lingkungan.Kelebihan yang kedua adalah salingtemas dapat membuat pengajaran sains lebih bermakna karena langsung berkaitan dengan
permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.Dengan demikian dapat membuka wawasan siswa tentang peranan sains dalam kehidupan
nyata. Ketiga, yaitu model salingtemas berorientasi pada hands on activities yang membuat siswa dapat menikmati kegiatan sains dengan
perolehan pengetahuan yang tidak mudah terlupakan. Dengan demikian, model salingtemas dapat juga digunakan untuk menarik minat siswa dalam
mempelajari sains. b.
Kelemahan Model Salingtemas
Kelemahan model pembelajaran salingtemas Depdiknas, 2006 kurangnya kemampuan guru untuk berkreasi atau berinovasi.Hal itu
menjadi faktor sulitnya menerapkan model salingtemas dalam pembelajaran.Selain itu, sistem penilaian yang sering kali digunakan
hanya untuk mengukur aspek kognitif.Sedangkan dalam model salingtemas juga menekankan pada penilaian aspek afektif dan
psikomotor.
E. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Devi Pratiwi 2011 dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Salingtemas untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kleas V SDN Karangbasuki 4 Malang” disimpulkan bahwa penerapan menggunakan pendekatan salingtemas ini terbukti
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa yaitu dengan diperoleh hasil
penelitian, rata-rata aktivitas siswa siklus I sebesar 73,50 dan siklus II meningkat menjadi 83,17 dengan kualifikasi sangat memuaskan. Rata-rata hasil belajar siklus
sebesar 62,54 dan siklus II meningkat menjadi 82,74. Ketuntasan hasil belajar klasikal juga meningkat dari 45,94 menjadi 97,3 siswa yang mencapai KKM
65.
Hasil penelitian dari Umi Kalsum 2011 dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa melalui Pendekatan Salingtemas
Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat pada Bahan Kajian Pencemaran Lingkungan di Kelas I SMU Negeri I Waru, hasil penelitiannya membuktikan
adanya peningkatan hasil belajar siswa yang cukup baik terhadap pembelajaran ini yaitu dari 43 siswa dinyatakan tuntas sejumlah 39 siswa 90,69 dan yang belum
tuntas 4 siswa 6,98 sehingga berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi maka secara klasikal dikatakan tuntas. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran biologi melalui pendekatan Salingtemas dapat meningkatkan
ketuntasan hasil belajar siswa.
Dari kedua penelitian diatas telah diungkapkan bahwa hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan Salingtemas terbukti meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar yang cukup signifikan. Maka dari itu, dalam hal ini peneliti akan menerapkan hal yang sama yakni menggunakan pendekatan salingtemas pada
penelitian yang akan dilakukan. F.
Pencemaran Lingkungan dan Upaya Mengatasinya
Syamsuri 2007:184 kegiatan manusia dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, antara lain menimbulkan pencemaran, baik pencemaran tanah, air,
udara, maupun suara. Sumber-sumber pencemaran dapat berasal dari alam maupun dari kegiatan manusia.Pencemaran karena faktor alam misalnya akibat
gunung berapi vulkanik dan gempa bumi.Pencemaran oleh faktor alam tidak dapat dicegah oleh manusia. Pencemaran karena faktor manusia misalnya dari
limbah industri, rumah tangga, zat-zat kimi berbahaya, nuklir tumpahan minyak,
dan asap hasil pembakaran fosil.
Pencemaran lingkungan tidak dapat dihindari.Pencemaran pasti terjadi, dan yang dapat diusahakan manusia adalah mengurangi terjadinya pencemaran
agar dampak pencemaran dapat ditekan seminimal mungkin.Materi diambil dari Syamsuri 2007: 184-212, yang mana materi selengkapnya terdapat pada
lampiran yang terbagi menjadi dua pembahasan yakni lampiran materi pada siklus I dan siklus II.Materi siklus I terlampir pada lampiran 4 dan materi siklus II
terlampir pada lampiran 5.
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian tindakan kelas, atau Classroom Action Research.
Menurut Taniredja 2010: 15 menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakatkelompok sasaran,
dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi antara peneliti dan kelompok sasaran. Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi pemecahan
masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan
kemampuan dalam mendetaksi dan memecahkan masalah. B.
Setting Penelitian 1.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA N 2 Ngaglik Sleman, khususnya kelas X.3.Pemilihan tempat di SMA N 2 Ngaglik didasari
bahwa peneliti merupakan alumnus dari SMA tersebut. Hal itu akan
mempermudah peneliti untuk melakukan penelitian. 2.
Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.3 SMA N 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta sebanyak 32 siswa yang berdasarkan data dan hasil