapat membuat adonan kuning telur yang belum diseduh air teh di dalam gelas yang tidak tertutup dapat terkontaminasi debu atau kotoran lain juga bakteri yang terbawa oleh debu dan kotoran di udara yang kemungkinan dapat masuk ke dalam adonan kuning telur yang belum diseduh oleh air teh. Terdapat 6 pedagang yaitu pedagang dengan kode sampel B, D, F, G, H dan J, yang tidak memiliki tempat mencuci tangan dan peralatan yang memadai serta tidak mencuci peralatan menggunakan air yang mengalir melainkan dengan air yang ditampung dalam ember yang dicuci pada kamar mandi di dalam rumah pedagang tersebut. Sedangkan 4 pedagang lainnya yaitu pedagang dengan kode sampel A, C, E dan I yang memiliki tempat mencuci tangan dan peralatan yang memadai memiliki wastafel serta mencuci peralatan menggunakan air mengalir. Tetapi untuk keseluruhan pedagang minuman teh susu telur mencuci peralatan dengan menggunakan air dan sabun dan dicuci setiap hari. Peralatan yang digunakan juga tidak dalam keadaan retak atau pecah. Dari keseluruhan pedagang, berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, tempat pengolahan minuman teh susu telur tidak bebas dari serangga seperti kecoak, walaupun lantai dibersihkan setiap hari. Hal ini mungkin dikarenakan tempat berjualan pedagang minuman teh susu telur dekat dekat got atau parit. Selain itu, semua pedagang minuman teh susu telur tidak memiliki tempat pembuangan sampah yang tertutup, semuanya dalam keadaan terbuka dengan menggunakan ember untuk menampung sampah-sampah dari hasil pengolahan minuman teh susu telur. Tetapi sampah dibuang setiap hari dikumpulkan di goni lalu diangkut oleh petugas kebersihan 2 kali dalam sehari.

5.1.4 Penyimpanan Minuman Teh Susu Telur yang Sudah Jadi

Dokumen yang terkait

Hygiene Sanitasi dan Analisa Kandungan Boraks pada Bakso Bakar yang Dijual Disekitar Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2012

16 119 107

Analisis Escherichia coli dan Higiene Sanitasi pada Minuman Es Teh yang Dijual di Pajak Karona Jamin Ginting Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

15 91 95

Pemeriksaan Salmonella sp. pada Minuman Teh Telur Yang Dijual Diwarung Minuman Pasar Kurai Taji Kota Pariaman Propinsi Sumatera Barat Tahun 2006

2 39 78

Higiene Sanitasi dan Analisa Eschericia coli Pada Minuman Es Kelapa Muda Yang Dijual Di Taman Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2012

32 157 107

Kajian Cemaran Salmonella sp. Pada Susu Kedelai yang dijual di beberapa Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun 2009.

36 211 90

Hygiene Sanitasi dan Analisa Pencemaran salmonella sp. pada Daging Sapi Olahan (daging burger) Sebelum danSesudah Digoreng yang Dijual di Kelurahan Helvetia Timur Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2013

0 22 82

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi - Hygiene Sanitasi dan Analisa Kandungan Boraks pada Bakso Bakar yang Dijual Disekitar Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2012

0 3 34

Hygiene Sanitasi dan Analisa Kandungan Boraks pada Bakso Bakar yang Dijual Disekitar Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2012

0 0 14

Analisis Escherichia coli dan Higiene Sanitasi pada Minuman Es Teh yang Dijual di Pajak Karona Jamin Ginting Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

0 1 13

Hygiene Sanitasi dan Analisis Salmonella sp. pada Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2012

0 0 12