1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Tanpa adanya pedidikan manusia akan sulit
berkembang dan bahkan akan terbelakang. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga
negara. Dengan demikian pendidikan perlu diarahkan untuk menjadikan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.
Pelaksanaan pendidikan formal di Indonesia mempunyai dua tahapan yaitu, pendidikan tahap dasar yang meliputi Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama. Untuk pendidikan tahap menengah meliputi Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan. Matematika diajarkan disetiap tahapan agar peserta
didik memiliki kemampuan yang dapat digunakan sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan tahap selanjutnya serta mempunyai keterampilan
matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pengetahuan-pengetahuan lain.
Tujuan dari pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri peserta didik yang tercermin melalui kemampuan berpikir logis,
sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun kehidupan
sehari-hari. Terkhusus pada materi geometri, geometri merupakan salah satu topik penting dalam matematika sekolah termasuk pada matematika SMP. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Mulyati, geometri sebagai bagian dari matematika yang posisinya cukup memprihatinkan. Hasil belajar peserta didik dalam bidang
geometri masih belum seperti yang diharapkan. Banyak siswa SMP yang belum memahami konsep-konsep geometri. Padahal sebagai ilmu dasar, geometri
diperlukan untuk pengembangan geometri itu sendiri maupun geometri sebagai ilmu yang membantu bidang lain serta banyak kegunaannya dalam kehidupan
sehari-hari. Materi pokok segiempat adalah bagian dari materi pokok SMP kelas VII
semester dua yang bersifat abstrak dan menuntut peserta didik untuk dapat mengetahui sifat-sifat dan menentukan rumus yang digunakan dalam
menyelesaikan soal segiempat. Dalam kehidupan peserta didik sehari-hari banyak dijumpai kejadian yang berhubungan dengan materi pokok segiempat, misalnya
dalam menghitung keliling dan luas tanah atau bangunan, menghitung besarnya biaya yang diperlukan untuk membeli tanah dan lain-lain.
SMP Negeri 30 Semarang merupakan tempat yang dipilih peneliti sebagai tempat penelitian. Sekolah yang terleletak di Jalan Amarta nomor 21 ini adalah
sekolah yang selalu ingin meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran serta
hasil belajar peserta didiknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 30 Semarang, diketahui bahwa nilai rata-rata
ulangan harian pada materi pokok segiempat belum mencapai standar ketuntasan minimal yaitu sebesar
67. Ini terlihat dari rata-rata hasil belajar peserta didik pada materi pokok segiempat tahun ajaran 20092010 sebagai berikut.
Tabel 1.1. Data Hasil Belajar Materi Pokok Segiempat Tahun Ajaran 20092010 Kelas
VIIA VIIB
VIIC VIID
VIIE VIIF
VIIG Nilai Tertinggi
93 89
85 90
97 73
86 Nilai Terendah
35 35
29 32
40 61
33 Rata-rata
65,64 64,06
66,64 58,56
61,56 65,69
61,28 Pelaksanaan pembelajaran matematika di SMP Negeri 30 Semarang untuk
materi pokok geometri selama ini, peserta didik masih kesulitan di dalam memahami konsep-konsep geometri dan menyelesaikan masalah pada soal-soal
yang memunculkan masalah kontekstual. Disamping itu model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih monoton, sehingga dapat mengurangi motivasi peserta
didik untuk belajar. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk mempermudah peserta didik dalam memahaminya. Salah satu cara yang efektif dalam
menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tentunya dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan diskusi kelas. Model pembelajaran yang
membuat suasana belajar peserta didik untuk selalu aktif dengan diskusi yaitu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan
kegiatan dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu, mengkonstruk konsep, dan menyelesaikan persoalan. Dalam penelitian ini, model
pembelajaran kooperatif yang dipakai adalah tipe CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition dan TPS Think-Pairs-Share.
CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition merupakan model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis. Sintaknya adalah
membentuk kelompok heterogen empat orang, guru memberikan wacana sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama membaca bergantian, menemukan
kata kunci, memberikan tanggapan terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok dan refleksi Suyatno 2009: 68.
TPS Think-Pair-Share merupakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural PS. Pendekatan ini memberi penekanan pada
penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur TPS memiliki langkah-langkah yang ditetapkan secara eksplisit
untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain Ibrahim 2000: 26. Dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan model ini, akan terbentuk banyak kelompok dalam kelas yang masing- masing kelompok terdiri dari dua orang.
Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud mengadakan penelitian
dengan mengambil judul “keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan TPS pada materi pokok segiempat kelas VII
“.
1.2 Rumusan Masalah