Penerapan model pembelajaran word square untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Sains SMAK Frateran Ndao Ende pada pokok bahasan sistem saraf.

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SAINS SMAK

FRATERAN NDAO ENDE PADA POKOK BAHASAN SISTEM SARAF

Rendahnya hasil belajar siswa tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok

bahasan sistem saraf, disebabkan siswa tidak dilibatkan secara aktif dan kurang

diberi tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan penelitian ini untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende

pada pokok bahasan sistem saraf dengan menerapkan model pembelajaran word

square.

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende

berjumlah 24 siswa. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas,

meliputi tahap: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian

menggunakan dua macam instrument yakni instrumen pembelajaran dan

instrumen pengumpulan data.

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah pencapaian hasil belajar aspek

kognitif sebesar 66,66%, aspek afektif sebesar 91,67% dan aspek psikomotor

sebesar 50% pada siklus 1. Pada siklus 2 hasil belajar meningkat yakni aspek

kognitif sebesar 87,50%, aspek afektif sebesar 100% dan aspek psikomotor

sebesar 100%. Hasil wawancara menunjukkan penerapan model pembelajaran

word square dapat menuntun siswa dalam memahami materi yang diajarkan

secara maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Word Square dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK

Frateran Ndao Ende pada pokok bahasan sistem saraf.


(2)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF WORD SQUARE LEARNING MODEL TO

INCREASE LEARNING YIELD FOR THE SCIENCE PROGRAM

STUDENTS IN GRADE XI AT SMAK FRATERAN NDAO ENDE UPON

THE MAJOR SUBJECT STUDY IN NERVE SYSTEM

The decreasing of learning yield of the students in system nerve on school

year 2013/2014, cause by an inactive role of the stude

nts and lack of students’

responsibilities in the learning process. This study ains to increase the learning

yield for the science students in grade XI at SMAK Frateran Ndao Ende upon the

major subject in nerve system by applying word square learning model.

The subjects of the study are the students of science program in grade XI

at SMAK Frateran Ndao Ende as match as 24 students. This study uses the

methodelogy of class room action research, including some phases such as

planning, implementation, observation, and reflection. The study uses two

instrument, the first is learning instrument and the second is data collecting.

The results which gained from the cycle one are: cognitive aspect is 66,66

%; affective aspect is 91,67%; and phsycomotoric aspect is 50 %. In cycle two the

aspect of learning is getting higher 87,5 % for cognitive aspect; 90 % for

affective aspect; and 100% for phsycomotoric aspect. The review result shows the

implementation of word square learning model can guide students in

comprehending the teaching material maximally. Base on the result of the study

the writer conclude that in order to increasing

students’

comprehending nerve

system, word square is appropriate to be applied.


(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SAINS SMAK

FRATERAN NDAO ENDE PADA POKOK BAHASAN SISTEM SARAF SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

MARIA ANTONIA GODENSI BATI NIM:111434011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SAINS SMAK

FRATERAN NDAO ENDE PADA POKOK BAHASAN SISTEM SARAF SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

MARIA ANTONIA GODENSI BATI NIM:111434011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini unt uk:

Tuhan Yesus dan Bunda M aria yang t elah mendampingi dalam set iap langkah dan usahaku, ini adalah sedikit dari hasil kerja kerasku sebagai ungkapan syukur kepadaM u at as apa yang telah Kau berikan kepadaku.

Kedua Orang Tuaku B apak B enediktus B ati dan M ama M ariana A lfonsa Severant es yang selalu memberikan rasa cint a, dukungan, doa dan

pengharapan kepadaku.

A dikku t ersayang A leksia Febriani Deno B at i yang selalu menj adi mot ivasiku agar memberikan sesuat u yang terbaik untuk keluarga.

Semua anggot a keluarga yang selalu memberikan dukungan agar selalu semangat dan t abah dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir.

Kornelius Tekt onis Seda yang selalu set ia memberikan mot ivasi sert a set ia mendengarkan semua curahan hati saat aku mengalami kesulit an dalam

menyelesaikan tugas akhir.

Teman- t eman seperjuanganku dari Pendidikan B iologi 2 0 11 yang t elah memberikan dukungan dan pengalaman yang luar biasa.


(8)

MOTTO

Saat Kit a B erpikir Unt uk M enyerah, Tengoklah Ke B elakang. Sudah Sangat J auh Kit a M elangkah, Sudah Sangat B anyak Rint angan Yang Kit a Lalui. M aka Janganlah M udah Untuk M engangkat Tangan…


(9)

(10)

(11)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SAINS SMAK

FRATERAN NDAO ENDE PADA POKOK BAHASAN SISTEM SARAF

Maria Antonia Godensi Bati

Universitas Sanata Dharma 2015

Rendahnya hasil belajar siswa tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan sistem saraf, disebabkan siswa tidak dilibatkan secara aktif dan kurang diberi tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende pada pokok bahasan sistem saraf dengan menerapkan model pembelajaran word square.

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende berjumlah 24 siswa. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas, meliputi tahap: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian menggunakan dua macam instrument yakni instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah pencapaian hasil belajar aspek kognitif sebesar 66,66%, aspek afektif sebesar 91,67% dan aspek psikomotor sebesar 50% pada siklus 1. Pada siklus 2 hasil belajar meningkat yakni aspek kognitif sebesar 87,50%, aspek afektif sebesar 100% dan aspek psikomotor sebesar 100%. Hasil wawancara menunjukkan penerapan model pembelajaran word square dapat menuntun siswa dalam memahami materi yang diajarkan secara maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Word Square dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende pada pokok bahasan sistem saraf.


(12)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF WORD SQUARE LEARNING MODEL TO INCREASE LEARNING YIELD FOR THE SCIENCE PROGRAM STUDENTS IN GRADE XI AT SMAK FRATERAN NDAO ENDE UPON

THE MAJOR SUBJECT STUDY IN NERVE SYSTEM

Maria Antonia Godensi Bati Sanata Dharma University

The decreasing of learning yield of the students in system nerve on school year 2013/2014, cause by an inactive role of the students and lack of students’ responsibilities in the learning process. This study ains to increase the learning yield for the science students in grade XIat SMAK Frateran Ndao Ende upon the major subject in nerve system by applying word squarelearning model.

The subjects of the study are the students of science program in grade XIat SMAK Frateran Ndao Ende as match as 24 students. This study uses the methodelogy of class room action research, including some phases such as planning, implementation, observation, and reflection. The study uses two instrument, the first is learning instrument and the second is data collecting.

The resultswhich gained from the cycle one are: cognitive aspect is 66,66 %; affective aspect is 91,67%; and phsycomotoric aspect is 50 %. In cycle two the aspect of learning is getting higher 87,5 % for cognitive aspect; 90 % for affective aspect; and 100% for phsycomotoric aspect. The review result shows the implementation of word square learning model can guide students in comprehending the teaching material maximally.Base on the result of the study the writerconclude that in order to increasingstudents’ comprehending nervesystem, word square is appropriate to be applied.


(13)

KATA PENGANTAR

Dengan penuh kerendahan hati penulis menyatakan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala rahmat, berkat, bimbingan, dan penyelenggaraan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini berkat bantuan berbagai pihak yang terlibat secara langsung dengan berbagai masukan demi penyempurnaan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah menerima penulis dalam mengikuti perkuliahan pada lembaga yang diasuhnya.

2. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Luisa Diana Handoyo, S.Si.,M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini.

4. Bapak/Ibu Dosen pada program studi pendidikan biologi yang telah memberikan pengetahuan kepada penulis.

5. Bapak/Ibu pegawai Tata Usaha di lingkungan FKIP yang telah membantu penulis dalam proses administrasi sehingga dapat terlaksana sesuai dengan rencana.

6. Kepala sekolah SMAK Frateran Ndao Ende yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.


(14)

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN……….………...……….xvi

BAB I PENDAHULUAN………1

PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II ... 8

KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Model Pembelajaran ... 8


(16)

C. Hasil Belajar ... 13

D. Pembelajaran Materi Sistem Saraf ... 20

E. Penelitian Yang Relevan ... 22

F. Kerangka Berpikir ... 23

G. Hipotesis ... 26

BAB III... 27

METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian ... 27

C. Rancangan Tindakan ... 28

D. Instrumen Penelitian ... 34

E. Analisis Data ... 38

F. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 45

BAB IV ... 46

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ... 46

B. Hasil Dan Pembahasan ... 63

BAB V ... 71

KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

Daftar Pustaka ... 73


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria skor ketuntasan individu ... 39

Tabel 3.2 kisi-kisi hasil belajar siswa aspek afektif…..……….40

Tabel 3.3. Skor hasil observasi aspek afektif siswa terhadap pembelajaran siklus I dan siklus II………..………..41

Tabel 3.4. kriteria hasil presentasi skor observasi aspek afektif siswa terhadap pembelajaran... 42

Tabel 3.5. Persentase aktivitas belajar siswa ... 42

Tabel 3.6 kisi-kisi hasil belajar aspek psikomotorik..………43

Tabel 3.7. Skor hasil observasi aspek psikomotor siswa terhadap pembelajaran siklus I dan siklus II ... 44

Tabel 3.8. kriteria hasil presentasi skor observasi aspek psikomotor siswa terhadap pembelajaran... 44

Tabel 3.9. Persentase aktivitas belajar siswa……….45

Tabel 3.10. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 45

Tabel 4.1. Hasil Pretest Siswa Kelas XI MIPA 1 ... 49

Tabel 4.2. Hasil Postest Siswa Kelas XI MIPA1 Siklus 1 ... 52

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 ... 54

Tabel 4.4. Hasil Postest Siswa Kelas XI MIPA1 Siklus 2 ... 59

Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2 ... 61

Tabel 4.6Hasil Postest Siswa Siklus 1 dan Siklus 2 ... 63

Tabel 4.7 Hasil observasi aspek Afektif ... 65

Tabel 4.8 Hasil observasi aspek Psikomotor ... 67


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian ... 25

Gambar 4.1 Siswa mengerjakan pretest. ... 49

Gambar 4.2 Siswa mengerjakan LKS ... 51

Gambar 4.3 Siswa mengerjakan posttest siklus 1... 52

Gambar 4.4 Siswa mengerjakan LKS siklus 2 ... 57

Gambar 4.5 Siswa mengerjakan posttest 2... 59

Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Ketuntasan Klasikal Aspek Kognitif Postest 1 dan Postest 2 ... 63

Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Persentase Aspek Afektif Siklus 1 dan Siklus 2 ... 65

Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Persentase Aspek Psikomotor Pada Siklus 1 dan Siklus 2 ... 67


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1:Surat Ijin Penelitian... 75

Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 76

Lampiran 3: Silabus ... 77

Lampiran 4: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 81

Lampiran 5: Lembar Kerja Siswa ... 94

Lampiran 6a: Kisi-Kisi Soal ... 111

Lampiran 6b: Panduan Skoring ... 113

Lampiran 6c: Soal Test ... 124

Lampiran 7a: Kisi-kisi Observasi Siswa Ranah Afektif………..…139

Lampiran 7b: Lembar Observasi Siswa Ranah Afektif ... 140

Lampiran 7c: Sampel Hasil Observasi Siswa Ranah Afektif ... 141

Lampiran 8a: Kisi-kisi Observasi Siswa Ranah Psikomotorik ... 142

Lampiran 8b: Lembar Observasi Siswa Ranah Psikomotorik... 143

Lampiran 8c: Sampel Hasil Observasi Siswa Ranah Psikomotorik ... 144

Lampiran 9a: Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 145

Lampiran 9b: Pedoman Wawancara ... 146

Lampiran 10a: Daftar Nilai Pretest ... 147

Lampiran 10b: Sampel Hasil Pretest ... 148

Lampiran 11a: Daftar Nilai Postest siklus 1 ... 156

Lampiran 11b: Sampel Hasil Postest Siklus 1 ... 157

Lampiran 12: Tabel Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus 1 ... 169

Lampiran 13: Tabel Hasil Observasi Aspek Psikomotor Siklus 1 ... 171

Lampiran 14a: Daftar Nilai Postest Siklus 2 ... 173

Lampiran 14b:Sampel Hasil Postest Siklus 2... 174

Lampiran 15: Tabel Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus 2 ... 186

Lampiran 16: Tabel Hasil Observasi Aspek Psikomotor Siklus 2 ... 188


(20)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberi layanan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu tidak berlebihan jika Suyanto (2000) menyatakan bahwa pendidikan dapat dijadikan kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa.

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, unsur-unsur dalam proses pembelajaran harus memberikan kontribusi maksimal pada proses pembelajaran. Salah satu cara memberikan kontribusi maksimal adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan. Melalui model pembelajaran yang digunakan diharapkan akan terciptanya suasana belajar yang lebih menyenangkan, lebih komunikatif, lebih apresiatif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Faktor keberhasilan pembelajaran tersebut kurang berperan maksimal di SMAK Frateran Ndao Ende. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi, diperoleh data bahwa materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi sistem saraf, diketahui bahwa proses belajar mengajar masih didominasi dengan metode ceramah. Akibatnya siswa menjadi mudah jenuh dan kurang antusias saat pelajaran berlangsung. Siswa juga menjadi sibuk


(21)

sendiri dan tidak mendengarkan penjelasan dari guru. Selain itu, masih adanya kebiasaan menghafal daripada kebiasaan memahami suatu materi sehingga membuat siswa kesulitan memecahkan masalah dan menjawab soal jika mendapatkan kasus diluar dari apa yang sudah mereka pelajari. Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada penerapan model mengajar yang disebabkan karena guru tidak mampu untuk mempersiapkannya; selain itu guru sudah bosan melihat kondisi kelas yang memprihatinkan serta adanya tugas-tugas lain seperti mempersiapkan instrumen pembelajaran dan kesibukan di luar jam pelajaran.

Berdasarkan data yang diperoleh dari guru mata pelajaran diketahui bahwa pencapaian hasil tes kognitif materi sistem saraf masih banyak siswa kelas XI semester II tahun pelajaran 2013/2014 mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Hal ini ditunjukan dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas XI SAINS pada materi sistem saraf adalah 62% dengan nilai terendah 45 dan nilai tertinggi adalah 78. Hasil tes evaluasi materi sistem saraf yang dilakukan oleh guru mata pelajaran pada tahun pelajaran 2013/2014 terdapat 12 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, sementara terdapat 38 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dari total siswa berjumlah 50 orang. Secara nasional pembelajaran dianggap tuntas jika kecapaian KKM minimal 75%.


(22)

Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas XI SAINS pada materi sistem saraf masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya kemauan siswa dalam belajar karena metode pembelajaran yang dipakai masih menggunakan metode ceramah, dan terkadang memberikan catatan kepada siswa untuk memperjelas materi yang disampaikan. Metode yang digunakan hampir sama terus menerus di setiap materi pembelajaran yang menimbulkan kejenuhan pada siswa.

Peningkatan hasil belajar dapat dilakukan dengan cara memberikan motivasi kepada siswa baik dari pribadi siswa itu sendiri maupun dari luar. Salah satu cara meningkatkan motivasi adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariatif. Berbeda dengan Metode pembelajaran yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Salah satu model pembelajaran yang mampu merangsang keaktifan siswa adalah model word square. Pada dasarnya model pembelajaran word square menurut Widodo (2009) merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi teka-teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran Word Square dapat digunakan untuk


(23)

mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, dapat melatih kedisiplinan siswa, dapat melatih sikap teliti dan kritis, dan merangsang siswa untuk berpikir efektif. Dengan menggunakan model pembelajaran word square, maka guru dapat membahas materi sistem saraf dengan lebih baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Indikator keberhasilan belajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran oleh siswa. Sedangkan tujuan pembelajaran akan tercapai apabila mengoptimalkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Penelitian ini menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif yakni model pembelajaran word square.

Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas, maka penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran word square untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selanjutnya penelitian ini diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran Word Square Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende Pada Materi Sistem Saraf”.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah penerapan model pembelajaran word square dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa kelas XI SAINS pada materi sistem saraf ?


(24)

C. BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende Tahun Pelajaran 2014/2015 berjumlah 24 siswa.

2. Obyek penelitian

Obyek penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas XI SAINS aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dengan menggunakan model pembelajaran Word Square.

3. Materi pokok

Materi pelajaran kelas XI IPA yaitu sistem koordinasi sub pokok bahasan sistem saraf dengan kompetensi dasar menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem koordinasi dan mengaitkannya dengan proses koordinasi sehingga dapat menjelaskan peran saraf dan hormon dalam mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem koordinasi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi. Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi saraf dan hormon pada sistem koordinasi yang disebabkan oleh senyawa psikotropika yang menyebabkan gangguan sistem koordinasi manusia dan melakukan kampanye anti narkoba pada berbagai media.


(25)

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran word square dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa Kelas XI SAINS SMA Frateran Ndao Ende Pada pokok bahasan Sistem Saraf.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Siswa

a) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotik pada materi sistem saraf dengan menggunakan model pembelajaran word square.

b) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasional seperti perbedaan antara fakta dan pendapat serta mengembangkan keterampilan siswa untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru dalam kehidupan nyata.

2. Bagi guru

a) Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai secara penuh materi sistem saraf dengan menggunakan model pembelajaran Word Square.

b) Sebagai bahan masukan untuk memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan pelajaran dalam meningkatkan hasil belajar biologi siswa di sekolah.


(26)

3. Bagi Sekolah

Mendapatkan model pembelajaran baru selain model ceramah, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Bagi Pemerintah

Memberikan informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran sistem saraf dengan menggunakan model pembelajaran word square yang telah dilaksanakan di SMAK Frateran Ndao Ende sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah lain.

5. Bagi Peneliti

a) Dapat memperkaya penyajian materi dengan menggunaan sumber-sumber lain dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. b) Dapat mengembangkan dan mengaplikasikan rencana

pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran dalam pelajaran ilmu pengetahuan Biologi.


(27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Trianto, 2010).

Sumantri, dkk (1999) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.

Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011) istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode,


(28)

atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran adalah:

1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek


(29)

penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran. Pada Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat materi dari sistem syaraf banyak konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan, materi ajar siswa, di samping itu banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010).

Sebagai seorang guru harus bisa memilih model pembelajaran yang sangat tepat bagi peserta didiknya. Sebab dari itu di dalam memilih model untuk pembelajaran, guru harus bisa memperhatikan keadaan maupun kondisi siswa/siswi, bahan pelajaran dan serta sumber-sumber pembelajaran yang ada agar di dalam penggunaan model pembelajaran bisa diterapkan secara efektif & menunjang keberhasilan belajar terhadap siswa/siswi (Trianto, 2010).

Seorang guru diharapkan mempunyai motivasi-motivasi dan semangat pembaharuan di dalam proses pembelajaran yang telah dijalaninya. Menurut Sardiman (2004) menyatakan, guru yang kompeten ialah guru yang mampu dan bisa mengelola program-program belajar-mengajar. Mengelola di sini mempunyai arti yang luas yang menyangkut bagaimana seseorang guru mampu menguasai keterampilan dasar dalam mengajar, seperti membuka & menutup pelajaran, bertanya, memberi


(30)

penguatan, menjelaskan, menvariasi media, dsb, juga bagaimana seorang guru mampu menerapkan strategi, teori pembelajaran dan belajar, dan melaksanakan pembelajaran yang secara kondusif.

Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Marsh (1996) menurutnya, yang menyatakan bahwa guru harus mempunyai kompetensi dalam mengajar, memotivasi para peserta didiknya, membuat model-model instruksional, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan mengelola kelas. Semua kompetensi tersebut harus mendukung keberhasilan tentang guru dalam hal mengajar.

Setiap guru harus mempunyai kompetensi adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan & kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan kualitas untuk pembelajaran maupun segala hal dari yang berkaitan dengan peningkatan prestasi pembelajaran terhadap para peserta didiknya.

