SIMPULAN SIMPULAN DAN SARAN

41

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Nilai SFC pada suhu 25 ºC tidak menunjukkan korelasi dengan bilangan Iod, kadar asam lemak bebas, dan kadar air, namun kadar kotoran mempunyai korelasi yang positif dengan nilai SFC CPO. Kadar kotoran yang lebih tinggi akan menghasilkan nilai SFC lebih tinggi pula. Saat CPO disimpan pada suhu penyimpanan 20 dan 25 ºC tidak menunjukkan pemisahan antara fraksi padat dengan fraksi cair, namun saat CPO disimpan pada suhu 30-40 ºC terjadi pemisahan antara fraksi padat dan fraksi cair pada CPO. Fraksi padat lebih banyak terbentuk saat CPO disimpan pada suhu 30 ºC dibandingkan dengan suhu 35 dan 40 ºC. Penyimpanan CPO pada suhu 20 ºC menunjukkan nilai SFC yang lebih tinggi daripada penyimpanan pada suhu lainnya. Selain itu, terjadi perubahan nilai SFC CPO selama penyimpanan yaitu meningkat saat CPO disimpan pada suhu 20 ºC dan 25 ºC, sedangkan menurun saat disimpan pada suhu 30-40 ºC. SFC CPO saat disimpan pada suhu 20 ºC berubah signifikan p0.05 pada minggu ketiga, sedangkan saat disimpan pada suhu 25 ºC berubah signifikan p0.05 pada minggu kedua. Perubahan SFC CPO saat disimpan pada suhu 30-40 ºC berubah signifikan p0.05 pada minggu keempat. Laju pendinginan mempengaruhi kinetika kristalisasi dan ukuran kristal lemak pada CPO. Laju pendinginan lambat menghasilkan nilai SFC yang lebih tinggi dengan ukuran kristal lemak yang lebih besar. Waktu induksi pada laju pendinginan 0.2 ºCmenit lebih cepat yaitu 2 menit, sedangkan pada laju pendinginan 0.5 dan 1 ºCmenit memiliki waktu induksi masing-masing 5 dan 7 menit. Konstanta Avrami meningkat pada laju pendinginan lambat, sedangkan eksponen Avrami menurun pada laju pendinginan lambat. Konstanta Avrami pada laju pendinginan 1 ºCmenit, 0.5 ºCmenit, dan 0.2 ºCmenit adalah 0.002, 0.003, dan 0.013. Eksponen Avrami pada laju pendinginan 1 ºCmenit, 0.5 ºCmenit, dan 0.2 ºCmenit adalah 2.170, 2.032, dan 1.614. Kombinasi penggunaan laju pendinginan dan shear rate yang berbeda akan menghasilkan kinetika kristalisasi lemak yang berbeda pula. Proses kristalisasi lebih mudah terjadi pada penerapan shear rate yang lebih tinggi dengan laju pendingnan lambat. Pada laju pendinginan 0.2 ºCmenit penerapan shear rate 40, 100, dan 400 s -1 menghasilkan waktu induksi 2.5, 9.5, dan 10 menit. Penerapan shear rate 40, 100, dan 400 s -1 menghasilkan waktu induksi 11.5, 20.5, dan 21 menit untuk laju pendinginan 0.5 ºCmenit. Pada laju pendinginan 1 ºCmenit penerapan shear rate 40, 100, dan 400 s -1 menghasilkan waktu induksi 15, 20.5, dan 21 menit. Penerapan shear rate 400 s -1 memberikan waktu induksi yang berbeda signifikan p0.05 dengan shear rate 40 dan 100 s -1 , namun penerapan shear rate 40 dan 100 s -1 tidak memberikan pengaruh yang signifikan p0.05 terhadap waktu induksi. Penggunaan laju pendinginan 1 ºCmenit dan 0.5 ºCmenit tidak memberikan pengaruh signifikan p0.05 terhadap waktu induksi, namun penggunaan laju pendinginan 0.2 ºCmenit memberikan pengaruh signifikan p0.05 terhadap waktu induksi. Untuk meminimalisasi pembentukkan kristal lemak pada CPO selama penyimpanan maka sebaiknya CPO memiliki kadar kotoran yang rendah dan disimpan pada suhu 40 ºC . Penyimpanan pada suhu 40 ºC dilakukan dalam waktu yang singkat, apabila CPO akan disimpan dalam waktu laam sebaiknya disimpan pada suhu 20-25 ºC untuk meminimalkan kerusakan. Dalam proses transportasi menggunakan pipa sebaiknya menggunakan laju pendinginan lambat dan shear rate tinggi untuk meminimalisasi pembentukkan kristal lemak yang dapat menghambat aliran CPO. 42

B. SARAN