Upaya peningkatan produksi termasuk peningkatan kemampuan teknologi dan kemampuan desain. Sementara keefektivan komunikasi pemasaran dapat
dilihat dari jenis bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan, biaya, dan frekuensi pelaksanaan. Keefektivan kedua kegiatan operasional ini mempengaruhi
kualitas daya saing UMKM. Kualitas daya saing UMKM dapat diukur dengan tingkat produktivitas, tingkat profit, dan luas cakupan pasar UMKM. Dalam
penelitian ini, fokus penelitian lebih diarahan pada pelaksanaan komunikasi pemasaran yang diduga memiliki hubungan positif dengan kualitas daya saing
UMKM.
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka disusunlah hipotesis penelitian untuk menjawab rumusan masalah penelitian mengenai hubungan
karakteristik UMKM dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran dan hubungan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya saing UMKM sebagai
berikut: 1. Ada hubungan postif antara tingkat pendidikan pelaku usaha dengan
pelaksanaan komunikasi pemasaran 2. Ada hubungan postif antara skala usaha dengan pelaksanaan
komunikasi pemasaran 3. Ada hubungan positif antara pelaksanaan komunikasi pemasaran
dengan tingkat produktivitas UMKM 4. Ada hubungan postif antara pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan
tingkat profit UMKM 5. Ada hubungan positif antara pelaksanaan komunikasi pemasaran
dengan luas cakupan pasar
2.4 Definisi Operasional
2.4.1 Karakteristik UMKM
Karakteristik UMKM adalah beberapa ciri yang menggambarkan kondisi
UMKM mitra binaan IPB yang diduga mempengaruhi pelaksanaan komunikasi
pemasaran. Beberapa variabel yang dapat diukur sebagai karakteristik UMKM, diantaranya adalah jenis bidang usaha, tingkat pendidikan pelaku usaha, dan skala
usaha. a. Jenis bidang usaha merupakan pengkategorian UMKM yang didasarkan
atas jenis bidang usaha. Variabel ini merupakan jenis data nominal yang
dibedakan menjadi UMKM pangan, jasa, kerajinan, dan pertanian.
b. Tingkat pendidikan pelaku usaha adalah jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani oleh pelaku usaha. Variabel ini akan diukur
dengan skala ordinal yang dikategorikan sebagai berikut: 1. Tidak bersekolah, skor 1
2. Rendah lulus SD atau SMP, skor 2 3. Tinggi lulus SMA atau Perguruan Tinggi, skor 3
c. Skala usaha merupakan pengkategorian UMKM yang didasarkan atas aset diluar tanah dan banguan serta nilai penjualan tahunan yang
dihitung dalam rupiah. Ketetapan skala usaha dapat dikategorikan berdasarkan ketentuan UU No.20 Tahun 2008 yang dapat dilihat pada
Tabel 1.
Skala usaha merupakan variabel ordinal yang akan dikategorikan
dengan skor berikut:
1. Mikro, skor 1 2. Kecil, skor 2
3. Menengah, skor 3
2.4.2 Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran
Pelaksanaan komunikasi pemasaran adalah komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh UMKM mitra binaan IPB yang merupakan elemen-elemen dalam
pemasaran yang memberi arti dan mengkomunikasikan nilai kepada konsumen dan stakeholder sebuah perusahaan meliputi keragaman jenis bauran komunikasi
pemasaran, frekuensi pelaksanaan, dan biaya pelaksanaan komunikasi pemasaran.
a. Keragaman bauran komunikasi pemasaran adalah variasi jenis bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan UMKM mitra binaan IPB.
