24 kelompok.
a. Mengelaborasi b. Memeriksa dengan cermat
c. Menanyakan kebenaran d. Menerapkan tujuan
e. Berkompromi VI
Memberikan penghargaan
Mencari cara untuk menghargai upaya dan hasi belajar kelompok.
d. Pengelolaan Kelas Pembelajaran Kooperatif
Anita Lie 2007: 38-39 menguraikan bahwa pengelolaan kelas model Cooperative Leearning bertujuan untuk membina pembelajar dalam
mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
1 Pengelompokkan Guru ataupun pimpinan sekolah sering membagi siswa dalam
kelompok-kelompok homogen berdasarkan prestasi belajar dan heterogenitas kemacamragaman yang merupakan ciri-ciri dari model
pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas dapat dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama
sosio-ekonomi dan etnik serta kemampuan akademis. 2 Semangat Cooperative Learning
Masing-masing peserta didik harus mempunyai semangat pembelajaran kooperatif, agar kelompok dapat bekerja secara efektif
25 dalam proses pembelajaran. Semangat ini dapat dirasakan dengan
membina niat dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan peserta didik lain.
3 Penataan ruang kelas Penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi
ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah ukuran ruang kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan siswa,
toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa, toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu
lalang siswa lain, pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran kooperatif, dan pengalaman siswa dalam melaksanakan
pembelajaran kooperatif. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
kelas model pembelajaran kooperatif harus memperhatikan tiga hal penting yaitu pengelompokan, semangat pembelajaran kooperatif, dan penataan
ruang kelas agar siswa dapat saling berinteraksi dengan siswa lainnya sehingga tujuan pembelajaran juga ikut tercapai.
e. Bentuk – Bentuk Pembelajaran Kooperatif
Terdapat beberapa variasi dari model pembelajaran kooperatif, antara lain :
1 Student Teams Achievement Division STAD Menurut Slavi dalam Trianto 2010: 68-69 menyatakan bahwa pada
STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.
Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka
26 memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut. Pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
2 Jigsaw Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan
teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman- teman di Universitas John Hopkins. Model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4
– 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab
atas ketuntasan bagian materipelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Pada
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberap ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. 3 Temas Games-Tournament TGT
Menurut Yusron 2010: 163 secara umum TGT sama dengan Jigsaw hanya ditambahkan pemberian lomba atau turnamen. Siswa yang mewakili