dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut Tim PPR kanisius, 2008: 39.
Pembelajaran berpola PPR adalah pembelajaran yang
mengintegrasikan
pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemunasiaan.. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan
konteks
siswa. Sedangkan pengembangan
nilai-nilai kemanusiaan
ditumbuhkan melalui
dinamika
pengalaman, refleksi,
dan
aksi
. Proses pembelajaran ini dikawal dengan
evaluasi
Tim PPR Kanisius, 2008: 51. Berdasarkan teori dapat disimpulkan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif
PPR merupakan pola pikir yang dipercaya mampu menumbuhkembangkan nilai- nilai kemanusiaan dalam diri siswa.
2.1.5.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif
Tujuan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar
secara kritis dalam upaya untuk semakin memperdalam pemahaman akan pembelajaran yang telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka,
sehingga kelak akan mengasilkan lulusan yang handal dan cakap dalam mengatasi permasalahan yang ada di kehidupan sosialnya Subagya, 2010: 22-25.
Tujuan dari pembelajaran PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. Ketiga unsur tersebut adalah
competence
,
conscience
, dan
compassion
.
Competence
merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual,
conscience
ialah kemampuan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan
compassion
adalah
kemampuan dalam psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama Subagya, 2010: 23-24.
2.1.5.3 Langkah-Langkah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif
Penerapan paradima pedagogi reflektif dalam pembelajaran melalui sebuah siklus yang terdiri atas 5 unsur-unsur pokok. Unsur-unsur pokok tersebut
yaitu: konteks
centext
, pengalaman
experience
, refleksi
reflection
, aksi
action
, dan evaluasi
evaluation
P3MP, 2008: 8. Berikut ini penjabaran tentang unsur-unsur pokok pada siklus pembelajaran PPR.
1. Konteks Konteks merupakan proses dalam siklus PPR yang dilakukan oleh oleh
guru yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa. Dalam proses ini siswa diajak untuk mencermati konteks-konteks kehidupan yang terjadi dan ada pada
diri siswa. Konteks tersbut dapat diambil dari konteks nyata dari kehidupan pelajar, konteks sosio-ekonomi, politis, dan kebudayaa, suasana kelembagaan
sekolah atau pusat belajar dan pengertian-pengertian yang dibawa seseorang pelajar ketika memulai proses belajar. Guru berperan sebagai penggali konteks
kehidupan yang ada dalam diri siswa dan kemudian akan diamati sejauh mana pecapaian siswa akan perkembangan pribadi yang utuh pada materi yang akan
dipelajarinya atau diajarkan Subagya, 2010:43. 2. Pengalaman
Pengalaman sangat penting dalam proses PPR. Tanpa pengalaman dalam pembelajaran maka siswa tidak akan dapat mendalami bahan dan memetik makna
yang mendalam dari bahan yang dipelajari. Pengalaman merupakan suatu kejadian yang sungguh terjadi, dilakukan, dialami, dihidupi, yang dapat
menyentuh pikiran, hati, kehendak, perasaan, maupun hasrat siswa Suparno, 2015, 28. Pengalaman dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang sungguh dialami oleh siswa sendiri, sehingga seluruh
diri terlibat misalnya, pengalaman dalam praktikum, diskusi dan pengamatan. Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh siswa yang bukan
dari pengalaman dirinya sendiri seperti pengalaman mendengarkan, melihat, dan membaca Subagya, 2010: 52.
3. Refleksi Langkah yang sangat penting dalam dinamika PPR adalah refleksi. Dalam
tahap refleksi, siswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka sedalam- dalamnya dan seluas-luasnya, dan mengambil makna bagi hidupnya, bagi orang
lain, dan bagi masyarakat. Refleksi merupakan proses mempertimbangkan dengan seksama menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman dan ide-
ide atau tujuan-tujuan yang diinginkan. Refleksi menjadi sarana dalam menghubungkan antara pengalaman yang telah diperoleh siswa dalam kegitan
pembelajaran dengan tindakan yang akan siswa lakukan. Dengan berefleksi siswa diharapkan mampu memaknai proses pembelajaran, menangkap nilai-nilai positif
yang ada dalam pembelajaran yang telah dilakukan dan mengalamu perubahan pribadi yang lebih baik yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar.
4. Aksi Aksi adalah tindakan yang dilakukan siswa setelah merefleksikan
pengalaman belajar mereka. Secara nyata aksi dapat berupa dua hal yaitu: sikap diri yang berubah lebih baik dan tindakan nyata keluar yang dapat dilihat dan
dirasakan orang lain Suparno, 2015: 37. Aksi yang sering terjadi adalah siswa mengalami perubahan sikap, menjadi lebih baik dan bersemangat maju. Lewat
refleksi dan pengalaman, siswa semakin merasa hidupnya bermakna. Mereka semakin memperbaiki diri, semakin menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi
pribadi yang utuh. Tindakan aksi kedua, adalah sampai pada tindakan keluar yang nyata, yang dirasakan orang lain. Misalnya, saat siswa belajar tentang energi,
siswa akan sampai pada kesadaran untuk menghemat energi dengan menggunakan energi dengan sewajarnya. Disinilah pentingnnya peran guru dalam memberikan
atau menyediakan pengalaman dan menantang siswa sendiri untuk mengalami kejadian, pengalaman, pendalaman, yang dapat menantang pikiran, hari,
kehendak, dan tindakan mereka. 5. Evaluasi
Sebagai suatu proses pendidikan, agar dapat terus dikembangkan, diperlukan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat secara keseluruhan
bagaimana seluruh proses PPR itu terjadi dan berkembang Suparno, 2015: 40. Seluruh proses yang berdasar atas tujuan dari pendidikan PPR, yaitu untuk
membentuk manusia yang memiliki kepribadian utuh, kompeten secara kognitif atau intelektual, bersedia untuk makin berkembang, memiliki sikap religious,
penuh kasih, dan memiliki tekad untuk berbuat adil dalam pelayanan yang tulus pada sesama umat Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui evaluasi
yang mendalam pada aspek-aspek pengetahuan, prioritas, perkembangan sikap, dan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan siswa Subagya, 2010: 63-64.
2.1.6 Pendidikan Emansipatoris