Keragaman bauran komunikasi pemasaran diukur dengan skala ordinal berdasarkan rataan skor penggunaan jenis bauran komunikasi
pemasaran pada masing-masing jenis usaha yang kemudian dikategorikan sebagai berikut:
Sumber: UU No.20 Tahun 2008
Jenis Usaha Aset
x Nilai Penjualan
Tahunan y
Mikro ≤
50 Juta ≤
300 juta Kecil
50 Juta x ≤ 500 Juta 300 Juta y ≤ 2,5 M
Menengah 500 Juta x ≤ 10 M
2,5 M y ≤ 50 M
Tabel 1. Tabel Perbedaan SkalaUMKM Berdasarkan Aset dan Nilai Penjualan
1. Tidak Melaksanakan, skor 0 2. Tidak beragam, skor 1
3. Cukup beragam, skor 2 4. Beragam, skor 3
b. Biaya pelaksanaan adalah biaya yang dikeluarkan UMKM untuk melaksanakan komunikasi pemasaran. Variabel ini akan diukur dengan
menggunakan skala ordinal yang akan dikategorikan berdasarkan rataan biaya pelaksanaan masing-masing bidang usaha, sebagai berikut:
1. Rendah, skor 1 2. Sedang, skor 2
3. Tinggi, skor 3 c. Frekuensi pelaksanaan komunikasi pemasaran adalah tingkatan atau
ukuran yang menyatakan derajat keseringan pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilaksanakan UMKM pangan mitra binaan IPB dalam
periode waktu satu tahun. Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skala ordinal yang akan dikategorikan berdasarkan rataan
frekuensi pada masing-masing bidang usaha sebagai berikut: 1. Tidak Melaksanakan, skor 0
2. Jarang, skor 2 3. Sering, skor 3
Pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM diukur dengan skala ordinal
yang dikategorikan berdasarkan rataan skor, sebagai berikut: 1. Buruk, skor 0-3
2. Cukup baik, skor 4-6 3. Baik, skor 7-9
2.4.3 Kualitas Daya Saing UMKM
Kualitas daya saing UMKM adalah tingkat atau derajat kemampuan UMKM untuk mempertahankan pangsa pasar. Kualitas daya saing dapat diukur
dari tingkat produktivitas, tingkat profit, dan luas cakupan pasar. a. Tingkat produktivitas adalah ukuran produksi yang dilakukan UMKM
dalam menjalankan usahanya. Variabel ini akan diukur dengan membandingkan nilai omset yang dihasilkan UMKM dengan jenis
bidang usaha yang sama dalam periode waktu satu tahun. Dalam pengukurannya, digunakan skala ordinal yang dikategorikan sebagai
berikut: 1. Rendah, skor 1
2. Sedang, skor 2 3. Tinggi, skor 3
b. Tingkat profit adalah ukuran keuntungan suatu UMKM. Variabel ini akan diukur dengan membandingkan perolehan keuntungan yang
dihasilkan UMKM dengan jenis bidang usaha yang sama dalam periode waktu satu tahun. Dalam pengukurannya, digunakan skala ordinal yang
dikategorikan sebagai berikut: 1. Rendah, skor 1
2. Sedang, skor 2 3. Tinggi, skor 3
c. Luas cakupan pasar adalah keragaman konsumen yang mengkonsumsi produk UMKM. Ragam konsumen dinilai dari segi usia, status sosial,
dan wilayah asal yang disesuaikan dengan segmentasi konsumen sasaran. Dalam pengukurannya, digunakan skala ordinal yang
diklasifikasikan berdasarkan rataan skor keragaman konsumen pada unit UMKM dengan jenis bidang usaha yang sama. Kategori luas
cakupan pasar UMKM diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Sempit, skor 1
2. Luas, skor 2 3. Sangat luas, skor 3
Ketiga variabel di atas akan diukur dengan menggunakan skala ordinal yang dikategorikan berdasarkan rataan skor, sebagai berikut:
1. Buruk, skor 3-5 2. Cukup baik, skor 6-7
3. Baik, skor 8-9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian mengenai hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya saing UMKM merupakan penelitian survai dengan tujuan explanatory.
Metode survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Tipe penelitian
explanatory merupakan penelitian yang sifat analisisnya menjelaskan hubungan
antar variabel melalui uji hipotesis Singarimbun Effendi, 1989. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
didukung dengan data-data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka, yang diperoleh dari pengukuran. Data kuantitatif bersifat objektif
dan bisa ditafsirkan sama oleh semua orang; biasanya diperoleh dari survai yang menggunakan kuisioner dan mencakup banyak responden; dan dimungkinkan
dilakukan analisis statistik inferensial yang bertujuan untuk membuat generalisasi dari suatu fakta. Sementara itu, data kualitatif merupakan data yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai
dengan fakta di lapangan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian