Pengaruh Keterbukaan Perdagangan terhadap Ketimpangan
pertumbuhan ekonomi GR tidak signifikan terhadap tingkat ketimpangan pendapatan. Hasil ini mendukung temuan Quah 2002
bahwa pertumbuhan ekonomi tidak memberikan pengaruh terhadap ketimpangan pendapatan.
Berbeda dengan hasil estimasi ECM variabel GR jangka panjang sebelum krisis, estimasi ECM variabel GR jangka pendek sebelum krisis
justru memiliki koefisien yang positif dan signifikan terhadap tingkat ketimpangan pada taraf signifikansi 0.01. Koefisien laju pertumbuhan
ekonomi yang bernilai 0.90 menunjukan bahwa kenaikan 1 laju pertumbuhan ekonomi menyebabkan meningkatnya tingkat ketimpangan
sebesar 0.90. Hasil ini mendukung temuan Frank 2009 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat ketimpangan
dan laju pertumbuhan ekonomi. Ini mengindikasikan bahwa di daerah dengan laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi seperti Indonesia telah terjadi ketimpangan pendapatan yang juga tinggi. Salah satu faktor penyebab ketimpangan
pendapatan antarwilayah di Indonesia adalah konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di wilayah tertentu. Wilayah dengan konsentrasi
kegiatan ekonomi yang tinggi cenderung tumbuh lebih pesat daripada wilayah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi yang rendah. Selain itu
pemusatan pembangunan pada sektor tertentu yang potensial untuk menyumbang nilai tambah yang besar juga dapat menimbulkan
ketimpangan pendapatan. Mengingat, tiap wilayah di Indonesia memiliki perbedaan sektor unggulan penyumbang PDB.
Hasil estimasi ECM variabel indeks pembangunan keuangan FD jangka panjang sebelum krisis 1983-1997 memiliki koefisien positif
dan signifikan terhadap tingkat ketimpangan pada taraf signifikansi 0.01. Koefisien indeks pembangunan keuangan yang bernilai 3.75 menunjukan
bahwa kenaikan 1 indeks pembangunan keuangan menyebabkan meningkatkan tingkat ketimpangan sebesar 3.75. Hasil ini mendukung
temuan Jauch dan Watzka 2012 bahwa indeks pembangunan keuangan berpengaruh positif terhadap tingkat ketimpangan. Pengaruh variabel FD
yang positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan juga didukung dengan hasil estimasi ECM pada jangka pendek.
Kemudian hasil estimasi ECM variabel inflasi INF jangka panjang sebelum krisis 1983-1997 memiliki koefisien negatif dan
signifikan terhadap tingkat ketimpangan pada taraf signifikansi 0.05. Koefisien inflasi yang bernilai -0.77 menunjukan bahwa kenaikan 1
inflasi menyebabkan menurunnya tingkat ketimpangan sebesar -0.77. Hasil ini mendukung temuan Jalil 2012 bahwa tingginya tingkat inflasi
mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan. Pengaruh variabel INF yang positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan juga
didukung dengan hasil estimasi ECM pada jangka pendek. Ini menunjukkan bahwa ketidakstabilan moneter tidak memiliki
efek buruk terhadap distiribusi pendapatan. Teori yang ada mengatakan
bahwa kenaikan harga secara umum yang diakibatkan oleh inflasi mungkin memiliki efek buruk pada upah riil dan akan menambah
ketimpangan pendapatan. Akan tetapi, terdapat kemungkinan bahwa upah riil yang lebih rendah dapat meningkatkan tingkat kesempatan kerja
dan memberikan manfaat untuk masyarakat miskin Ang, 2010 dalam Jalil, 2012. Maka dari itu inflasi yang semakin tinggi justru akan
mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan.