1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kepribadian.
2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan.
3. Karakteristik struktur, misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi, kehadiran serikat pekerjan, dan tingkat pengendalian yang dilakukan
organisasi terhadap karyawan. 4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja seorang karyawan sangat berpengaruh
terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja
dalam organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan. Stum dalam Sopiah, 2008:164 mengemukakan ada 5 faktor yang
berpengaruh terhadap komitmen organisasi yaitu budaya keterbukaan, kepuasan kerja, kesempatan personal untuk berkembang, arah organisasi, penghargaan kerja
yang sesuai dengan kebutuhan.
2.2.3. Teori Kecerdasan Emosional
Salovey dan Mayer dalam Luthans, 2006 : 332 mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai subset kecerdasan sosial yang mencakup kemampuan
untuk memonitor perasaan dan emosi diri sendiri dan orang lain, membedakan emosi dan perasaan, dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun
pemikiran dan tindakan. Goleman dalam Luthans, 2006:332 juga mendefinisikan kecerdasan
emosi emotional intelegence sebagai kapasitas untuk mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri dan untuk mengolah emosi diri
Universitas Sumatera Utara
sendiri dalam hubungannya dengan orang lain. Goleman meyimpulkan bahwa pada tingkat individu, elemen kecerdasan emosi dapat diidentifikasi , dinilai dan
di up-grade. Pada tingkat kelompok, elemen kecerdasann emosi berarti pengaturan dinamika interpersonal yang baik yang membuat kelompok menjadi
lebih cerdas. Pada tingkat organisasi, elemen kecerdasan emosi berarti merevisi hirarki nilai agar kecerdasan emosi menjadi prioritas dalam konteks penerimaan
karyawan, pelatihan dan pengembangan, evaluasi kinerja dan promosi. Suatu analisis teori akademis mengindikasikan bahwa kecerdasan emosi mungkin
membantu mempermudah adaptasi dan perubahan karyawan. Dalam konteks penelitian empiris, ada beberapa bukti longitudinal yang mengindikasikan bahwa
dibanding IQ, EI adalah prediktor yang lebih baik untuk kesuksesan hidup keberhasilan ekonomi, kepuasan hidup, persahabatan, kehidupan keluarga.
Dalam konteks pekerjaan Cooper dan Sawaf 2003, menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain
rasakan, termasuk cara tepat untuk menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan disini bisa meliputi atasan, rekan sejawat, bawahan atau juga
pelanggan. Covey 2005 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan
seseorang untuk memantau perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Selanjutnya Covey menyebutkan ada lima komponen utama
kecerdasan emosional yang telah umum diterima yaitu: 1. Kesadaran diri, yakni kemampuan untuk merefleksikan kehidupan diri sendiri,
menumbuhkan pengetahuan mengenai diri sendiri, dan mengunakan pengetahuan tersebut untuk memperbaiki diri, serta untuk mengatasi kelemahan.
Universitas Sumatera Utara
2. Motivasi pribadi, yakni yang berkaitan dengan apa yang menjadi pemicu semangat seseorang, visi, nilai-nilai, tujuan, harapan, hasrat, dan gairah yang
menjadi prioritas-prioritas mereka. 3. Pengaturan diri atau kemampuan untuk mengelola diri sendiri agar mampu
mencapai visi dan nilai-nilai pribadi; 4. Empati, kemampuan untuk memahami cara orang lain melihat dan merasakan
berbagai hal; dan 5. Kemampuan sosial dan komunikasi, yakni yang berkaitan dengan bagaimana
cara mengatasi perbedaan, memecahkan masalah, menghasilkan solusi-solusi kreatif, dan berinteraksi secara optimal untuk mengejar tujuan-tujuan bersama.
Patton 2000, mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan,
membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan. Kecerdasan emosional berarti menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan
dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan lain untuk mempengaruhi dan
memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional
mampu berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu yang jelas dan menyakinkan dan memiliki jiwa kepemimpinan untuk membangkitkan inspirasi dan memandu
kelompok dan orang lain. Robbins 2003:144 mendefinisikan kecerdasan emosional adalah
keanekaragaman keterampilan, kapabilitas, dan kompetensi nonkognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam menghadapi tuntutan
Universitas Sumatera Utara
dan tekanan lingkungan. Robbins 2003 : 144 menyatakan terdapat 5 lima dimensi kecerdasan emosi, yaitu :
1. Kesadaran Diri. Kemampuan untuk sadar akan apa yang dirasakan. 2. Mengelola Diri. Kemampuan untuk mengelola emosi dan rangsangan sendiri.
3. Motivasi diri. Kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi kemunduran dan kegagalan.
4. Empati. Kemampuan untuk merasakan bagaimana yang lain merasakan. 5. Keterampilan sosial. Kemampuan untuk menangani emosi orang lain.
Kecerdasan emosi dalam konteks dunia kerja menurut Goleman sebagaimana dikutip oleh Simons dalam Hardaningtyas, 2004 membagi dua
wilayah kerangka kecerdasan emosi yaitu : 1. Kompetensi pribadi personal competence, yaitu bagaimana mengatur diri
sendiri yang terdiri dari : a. Kesadaran diri self awareness, yaitu kemampuan untuk mengenal perasaan
diri sendiri. Indikatornya: tingkat emosional awareness, ketepatan self assessment, self confidence.
b. Kemampuan mengatur diri sendiri self regulationself management, yaitu kemampuan mengatur perasaannya. Indikatornya : tingkat self control,
trustworthiness dan conscientiousness, inovasi dan adaptasi. c. Motivasi, yaitu kecenderungan untuk memfasilitasi diri sendiri untuk
mencapai tujuan walaupun mengalami kegagalan dan kesulitan. Indikatornya: tingkat achievement drive, komitmen, inisiatif dan optimisme.
2. Kompetensi sosial social competency, yaitu kemampuan mengatur hubungan dengan orang lain yang terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
a. Empati, yaitu kesadaran untuk memberikan perasaanperhatian, kebutuhan atau kepedulian kepada orang lain. Indikatornya ; memahamai orang lain,
mengembangkan orang lain, berorientasi pada pemberian pelayanan, leveraging diversity, kesadaran politis.
b. Memelihara hubungan sosial, yaitu mengatur emosi dengan orang lain, keterampilan sosial seperti kepemimpinan, kerja tim, kerjasama, dan
negosiasi. Indikatornya: kemampuan mempengaruhi, kemampuan komunikasi, kemampuan mengelola konflik, tingkat kepemimpinan, change
catalyst.
2.2.4. Teori Kinerja Karyawan 2.2.4.1. Pengertian Kinerja