32 pembelajaran kooperatif. Semua anggota kelompok berperan aktif dalam kegiatan
belajar.  Siswa  yang  merasa  kesulitan  memahami  materi  dapat  terbantu  dengan menanyakan kesulitannya kepada teman sekelompoknya.
Metode Talking Stick merupakan metode pembelajaran yang menyenangkan karena  dikemas  dalam  bentuk  permainan  dengan  iringan  musik  yang  membuat
suasana  belajar  menjadi  rileks  sehingga  siswa  termotivasi  untuk  belajar.  Metode ini mendorong siswa untuk belajar secara aktif. Menurut Manuaba, dkk., 2014,
“dalam  proses  pembelajaran  dengan  menggunakan  metode  Talking  Stick  guru harus mampu berperan sebagai motivator dan fasilitator agar proses pembelajaran
dapat  berlangsung  dengan  efektif”.  Dengan  demikian,  guru  tidak  mendominasi kegiatan pembelajaran, tetapi sebagai  pembimbing dan pendamping siswa dalam
belajar. Berdasarkan  pernyataan  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  metode  Talking
Stick  merupakan  metode  pendukung  pembelajaran  kooperatif  yang  dirancang untuk membantu siswa mencapai penguasaan materi melalui tongkat stick.
1. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Talking Stick
Ada  beberapa  langkah  untuk  menerapkan  metode  Talking  Stick.  Langkah- langkah  pembelajaran  dengan  metode  Talking  Stick  menurut  Uno    Mohamad
2011: 86-87 antara lain sebagai berikut:
a.  Guru menyiapkan sebuah tongkat.
Tongkat  stick  digunakan  sebagai  alat  pembelajaran.  Tongkat  nantinya akan dipegang siswa dari satu siswa ke siswa lain dengan iringan musik. Siapapun
yang memegang tongkat maka harus menjawab pertanyaan dari guru.
33 b.  Guru  menyiapkan  materi  pokok  yang  akan  dipelajari  kemudian  memberi
kesempatan  kepada  peserta  didik  untuk  mempelajari  materi  pada
pegangannyapaketnya.
Materi  pembelajaran  disiapkan  oleh  guru.  Siswa  mendapat  tugas  untuk mempelajari materi tersebut dalam waktu yang telah ditentukan oleh guru. Siswa
belajar secara berkelompok melalui kegiatan diskusi. Siswa yang merasa kesulitan boleh berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Guru membimbing siswa selama
kegiatan diskusi. c.  Setelah  selesai  membaca  buku  dan  mempelajarinya,  guru  mempersilahkan
siswa untuk menutup bukunya.
Guru  memberikan  waktu  tertentu  kepada  siswa  untuk  mempelajari  materi secara  berkelompok.  Apabila  waktu  yang  telah  diberikan  oleh  guru  untuk
mempelajari  materi  sudah  habis,  siswa  diminta  untuk  menutup  buku  materi pelajaran  sebagai  tanda  bahwa  siswa  selesai  mempelajari  materi  dan  siap  untuk
mengikuti pelajaran dari guru.
d.  Guru  mengambil  tongkat  dan  memberikan  kepada  siswa,  setelah  itu  guru memberikan  pertanyaan  dan  siswa  yang  memegang  tongkat  tersebut  harus
menjawabnya,  demikian  seterusnya  sampai  sebagian  besar  siswa  mendapat
bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Pada  tahap  ini,  tongkat  bergulir  dari  satu  siswa  ke  siswa  yang  lain.  Guru memberikan  pertanyaan  kepada  siswa  yang  memegang  tongkat.  Apabila  siswa
tidak bisa menjawab, maka diberikan kesempatan bertanya kepada teman.
34
e.  Guru memberikan kesimpulan.
Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan dan materi pembelajaran yang telah  dipelajari  setelah  sebagian  besar  siswa  memperoleh  pertanyaan  dari  guru.
Pemberian  kesimpulan  antara  guru  dan  siswa  bisa  dilakukan  dalam  kegiatan diskusi.
f. Evaluasi.
Guru  mengevaluasi  pembelajaran.  Siswa  mengerjakan  soal  yang  diberikan oleh  guru.  Evaluasi  digunakan  untuk  mengetahui  tingkat  kemampuan  siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
g. Penutup.
Langkah  terakhir  dari  metode  ini  adalah  guru  mengakhiri  kegiatan pembelajaran  dengan  salam.  Sebelumnya,  guru  dapat  memberikan  motivasi  agar
siswa giat dalam belajar. Senada
dengan pendapat
di atas,
Suprijono 2009:
109-110 mengungkapkan  pendapatnya  tentang  langkah-langkah  metode  Talking  Stick
antara lain sebagai berikut: Pembelajaran  dengan  metode  Talking  Stick  diawali  oleh  penjelasan  guru
mengenai  materi  pokok  yang  akan  dipelajari.  Peserta  didik  diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang
cukup  untuk  aktivitas  ini.  Guru  selanjutnya  meminta  kepada  peserta  didik menutup bukunya.
Menurut  pendapat  tersebut,  tahap  pertama  yang  dilalui  adalah  guru  menjelaskan materi  pelajaran.  Setelah  itu,  siswa  diminta  untuk  mempelajari  materi  tersebut
secara  berkelompok.  Siswa  belajar  menghafal,  memahami,  melafalkan,  menulis, dan  menguasai  materi.  Setelah  cukup  waktu  untuk  belajar,  siswa  diminta  untuk
35 menutup  bukunya  sebagai  tanda  berakhirnya  waktu  belajar  siswa  secara
berkelompok. Selanjutnya, siswa harus siap mengikuti pelajaran.  Suprijono lebih lanjut menambahkan:
Guru  mengambil  tongkat  yang  telah  dipersiapkan  sebelumnya.  Tongkat tersebut  diberikan  kepada  salah  satu  peserta  didik.  Peserta  didik  yang
menerima  tongkat  tersebut  diwajibkan  menjawab  pertanyaan  dari  guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta yang
lainnya,  seyogyanya  diiringi  musik.  Langkah  akhir  dari  metode  Talking Stick adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan
refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya.
Menurut  pendapat  tersebut,  tahap  selanjutnya  adalah  penggunaan  tongkat  stick sebagai  alat  penanda  penjawab  pertanyaan  dari  guru.  Tongkat  digulirkan  dari
siswa  satu  ke  siswa  yang  lain  dengan  iringan  musik.  Musik  dipilih  oleh  guru dengan  kriteria  musik  yang  ceria  untuk  menciptakan  suasana  rileks  pada  diri
siswa.  Ketika  musik  berhenti,  maka  siswa  yang  memegang  tongkat  harus menjawab pertanyaan dari guru. Jika siswa tidak bisa menjawab, maka teman satu
kelompoknya  berhak  membantu  menjawab.  Kegiatan  pembelajaran  diakhiri dengan  refleksi  terhadap  kegiatan  pembelajaran.  Garret  dalam  Noviasari,  2014
mengemukakan tahap Talking Stick sebagai berikut: a.  Participants  form  a  circle  together.  For  relaxation  and  clearing,  the  leader
the  teacher  may  use  music,  rattle,  or  drumming.  The  leader  the  teacher begins  by  picking  up  the  talking  stick  to  share  feelings  or  concern  with  the
group. Peserta  atau  siswa  membentuk  sebuah  lingkaran.  Guru  dapat  memutar
musik  agar  suasana  menjadi  rileks.  Guru  memulai  membawa  tongkat  stick bergulir  dari  siswa  satu  ke  siswa  yang  lain.  Siswa  diperbolehkan  memilih  untuk
36 berbicara atau diam, artinya bahwa siswa yang memegang tongkat boleh memilih
berbicara atau menjawab pertanyaan, sedangkan bagi siswa yang tidak memegang tongkat, maka memilih diam.
b.  During  the  circle  gathering,  question  may  be  asked  with  verbal  exchanges taking place, but only by permission of whoever is holding the stick.
Guru  memberikan  pertanyaan  kepada  siswa  selama  tongkat  digulirkan, tetapi yang berhak menjawab adalah siswa yang memegang tongkat. Ketika siswa
menjawab, maka siswa yang lain diam. c.  When  the  talking  stick  has  made  at  least  two  or  three  rounds,  having  been
passed to all participants, it is laid in the center of the circle to be picked up by anyone wishing to speak further.
Ketika  tongkat  diputar  minimal  dua  atau  tiga  putaran  hingga  melewati semua  peserta,  tongkat  kemudian  diletakkan  di  tengah-tengah  lingkaran.  Jika
dalam kegiatan pembelajaran, maka tongkat tersebut diambil alih oleh guru. Berikut  ini  langkah-langkah  metode  Talking  Stick  yang  dilakukan  dalam
penelitian ini dengan merujuk pada pendapatnya Uno  Mohamad 2011: 86-87, Suprijono 2009: 109-110, dan Garret dalam Noviasari, 2014.
1.  Guru menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan, antara lain: tongkat  stick,  iringan  musik,  dan  materi  pembelajaran.  Pemilihan  musik
dipilih  oleh  guru  dengan  kriteria  musik  yang  ceria,  semangat,  dan menimbulkan ketenangan batin.
2.  Pembentukan kelompok sekitar 4-5 siswa pada masing-masing kelompok. 3.  Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.
37 4.  Siswa  diberikan  waktu  untuk  mempelajari  ulang  materi  yang  telah
disampaikan  guru  secara  berkelompok.  Siswa  diberi  kesempatan  membaca dan  mempelajari  materi  tersebut.  Bagi  siswa  yang  kesulitan,  diperbolehkan
untuk menanyakannya kepada teman sekelompoknya. Guru membimbing dan mendampingi  siswa dalam  kegiatan ini.  Setelah selesai,  guru meminta siswa
untuk menutup bukunya. 5.  Guru  menempatkan  siswa  pada  posisi  melingkar.  Guru  berada  di  tengah-
tengah  siswa.  Kemudian,  guru  mengambil  tongkat  dan  memberikan  kepada salah satu siswa.
6.  Tongkat  bergulir  dari  satu  siswa  ke  siswa  lain  dengan  diiringi  musik  yang telah guru siapkan.
7.  Guru menghentikan musik dan siswa yang membawa tongkat akan mendapat pertanyaan  seputar  materi  pelajaran  dari  guru,  demikian  seterusnya  sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru. Bagi siswa yang belum bisa menjawab, sebagai solusinya siswa dipersilahkan
untuk berdiskusi kepada kelompoknya dengan bimbingan guru. 8.  Guru  memberikan  kesempatan  kepada  siswa  melakukan  refleksi  terhadap
materi yang telah dipelajarinya. 9.  Guru mengevaluasi pembelajaran dengan memberikan soal kepada siswa.
Metode  Talking  Stick  merupakan  salah  satu  metode  pendukung pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan materi
pelajaran.  Terdapat  beberapa  langkah  yang  harus  dilalui  dalam  melaksanakan metode  ini.  Melalui  langkah-langkah  yang  telah  dikemukakan  di  atas,  siswa
38 dituntut  untuk  aktif,  bekerja  sama  dengan  kelompoknya,  berani  mengemukakan
pendapat, dan menguasai materi pelajaran. 2.  Kelebihan Metode Pembelajaran Talking Stick
Metode  Talking  Stick  memiliki  beberapa  kelebihan.  Menurut  Shoimin 2016:  199,  kelebihan  metode  Talking  Stick  antara  lain  sebagai  berikut:  a
menguji  kesiapan  peserta  didik  dalam  pembelajaran,  b  melatih  peserta  didik memahami  materi  dengan  cepat,  c  memacu  agar  peserta  didik  lebih  giat  belajar
belajar  dahulu  sebelum  pelajaran  dimulai,  dan  d  peserta  didik  berani mengemukakan pendapat. Metode Talking Stick dapat membuat siswa memahami
materi  dengan  cepat  karena  guru  menyajikan  materi  kepada  siswa,  dan  siswa mempelajari  materi  baik  mandiri  maupun  bersama  teman  kelompoknya.  Selain
itu,  siswa  dilatih  keterampilannya  dalam  berbahasa,  terutama  keterampilan berbicara ketika siswa harus menjawab pertanyaan dari guru saat memegang stick.
