Dimensi Interpersonal Intelligence dan Keterampilannya
keputusan-keputusannya; 4 mampu menilai kembali sebuah keputusan dan bila perlu mengubahnya; 5 secara emosional
mampu menerima keputusan-keputusannya. Berikut adalah gambar langkah proses bekerjanya
pemecahan masalah menurut Sternberg 1997:
Sternberg, 1997: 139 2 Social Sensitifity atau sensitifitas sosial, yaitu kemampuan untuk
mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun non-verbal T.
Safaria, 2005: 24. Keterampilannya meliputi: a Mengembangkan sikap empati
Istilah empati pertama kali digunakan oleh Carl Rogers. Empati berasal dari kata Pathos yang berasal dari Bahasa Yunani
Pemahaman akan adanya masalah
Problem recognition
Pendefinisian masalah secara tepat
Problem definition Monitoring dan evaluasi
monitoring and evaluations
Implementasi dan menetapkan sumber
dayanya Formulasi strategi
pemecahan masalah Formulating a strategy for
problem solving
Mencari informasi Representing information
Gambar 3. Proses Pemecahan Masalah
yang berarti perasaan mendalam. Empati pada dasarnya digunakan untuk menggambarkan suatu pengalaman estetika ke dalam
berbagai bentuk kesenian. Empati berbeda dengan simpati, bedanya simpati lebih memusatkan perasaan diri sendiri bagi orang
lain sementara itu perasaan orang lain atau lawan bicara kurang diperhatikan. Sedangkan empati lebih memusatkan perasaannya
pada kondisi orang lain atau lawan bicaranya. Empati juga berhubungan dengan bagaimana seseorang merasakan orang lain,
baik masalahnya maupun lingkungannya Asri Budiningsih, 2004: 46. Menurut Steven J. Stein dan Howard E. Book 2004: 139,
“Empati adalah menyelaraskan diri peka terhadap apa, bagaimana, dan latar belakang perasaan dan pikiran orang lain
sebagaimana orang tersebut merasakan dan memikirkannya. Bersikap empatik artinya mampu membaca orang lain dari sudut
pandang emosi. Orang yang empatik peduli pada orang lain dan memperlihatkan minat dan perhatiannya pada mereka”.
Menurut AN. Ubaedy 2008: 111-113, tingkatan kemampuan berempati adalah:
1 Skala 0: tidak sensitif atau tidak punya pengertian yang dibutuhkan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Salah
memahami atau over reaksi atas tindakan maupun perasaan orang lain dan cenderung melihat orang lain berdasarkan ciri-
ciri umum.
2 Skala 1: dapat memahami isi pesan verbal orang lain. Mampu memahami perasaan emosi seseorang yang sedang terjadi atau
sudah bisa menangkap isi pesan eksplisit yang disampaikan tetapi tidak kedua-duanya secara bersamaan.
3 Skala 2: dapat mengerti emosi dan isinya, mampu memahami perasaan orang lain yang sedang terjadi dan menangkap isi
pesan eksplisit. 4 Skala 3: bisa memahami orang lain dengan penuh pengertian,
mengerti pikiran yang tidak terungkapkan secara verbal, peduli dan penuh perasaan.
5 Skala 4: bisa memahami isue yang ada dibalik suatu percakapan. Sudah mampu mengerti hal-hal yang mendasari
suatu permasalahan, alasan-alasan yang mendasari munculnya perasaan, tindakan atau kepedulian orang lain.
6 Skala 5: dapat memahami isue kompleks yang terjadi dibalik suatu percakapan, mampu mengerti penyebab yang kompleks
dari perbuatan, pola kebiasaan maupun masalah seseorang di masa lalu.
Untuk mengembangkan kemampuan tersebut dapat dilakukan dengan cara: lebih banyak mendengarkan orang lain
daripada menyuruh orang lain untuk mendengarkan kita, meningkatkan kepedulian kita terhadap orang lain dengan memberi
apa yang kita miliki, berkorban untuk orang lain tanpa harus
menjadi korban, menggunakan bahasa atau ungkapan yang sopan namun kuat jika berbicara dengan orang lain serta menjadi
fleksibel dalam berhubungan dengan orang lain.
b Mengembangkan sikap prososial Perilaku prososial adalah istilah yang digunakan oleh para
ahli psikologi untuk menjelaskan suatu tindakan moral seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerja sama
dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati. Sikap prososial sangat mempengaruhi dalam membina hubungan baik dengan
orang lain. Menurut Lawrence 2003: 47, emosi negatif yang memotivasi anak untuk melakukan perilaku-perilaku prososial
adalah perasaan takut dihukum, kekhawatiran tidak diterima oleh orang lain, rasa bersalah bila gagal memenuhi harapan seseorang
dan malu bila ketahuan berbuat sesuatu yang tidak dapat diterima oleh orang lain.
3 Social communications atau penguasaan keterampilan komunikasi sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses
komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat T. Safaria, 2005: 25. Keterampilannya meliputi:
a Mengajarkan berkomunikasi antarpribadi dengan santun Menurut Hafied Cangara 2007: 32-33, komunikasi
antarpribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Menurut sifatnya
komunikasi antar pribadi dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1 komunikasi diadik, adalah proses komunikasi yang berlangsung
antara dua orang dalam situasi tatap muka; 2 komunikasi kelompok kecil, adalah komunikasi yang berlangsung antara tiga
orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama lain.
b Mengajarkan cara mendengarkan efektif Menurut AN. Ubaedy 2008: 97-98, pendekatan yang bisa
dilakukan untuk melatih kemampuan mendengarkan adalah: 1 memahami terlebih dahulu bahwa didunia ini tidak ada bahan atau
materi yang kurang menarik; 2 tidak mencurigai pembicara terlebih dahulu; 3 belajar untuk menjadi lebih obyektif; 4
mencoba mendengarkan ide pokok pembicara; 5 tidak bersikap seperti patung; 6 menunjukkan dengan isyarat, ekspresi muka atau
kontak mata atau gerakan bahwa anda mendengarkan; 7 menolak distraksi.
Menurut Thomas Amstrong 2002: 21-22, cara yang bisa dilakukan untuk membantu siswa melakukan pendekatan materi
belajar dengan menggunakan kecerdasan antarpribadi adalah: mengadakan kelompok belajar dimana teman-teman sekelas siswa bisa
berkumpul bersama untuk membaca dan membahas materi ini. Pasangkan siswa dengan siswa lain yang memiliki kemampuan yang
berbeda siswa tersebut harus mempelajari materi ini dengan lebih mendalam.
Inteligensi interpersonal dapat diekspresikan dalam
bentuk kegiatan sharing, diskusi kelompok, kerjasama membuat proyek atau praktikum bersama, permainan bersama
maupun membuat simulasi bersama. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap siswa dalam kelompok sungguh aktif
bekerja sama, sehingga kerja sama tidak dikuasai oleh satu siswa dan yang lainnya pasif. Siswa yang tidak begitu lancar
bekerja sama perlu dibantu untuk lebih berani Paul Suparno, 2004: 92.
Jadi dapat disimpulkan bahwa interpersonal intelligence yang perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan meliputi 3 aspek yaitu
aspek social insight yaitu kemampuan individu untuk memahami diri sendiri dan lingkungan termasuk didalamnya keterampilan dalam
mengembangkan kesadaran diri, memahami situasi sosial dan etika sosial serta pemecahan masalah secara efektif. Aspek sensitifitas sosial
yaitu kemampuan individu untuk merasakan dan mengamati lingkungan sekitar termasuk didalamnya sikap empati dan sikap
prososial. Serta aspek komunikasi sosial yaitu kemampuan individu untuk menjalin hubungan baik termasuk didalamnya berkomunikasi
dengan baik, dan teknik mendengarkan secara efektif. Kemampuan interpersonal intelligence
di sekolah dapat dilatih salah satunya dengan cara mengusahakan siswa untuk belajar secara berkelompok,
dimana dalam kelompok tersebut siswa dapat bekerja sama untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam kelompok maupun dari luar
kelompok.