5 e.
Stasiun pemurnian minyak clarification station Minyak kasar hasil pengepresan mengandung 66 minyak, 24 air, dan 10
padatan Basiron 2005. Menurut Corley dan Tinker 2003 proses pemurnian minyak bertujuan mendapatkan kadar air, kadar kotoran, dan ALB yang sesuai dengan standar.
Tahapan proses di stasiun klarifikasi adalah tahap penyaringan crude oil dengan vibrating screen
, tahap pemisahan minyak pada tangki, tahap pemurnian minyak, tahap pengambilan minyak dari sludge, dan tahap pengurangan kadar air.
B. SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK SAWIT
1. Sifat Kimia Minyak Sawit
Menurut Naibaho 1998 tanaman kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak nabati, yaitu minyak sawit dan minyak inti sawit. Kedua jenis minyak tersebut mempunyai
perbedaan karakteristik seperti tersaji pada Tabel 2. Minyak sawit merupakan hasil ekstraksi daging buah mesokarp dari tanaman Elaeis guinneensis. Minyak inti sawit merupakan hasil
pengepresan endokarp dari tanaman Elaeis guinneensis.
Tabel 2
Sifat fisiko kimia minyak sawit kasar dan minyak inti sawit
Sumber : Ketaren 2005
Bilangan Iod menggambarkan derajat ketidakjenuhan suatu lemak yang dihitung berdasarkan perbandingan asam lemak jenuh dan tidak jenuh penyusun lemak tersebut. Data
pada Tabel 2 menunjukan bilangan Iod minyak sawit dan minyak inti sawit adalah 48-56 dan 14-20 g Iod100 g minyak. Perbedaan ini terjadi karena asam lemak penyusun kedua minyak
tersebut berbeda. Asam lemak dominan penyusun minyak sawit adalah 47 asam palmitat dan 41 asam oleat Basiron 2005. Keseimbangan antara asam lemak jenuh dan asam lemak
tidak jenuh penyusun minyak sawit menyebabkan bilangan Iod minyak sawit berkisar 48-56 g Iod100 g minyak. Minyak inti sawit tersusun atas 48 asam laurat, 16 asam miristat, dan
15 asam oleat Pantrazis Basiron 2002. Asam lemak dominan penyusun minyak inti sawit adalah asam laurat yang merupakan asam lemak jenuh. Hal inilah yang menyebabkan
bilangan Iod minyak inti sawit rendah yaitu berkisar 14-20 g Iod100 g minyak.
Menurut Ketaren 2005, bilangan penyabunan adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan dalam miligram
kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Kalium hidroksida akan bereaksi dengan asam lemak membentuk garam asam lemak.
Bilangan penyabunan minyak sawit lebih rendah daripada bilangan penyabunan minyak inti sawit karena pada minyak sawit terdapat komponen yang tidak tersabunkan. Menurut Lin
2002 dalam minyak sawit terdapat komponen yang tidak dapat disabunkan seperti sterol, pigmen, dan hidrokarbon.
CPO tersusun atas 50 asam lemak jenuh dan 50 asam lemak tidak jenuh. Keseimbangan antara asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh menyebabkan CPO
lebih stabil terhadap oksidasi dibanding minyak nabati lainnya dan CPO berwujud semisolid Sifat
Minyak Sawit Minyak Inti Sawit
Bobot jenis pada suhu kamar 0.900
0.900-0.913 Indeks bias D 40 ºC
1.4565-1.4585 1.495-1.415
Bilangan Iod g Iod100 g minyak 48-56
14-20 Bilangan penyabunan mg KOHg minyak
196-205 244-254
6 pada suhu ruang Basiron 2005. Menurut Rohani et al. 2006, komponen utama dalam CPO
adalah triacylglicerol TAG yaitu sebesar 95. TAG merupakan kombinasi dari gliserol dan tiga asam lemak. Komposisi asam lemak dan TAG penyusun minyak sawit dapat dilihat pada
Tabel 3
dan Tabel 4 Tabel 3
Asam lemak penyusun minyak sawit. Jenis asam lemak
Komposisi Asam kaprat C10:0
1-3 Asam laurat C12:0
0.1-1 Asam miristat C14:0
0.9-1.5 Asam palmitat C16:0
Asam palmitoleat C16:1 41.8-46.8
0.1-0.3 Asam stearat C18:0
4.2-5.1 Asam oleat C18:1
37.3-40.8 Asam linoleat C18:2
9.1-11.0 Asam linolenat C18:3
0-0.6 Asam arakhidonat C20:0
0.2-0.7
Sumber : Basiron 2005
Tabel 4
Komposisi TAG penyusun minyak sawit Jenuh
1 ikatan ganda 2 ikatan ganda 3 ikatan ganda 4 ikatan ganda [bb]
[bb] [bb]
[bb] [bb]
MPP 0.29
MOP 0.83 MLP 0.26
MLO 0.14 PLL 1.08
PMP 0.22
MPO 0.15 MOO 0.43
PLO 6.59 OLO 1.71
PPP 6.91
POP 20.02
PLP 6.36
POL 3.39 OOL 1.76
PPS 1.21
POS 3.5
PLS 1.11
SLO 0.60 OLL 0.56
PSP 0.12
PMO 0.22 PPL
1.17 SOL 0.30
LOL 0.14 PPO
7.16 SPL
0.10 OSL 0.11
PSO 0.68
POO 20.54
OOO 5.38 SOS
0.15 SOO
1.81 OPL 0.61
SPO 0.63
SPO 1.86
OSO 0.81
Lainnya 0.16
0.34 0.19
0.15 0.22
Total 9.15
33.68 34.01
34.01 5.47
M : asam lemak miristat P: asam lemak palmitat S: asam lemak stearat O: asam lemak oleat L : asam lemak linolenat
Sumber : Gee 2007
CPO memiliki dua komponen asam lemak terbesar yaitu asam palmitat dan asam oleat. Kandungan asam palmitat pada minyak sawit sebesar 41.8-46.8, sedangkan asam
oleat sebesar 37.3-240.8 Basiron 2005. Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang memiliki titik cair melting point yang tinggi, yaitu 64 ºC Belitz Grosch
1999. Kandungan asam palmitat yang tinggi membuat minyak sawit tahan terhadap oksidasi. Asam oleat adalah asam lemak tidak jenuh dengan rantai panjang C
18
dan memiliki dua ikatan rangkap. Titik cair oleat adalah 14 ºC Ketaren 2005. TAG dominan penyusun minyak sawit
adalah POP dengan titik leleh 38 ºC Smith 2001. Setiap TAG memiliki titik leleh tertentu yang bergantung pada derajat kejenuhan dan panjang rantai asam lemak penyusunnya.
7 Selain kandungan asam lemak terdapat juga komponen minor pada minyak sawit
yang mempengaruhi kualitasnya. Kandungan komponen minor pada CPO dapat dilihat pada Tabel 5
. Kandungan komponen minor mempunyai peranan penting dalam kestabilan minyak walaupun kandungannya hanya 1. Faktor lain yang menentukan kualitas minyak sawit
adalah bau, flavor, dan warna. Menurut Ketaren 2005, asam lemak dan TAG tidak berwarna. Bau khas minyak sawit ditimbulkan oleh gugus beta ionone dari karotenoid. Bau menyimpang
pada minyak sawit terbentuk akibat kerusakan asam lemak rantai pendek.
Tabel 5
Kandungan komponen minor pada CPO Komponen minor
Kandungan ppm Karoten
500-700 Tokoferol dan tokotrienol
600-1000 Sterol
326-527 Ubiquinone
10-80 Squalene
200-500 Phospolipid
5-130 Triterpene alkohol
40-80 Metil sterol
40-80 Alifatik alkohol
100-200
Sumber : Lin 2002
CPO mempunyai warna merah yang diakibatkan oleh adanya karotenoid. CPO mengandung 500-700 ppm karotenoid Basiron 2005. Karotenoid yang terdeteksi terdiri dari
α-karoten, -karoten, dan likopen dalam jumlah yang sedikit sekali Muchtadi Sugiyono 1992. Karotenoid sangat larut dalam minyak. Bila minyak dihidrogenasi maka warna merah
dari karotenoid akan berkurang. Karotenoid memiliki sifat tidak stabil pada suhu tinggi. Pada minyak sawit, kandungan karotenoid jarang dihilangkan sepenuhnya karena merupakan pro
vitamin A Winarno 1992. Menurut Hartley 1987 terdapat dua jenis warna buah sawit yang berbeda, satu berwarna merah dan lainnya berwarna oranye. Kedua warna buah tersebut
memberikan kandungan karoten yang berbeda. Pada buah yang berwarna merah, total karoten di dalam mesokarp kering berkisar 207 mg per 100 gram, dan total karoten dalam minyak
berkisar 2560 ppm, sedangkan untuk buah yang berwarna oranye, total karoten di dalam mesokarp hanya 89 mg per 100 gram, dan total karoten dalam minyak hanya 1100 ppm.
Perbedaan lain antara minyak sawit dengan minyak nabati lainnya adalah adanya kandungan tokoferol dan tokotrienol. Menurut Law dan Thiaharajan 1989, tokoferol dan
tokotrienol vitamin E ditemukan dalam produk minyak sawit berkisar dari 600-1000 ppm dengan komposisi 83 tokotrienol dari total vitamin E. Menurut Basiron 2005 kandungan
tokoferol dan tokotrienol pada minyak sawit yang telah dimurnikan akan berkurang sebesar 50. Tokoferol dan tokotrienol sangat penting bagi kesehatan karena befungsi sebagai
antioksidan alami pengikat radikal bebas.
2. Sifat Fisik Minyak Sawit