Metode  Talking  Stick  sangat  tepat  digunakan  dalam  pengembangan  proses pembelajaran  PAIKEM  Partisipatif,  Aktif,  Inovatif,  Kreatif,  Efektif,  dan
Menyenangkan. “Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik  untuk  berani  mengemukakan  pendapat”  Suprijono,  2011:  109.  Siswa
dilatih  berani  berbicara  untuk  menjawab  pertanyaan  yang  disampaikan  guru. Menurut Shoimin 2016: 198, “selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini
akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat peserta didik aktif”. Pendapat  tersebut  sejalan  dengan  pendapat  dari  Manuaba,  dkk.,  2014  yang
menyatakan  bahwa  “metode  Talking  Stick  merupakan  metode  pembelajaran interaktif  karena  menekankan  pada  keterlibatan  aktif  siswa  selama  proses
39 pembelajaran”.  Metode  ini  dirancang  dengan  pendekatan  belajar  yang  berpusat
pada siswa student centered. Siswa dapat belajar aktif, tidak hanya duduk, diam, dan mendengarkan guru, melainkan terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Fujioka
1998 mengungkapkan pandangannya tentang metode Talking Stick bahwa use this method when you want the students to listen to others as part of a
learner-centered curriculum. This method takes the focus off the teacher, as the sole purveyor of knowledge. And by using it, students are encouraged to
learn from each other.
Pendapat  tersebut  menekankan  bahwa  metode  Talking  Stick  cocok  diterapkan pada  kurikulum  yang  berpusat  pada  siswa,  dan  guru  bukanlah  satu-satunya
sumber belajar. Metode  Talking  Stick  dikemas  dalam  bentuk  permainan  game  berbantu
tongkat  untuk  menambah  antusiasme  belajar  siswa  sekaligus  menguji  kesiapan siswa
dalam  pembelajaran.  Menurut  Sani  2015:  279,  “permainan  dapat menciptakan  suasana  santai  dan  menyenangkan  sehingga  dapat  memotivasi
peserta  didik  untuk  mengikuti  pelajaran  bahasa”.  Sementara  itu,  menurut Rusmajadi  2010:  267,  “game  itu  selain  menyenangkan,  juga  melatih  setiap
orang  untuk  terlibat  dan  menghilangkan  kekakuan  di  ruang  kelas”.  Pernyataan tersebut  sejalan  dengan  pendapat  dari  Dobson  dalam  artikelnya  yang  berjudul
“Try One of My Games” Rusmajadi, 2010: 267 yang mengungkapkan bahwa “I my  self  have  found  that  a  good  language  game  is  a  wonderful  way  to  break  the
routine of classroom drill, because it provides fun and relaxation while remaining very much within  the framework of  language learning
– and may even reinforce tɒat  learninɑ”.  Pendapat  tersebut  menekankan  bahwa  sebuah  permainan  pada
pembelajaran  bahasa  merupakan  sebuah  cara  yang  luar  biasa  daripada  latihan
40 berulang-ulang  drill  di  ruang  kelas  karena  menyajikan  kegiatan  yang
menyenangkan dan rileks. Game dapat mengatasi kebosanan siswa dalam belajar, menghilangkan rasa
kantuk  maupun  lelah.  Game  juga  membangkitkan  motivasi  siswa  dalam  belajar. Menurut Brewster 2002: 172, “they are not only motivating and fun but can also
provide excellent practice for improving pronunciation, vocabulary, grammar and tɒe  four  lanɑuaɑe  skills”.  Siswa  tidak  hanya  termotivasi  dan  merasa
menyenangkan  ketika  melakukan  permainan,  tetapi  juga  mengembangkan pelafalan  kata,  kosakata,  tata  bahasa,  serta  empat  keterampilan  berbahasa,  yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Proses  pembelajaran  dengan  metode  Talking  Stick  juga  diiringi  dengan
musik. Campbell 2002: 220 mengungkapkan pandangannya tentang musik: Musik  membawa  suasana  positif  dan  santai  bagi  banyak  kelas,  juga
memungkinkan  integrasi  indra  yang  diperlukan  untuk  ingatan  jangka panjang. Musik berfungsi pula sebagai latar belakang dalam sejumlah ruang
kelas untuk meredam bunyi-bunyi industri atau lalu lintas, dan musik dapat digunakan secara berhasil untuk menimbulkan kegairahan, melepaskan stres
sebelum ujian, dan untuk memperkuat pokok bahasan.
Musik  dapat  mengurangi  ketegangan  siswa  dalam  menjawab  pertanyaan  dari guru.  Campbell  2002:  220  menambahkan  bahwa  pelajaran  musik  membantu
membaca,  bahasa  termasuk  bahasa  asing,  matematika,  dan  prestasi  akademik keseluruhan.  Hal  tersebut  berdasarkan  pada  sebuah  tinjauan  komprehensif
terhadap  ratusan  studi  yang  berbasis  empiris  antara  1972  dan  1992  yang berasosiasi  dengan  Future  of  Music  Project.  Dengan  demikian,  musik  mampu
membuat suasana kelas menjadi menyenangkan, santai, dan membantu menguasai pelajaran bahasa.
41 3.  Kelemahan Metode Pembelajaran Talking Stick
Metode  Talking  Stick  memiliki  beberapa  kelemahan.  Menurut  Shoimin 2016:  199,  kelemahan  metode  Talking  Stick  antara  lain  sebagai  berikut:  a
membuat siswa senam jantung, b siswa  yang tidak siap tidak bisa menjawab, c membuat  peserta  didik  tegang,  dan  d  ketakutan  akan  pertanyaan  yang  akan
diberikan oleh guru. Metode Talking Stick membuat siswa senam jantung, tegang, dan cemas, karena siswa tidak tahu kapan musik akan berhenti sebagai tanda akan
mendapat  pertanyaan  dari  guru.  Siswa  merasa  takut  jika  tidak  dapat  menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu, siswa yang tidak siap mendapat pertanyaan dari
guru,  akan  berakibat  siswa  tidak  bisa  menjawab  pertanyaan.  Metode  ini  diiringi dengan musik sebagai upaya mengatasi rasa tegang, takut, maupun cemas. Musik
yang dipilih adalah musik  yang bernada  ceria, penuh motivasi. Musik bernuansa ceria mengubah suasana tegang menjadi rileks.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa metode Talking Stick merupakan  metode  pembelajaran  kooperatif  yang  yang  menggunakan  tongkat
stick.  Tongkat  bergulir  dari  satu  siswa  ke  siswa  lain  dengan  diiringi  musik. Ketika  musik  berhenti,  maka  siswa  yang  membawa  tongkat  akan  mendapat
pertanyaan  seputar  materi  pelajaran  dari  guru.  Metode  ini  cocok  diterapkan  bagi siswa  SD  karena  metode  ini  dikemas  dalam  bentuk  permainan  game  yang
menyenangkan  sehingga  menciptakan  suasana  yang  menyenangkan  dan menambah  antusiasme  siswa  sehingga  siswa  termotivasi  untuk  belajar  bahasa.
Namun, metode ini dapat membuat siswa cemas jika siswa tidak dapat menjawab
42 pertanyaan  dari  guru.  Sebagai  solusinya,  metode  ini  diiringi  dengan  musik  yang
dapat mengurangi ketegangan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru.
E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar