Spektrum frekuensi bWA 5,8 gHz 5725 – 5825 MHz

72 interferensi dalam hal penerimaan siaran satelit di pihak masyarakat khususnya yang berada di dekat base station PT. Aplikanusa Lintasarta. Selain permasalahan dengan TVRO, pada triwulan IV tahun 2012 ditemukenali bahwa terdapat hal – hal lain yang menjadi kendala dalam proses migrasi dari 3.5 GHz ke 3.3 GHz antara lain : 1. Kurangnya kompatibilitas antara perangkat BWA 3.3 GHz TKDN yang disyaratkan dengan perangkat eksisting pada frekuensi 3.5 GHz yang harus digantikan. BWA 3.3 GHz TKDN berteknologi IP sementara BWA 3.5 GHz dapat menggunakan teknologi TDM. Akibat dari ketidaksesuaian teknologi tersebut maka perlu dicari cara membawa traik TDM serial interface melalui network IP. 2. Alokasi kanal frekuensi di 3.3 GHz yang kecil dan kemampuan polarisasi perangkat sehingga kapasitas per BTS menjadi sedikit. Beberapa penyelenggara BWA memiliki alokasi frekuensi yang lebih banyak pada alokasi frekuensi di 3.5 GHz dibandingkan dengan alokasi frekuensi di 3.3 GHz dan ketersediaan perangkat 3.5 GHz yang sanggup dual polarisasi dimana perangkat 3.3 GHz hanya sanggup single polarisasi. Dampak dari masalah ini adalah kebutuhan akuisisi lokasi untuk penambahan BTS – BTS baru untuk mengantisipasi kekurangan kapasitas yang ditimbulkan. Setiap akuisisi lokasi membutuhkan waktu yang cukup lama disamping memunculkan kebutuhan biaya dan investasi yang tidak sedikit. Ditjen SDPPI memaklumi kendala yang dialami beberapa operator BWA 3.3 GHz dalam melakukan migrasi penggunaan pita frekuensi dari 3.5 GHz ke 3.3 GHz. Namun berdasarkan hasil kajian aspek legal dan juga keputusan dalam rapat pleno BRTI, maka batas waktu migrasi penyelenggara BWA pita 3.3 GHz tidak akan diperpanjang dan tidak akan melakukan perubahan kedua Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 09PERM.KOMINFO012009 tentang Penetapan Pita Frekuensi Radio Untuk Keperluan Layanan Pita Lebar Nirkabel Wireless Broadband Pada Pita Frekuensi Radio 3.3 GHz Dan Migrasi Pengguna Pita Frekuensi Radio Eksisting Untuk Keperluan Layanan Pita Lebar Nirkabel Wireless Broadband Dari Pita Frekuensi Radio 3.4 – 3.6 GHz Ke Pita Frekuensi Radio 3.3 GHz.

5.2.3.4. Spektrum frekuensi bWA 5,8 gHz 5725 – 5825 MHz

Pemerintah telah menetapkan pengaturan mengenai pita frekuensi BWA 5,8 GHz melalui PM Kominfo Nomor 27 Tahun 2009 bahwa pita frekuensi radio 5.8 GHz pada rentang frekuensi radio 5725 – 5825 MHz ditetapkan untuk 73 Zona Layanan Wireless Broadpita Blok Frekuensi MHz 3300 - 3312,5 3312,5 - 3325 3325 - 3337,5 3337,5 – 3350 3350 - 3362,5 3363,5 - 3375 3375 - 3387,5 3387,5 - 3400 Zona 1 Sumatera Bagian Utara - - PT 2 PT 3 PT 4 PT 5 - PT 8 Zona 2 Sumatera Bagian Tengah - - PT 2 PT 3 - PT 5 - - Zona 3 Sumatera Bagian Selatan - - PT 2 PT 3 PT 4 PT 5 - - Zona 4 Banten dan Jabodetabek - PT 1 PT 2 PT 3 PT 4 PT 5 PT 7 PT 8 Zona 5 Jawa Barat minus Botabek - - PT 2 PT 3 PT 4 PT 5 PT 7 PT 8 Zona 6 Jawa Bagian Tengah - - PT 2 PT 3 PT 4 - - PT 8 Zona 7 Jawa Bagian Timur - - PT 2 PT 3 PT 4 - - PT 8 Zona 8 Bali dan Nusa Tenggara - - PT 2 PT 3 PT 4 PT6 - PT 8 Zona 9 Papua - - PT 2 - - - - - Zona 10 Maluku Maluku Utara - - PT 2 - - - - - Zona 11 Sulawesi bagian Selatan - - PT 2 PT 3 PT 4 - - - Zona 12 Sulawesi bagian Utara - - PT 2 PT 3 - - - Zona 13 Kalimantan bagian Barat - - PT 2 - PT 4 PT5 - - Zona 14 Kalimantan bagian Timur - - PT 2 PT 3 PT 4 PT5 - - Zona 15 Kepulauan Riau - - PT 2 PT 3 PT 4 - - - Tabel 5.9. Penetapan penyelenggara jaringan pada pita frekuensi radio bWA 3,3 gHz Keterangan : PT 1 : PT Jasnikom gemanusa PT 5 : PT Telekomunikasi Indonesia PT 2 : PT Aplikanusa Lintasarta PT 6 : PT Rabik bangun Pertiwi PT 3 : PT Indosat Mega Media PT 7 : PT Rekajasa Akses PT 4 : PT Starcom Solusindo PT 8 : PT Citra Sari Makmur keperluan layanan pita lebar nirkabel wireless broadband dengan moda TDD. Adapun beberapa ketentuan yang tertulis di dalam aturan tersebut adalah sebagai berikut : a. Digunakan secara bersama sharing pada waktu, wilayah, danatau teknologi secara harmonis antar pengguna; b. Dilarang menimbulkan gangguan yang merugikan; c. Tidak mendapatkan proteksi; d. Alat perangkat telekomunikasi yang akan digunakan pada pita frekuensi radio 5.8 GHz untuk keperluan layanan pita lebar nirkabel wireless broadband wajib memiliki sertiikat alatperangkat sesuai ketentuan perundang-undangan. Adapun ketentuan teknis penggunaan pita frekuensi radio 5.8 GHz untuk keperluan layanan pita lebar nirkabel wireless broadband adalah sebagai berikut : a. Setiap pengguna pita frekuensi radio 5.8 GHz dibatasi penggunaan lebar pitanya bandwidth maksimal sebesar 20 MHz; b. Setiap pengguna pita frekuensi radio 5.8 GHz dibatasi penggunaan daya pancar power sesuai dengan aplikasi sebagai berikut : 74 1 Aplikasi P-to-P Point-to-Point: i Maximum mean EIRP : 36 dBm ii Maximum mean EIRP density: 23 dBm MHz 2 Aplikasi P-to-MP Point-to-Multipoint: i Maximum mean EIRP : 36 dBm ii Maximum mean EIRP density: 23 dBm MHz 3 Aplikasi Mesh: i Maximum mean EIRP : 33 dBm ii Maximum mean EIRP density: 20 dBm MHz 4 Aplikasi AP-MP Any point-to-multipoint i Maximum mean EIRP : 33 dBm ii Maximum mean EIRP density: 20 dBm MHz

5.3. Nilai biaya Hak Penggunaan bHP Pita Spektrum frekuensi

Dalam penggunaan pita frekuensi seluler, 3G dan BWA, terdapat enam pita frekuensi yang telah ditetapkan dan diberikan izin atas penggunaan pita frekuensi tersebut atau sudah berbentuk Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio. Keenam pita frekuensi untuk seluler tersebut adalah 1 Pita Frekuensi 800 MHz, 2 Pita Frekuensi 900 MHz , 3 Pita Frekuensi 1800 MHz, 4 Pita Frekuensi 2,1 GHz, 5 Pita Frekuensi 2,3 GHz, dan 6 Pita Frekuensi 3,3 GHz. Khusus untuk pita frekuensi 2,1 GHz yang merupakan frekuensi 3G, penggunaanya dibedakan untuk dua alokasi yaitu alokasi irst carrier dan second carrier . Masing-masing pita frekuensi tersebut memiliki bandwidth penggunaan tertentu dan pemberian izin juga berimplikasi pada pengenaan Biaya Hak Penggunaan BHP kepada operator yang menggunakan pita frekuensi tersebut. Satu alokasi pita frekuensi dapat digunakan oleh beberapa operator seluler sesuai dengan jumlah bandwidth yang tersedia. Pengenaan biaya hak penggunaan BHP frekuensi radio oleh pemerintah pusat terhadap penggunaan spektrum frekuensi radio oleh pengguna didasarkan kepada perundang-undangan yang berlaku, yaitu sebagai berikut: 1 UU No.20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP 2 UU No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi 3 PP No.53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit. 4 PP No.28 Tahun 2005 tentang PNBP yang berlaku di Departemen Komunikasi dan Informatika 5 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.13 Tahun 2005 jo