sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan nursing process untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan Mubarak,
2006.
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikanpengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang
dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi
memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
Proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materiteori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun
1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara
sosial. Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam masyarakat Lingkungan IV jika tidak ditangani
dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai
persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat. Kerja sama seperti melakukan proses pemantauan oleh pihak terkait harus dilakukan dengan optimal agar pelaksanaan
kegiatan kesehatan di Lingkungan IV bisa dilihat apakah berjalan dengan baik atau tidak. Kader juga
harus melaksanakan perannya sebagai promotor kesehatan masyarakat Lingkungan IV Kelurahan gedung Johor seperti melakukan penyuluhan – penyuluhan kesehatan dan mengajak masyarakat
berperan aktif dalam melaksananakan upaya kesehatan seperti melakukan upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier.
BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Landasan Teori
. 1. Pengertian Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta
untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan WHO : 2004, hal.x. Menurut Gunawan 2008 memberikan definisi tentang kader
kesehatan dinamakan juga promoter keehatan desa prokes adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas untuk mengembangkan masyarakat. Sedangkan menurut
Direktorat Bina Peran Serta masyarakat Depkes RI 1999 memberikan batasan bahwa “ kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja
secara sukarela”.
2. Tujuan Pembentukan Kader
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus dibidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek akan
tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada hakekatnya kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat secara aktip dan bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat
dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan adaya dalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada di
masyarakat seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam
bidang kesehatan. Menurut Santoso Karo-Karo, kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata
tingkat desa ternyata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna bagi masyarakat sekelompoknya meliputi:
a. Pengobatanringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatan terhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhana dan lain-lain.
b. Penimbangan dan penyuluhan gizi. c. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi, pemberian
distribusi obatalat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS. d. Peyediaan dan distribusi obatalat kontasepsi KB penyuluhan dalam upaya menamakan
NKKBS. e. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan, pembuatan
jamban keluarga da sarana air sederhana. f. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.
3. Tugas kegiatan kader
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu
adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter kader dan semua pihak dalam rangka