B. Model Pembelajaran Word Square

Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman (2007).

Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam


(31)

mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model pembelajaran word square hampir mirip dengan teka-teki silang tetapi bedanya sudah terdapat jawaban yang disamarkan dengan penambahan kotak dengan sembarang huruf sebagai pengecoh. Model ini sangat sesuai untuk semua mata pelajaran. Guru di harapakan dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif serta melatih sikap teliti dan kritis.

Mujiman (2007) mengatakan Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.

Instrumen utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan. Langkah-langkah model pembelajaran word square adalah guru terlebih dahulu menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai kemudian membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh. Setelah mendapat lembar kegiatan, siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara vertikal, horizontal maupun diagonal.

Kekurangan menggunakan model pembelajaran word square diantaranya mematikan kreatifitas siswa, karena sudah ada jawaban dalam


(32)

kotak maka siswa tinggal menerima bahan mentah sehingga siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya. Namun dari kekurangan yang ada, model pembelajaran word square memiliki kelebihan seperti dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, melatih untuk berdisiplin, dapat melatih sikap teliti dan kritis serta dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat kemampuan atau prestasi murid mengolah materi pembelajaran. Menurut Sudjana (2009), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar)

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

b. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar)

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ni akan berkaitan dengan faktor dari luar murid. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan dan pembentukan sikap.


(33)

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotor.

1. Ranah Kognitif

Tetap terdiri atas 6 (enam) level namun dengan beberapa perubahan dimana aspek kata kerja pada kategori pengetahuan yang asli dipertahankan sebagai yang pertama dari keenam kategori tetapi namanya diganti menjadi Remember. Pemahaman (comprehension) diganti menjadi understand karena pertimbangan bahwa understand mencakup makna yang jauh lebih luas dari comprehending, aplikasi, analisis, dan evaluasi dipertahankan tetapi dalam bentuk kata kerja yaitu menerapkan (apply), menganalisis (analyze), dan mengevaluasi (evaluate). Sintesis bertukar tempat dengan evaluasi dan namanya diganti menjadi menciptakan (create). Semua sub kategori asli diganti dengan kata kerja dan disebut proses kognitif.

a) Mengingat (Remembering)

Menarik kembali informasi yang relevan yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengingat dan memanggil ulang. Mengingat adalah ketika memori digunakan untuk menghasilkan definisi, fakta, atau daftar, atau membacakan atau mengambil materi.


(34)

b) Memahami (Understanding)

Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa, baik itu lisan, tulisan, dan dalam bentuk grafik. Memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi, membandingkan dan menjelaskan.

c) Mengaplikasikan (Applying)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Meliputi dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan.

d) Menganalisis (Analyzing)

Menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Mencakup tiga macam proses kognitif yaitu : membedakan, mengorganisasikan, dan menemukan pesan tersirat (memberikan atribut).

e) Mengevaluasi (Evaluating)

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Mencakup dua macam proses kognitif yaitu memeriksa dan mengkritik.


(35)

f) Mencipta (Creating)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan atau menyusun unsur-unsur untuk membentuk sebuah ide baru, atau membuat produk sendiri. Mencakup tiga macam proses kognitif yaitu: merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Dalam penelitian ini, aspek yang ingin dicapai pada ranah kognitif adalah aspek mengingat (remembering), memahami (understanding), mengaplikasikan (Applying) dan mengevaluasi (evaluating).

2. Ranah Afektif

Affective domain (ranah afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Level afektif pada versi terbaru, level domain afektif terdiri dari receive, respond, value, organize, internalize, characterize, wonder, dan aspire.

a) Menerima (Receive)

Peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Contoh kata kerja operasional adalah keterbukaan, kepedulian, perhatian, ketertarikan, berminat, dan lain-lain.


(36)

b) Menanggapi (Respond)

Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Contoh kata kerja operasional adalah menjawab, membantu, senang, menyesuaikan, menyambut, membantu, melakukan, dan lain-lain.

c) Nilai (Value)

Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Contoh kata kerja operasional adalah lengkap, menunjukkan, membedakan, menjelaskan, rendah, bentuk, memulai, mengundang, bergabung, membenarkan, mengusulkan, membaca, laporan, pilih, berbagi, belajar, bekerja, dan lain-lain.

d) Mengatur (Organize)

Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Contoh kata kerja operasional adalah mengatur, menggabungkan, membandingkan, lengkap, membela, merumuskan, generalisasi, mengidentifikasi, mengintegrasikan, memodifikasi, ketertiban, mempersiapkan, berhubungan, mensintesis.


(37)

e) Menginternalisasi (Internalize)

Contoh kata kerja operasional adalah bertindak, tampilan, pengaruh, mendengarkan, mengubah, mempertunjukkan, memenuhi syarat, merevisi, melayani, memecahkan, verifikasi, dan lain-lain.

f) Karakter (Characterize)

Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Contoh kata kerja operasional adalah mencirikan, menggolongkan, menggambarkan, memberi ciri, menandakan, menunjukkan sifat.

g) Keingintahuan (Wonder)

Contoh kata kerja operasional adalah mengagumi, renungan, bertanya-tanya, berpikir heran, ingin tahu.

h) Cita-cita (Aspire)

Contoh kata kerja operasional adalah keinginan, harapan, tujuan, impian, motivasi.

Pada ranah afektif, asek yang ingin diukur pada penelitian ini adalah menerima (receive), menanggapi (respond), nilai (value), dan menginternalisasi (internalize).

3. Ranah Psikomotor

Pada versi yang terbaru, level domain psikomotor adalah: mengamati (observe), bereaksi (react), bertindak (act), mengadaptasi


(38)

(adapt), mengotentikasi (authenticate), menyelaraskan (harmonize), memperbaiki (improvise), dan berinovasi (innovate) Peggy Dettmer (2006).

a) Mengamati (observe)

Contoh kata kerja operasional adalah terampil melakukan pengamatan, memilih, menjelaskan, mendeteksi, membedakan, mengidentifikasi, mengisolasi, dan lain-lain.

b) Bereaksi (react)

Contoh kata kerja operasional adalah bereaksi, memberi reaksi, berpengaruh, menentang, dan lain-lain.

c) Bertindak (act)

Contoh kata kerja operasional adalah menjelaskan, mendemostrasikan, melanjutkan, dan lain-lain.

d) Mengadaptasi (adapt)

Contoh kata kerja operasional adalah mengadaptasi, mengubah, mengatur ulang, reorganisasi, merevisi, bervariasi, dan lain-lain. e) Membuktikan (authenticate)

Contoh kata kerja operasional adalah menunjukkan, menampilkan, dan lain-lain.

f) Menyelaraskan (harmonize)

Contoh kata kerja operasional adalah mencocokkan, mempadukan, membuat jadi seimbang, berpadanan, dan lain-lain


(39)

g) Memperbaiki (improvise)

Contoh kata kerja operasional adalah mengubah, mengelola, dan lain-lain.

h) Berinovasi (innovate).

Contoh kata kerja operasional adalah perubahan yang baru, memperbarui, menunjukkan sesuatu yang baru, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, aspek yang ingin di ukur adalah membuktikan (authenticate), memperbaiki (improvise) dan mengamati (observe).

D. Pembelajaran Materi Sistem Saraf

Pembelajaran sistem saraf adalah pembelajaran mengenai sistem organ yang meregulasi atau mengatur sistem organ tubuh yang lain. Adapun karakteristik dari materi sistem saraf adalah materi sistem saraf termasuk salah satu materi yang sulit dipahami karena sifat materinya yang abstrak. Pada pembelajaran materi sistem saraf, siswa harus sudah pada tahap berpikir operasi formal. Mekanisme sebab akibat yang menjadi salah satu prinsip pada materi sistem saraf yang menyebabkan kesulitan dalam memahami materi sistem saraf karena erat kaitannya dengan mekanisme fisiologis pembentukan dan penghantaran impuls saraf. Materi sistem saraf merupakan salah satu materi penting untuk dapat memahami konsep-konsep selanjutnya. Pada kenyataannya karena tingkat kesulitan tersebut, maka pembelajaran materi sistem saraf di SMA seringkali tidak dapat


(40)

dilaksanakan dengan baik. Sistem saraf merupakan salah satu materi pelajaran dalam bidang studi biologi yang umumnya banyak ditemukan konsep-konsep yang tidak dapat diamati secara langsung tetapi fenomena-fenomenanya atau gejala-gejala alam pada konsep sistem saraf mudah dirasakan atau dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah tentang proses penjalaran impuls pada sistem saraf.

Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kompetensi inti yaitu menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu,kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya, dengan kompetensi dasar yakni menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin dan penginderaan). Indikator pembelajaran dalam kompetensi dasar ini adalah:

2.3.1. Antusias dalam proses pembelajaran.

2.3.2. Memperhatikan pendapat dari guru dan teman lain saat pembelajaran.

2.3.3. Percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi.

2.3.4. Terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada proses pembelajaran.

2.3.5. Kerjasama dalam proses pembelajaran.


(41)

3.10.2. Menyebutkan bagian dari sistem saraf

3.10.3. Mengidentifikasi fungsi dari bagian sel saraf

3.10.4. Menyebutkan struktur sistem saraf pusat pada manusia

3.10.5. Mengidentifikasi gambar sistem saraf pusat pada manusia

3.10.6. Menjelaskan fungsi sistem saraf pusat pada manuasia

3.10.7. Menyebutkan struktur sistem saraf tepi pada manusia

3.10.8. Mengidentifikasi gambar sistem tepi pusat pada manusia

3.10.9. Menyebutkan gangguan yang terjadi pada sistem saraf

4.11.1. Membuat skema penjalaran impuls gerak sadar 4.11.2. Membuat skema penjalaran impuls gerak refleks 4.11.3. Memberi nama bagian dari struktur saraf. 4.11.4. Membuat ringkasan hasil diskusi.

Penyampaian hasil diskusi dengan bahasa yang komunikatif.Materi yang terdapat dalam indikator tersebut diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran word square.

E. Penelitian Yang Relevan

Wijana (2011) dalam abstrak hasil penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Belajar Word Square Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Kelas Siswa VIII-C SMP Al-Falah Karangwangi Depok” dengan hasil penelitian adalah: dari jumlah siswa 30


(42)

orang mengalami peningkatan persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 atau jumlah siswa yang belajar tuntas meningkat menjadi 85%, (25 siswa). Kenaikan presentase pencapaian ketuntasan belajar klasikal pada siklus I 73,3% dan siklus II 86,67%, sedangkan keaktifan klasikal pada siklus I 51,7% dan siklus II 66,67%.

Penelitian lain yang mendukung penerapan model pembelajaran word square adalah Ningsih (2009) dalam abstrak hasil penelitiannya yang berjudul Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Strategi Cooperative Script dan Word Square Materi Sistem Saraf Manusia di SMA Ibu Kartini Semarang, dengan hasil penelitian adalah menunjukkan bahwa dari 25 siswa, persentase tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat. Peningkatan ini ditandai dengan jumlah siswa yang tingkat keaktifannya meningkat dari 48% pada siklus I, 72% pada siklus II, dan 100% pada siklus III. Ketuntasan belajar klasikal dari 64% pada siklus I, 84% pada siklus II dan 96% pada siklus III, serta meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dari 60,26 pada siklus I, pada siklus II 70,6, dan pada siklus III 80,2.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui strategi cooperative script dan word square dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa materi sistem saraf pada kelas XI IPA I di SMA Ibu Kartini Semarang. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi cooperative script dan word square dapat


(43)

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi sistem saraf manusia di kelas XI IPA I SMA Ibu Kartini Semarang.

F. Kerangka Berpikir

Para siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan belajar biologi dikerenakan siswa merasa bosan dan kurang tertarik dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar tersebut guru lebih mendominasi dengan menggunakan metode ceramah maupun meringkas materi sehingga kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Guru kurang variatif dalam memberikan materi pembelajaran.

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka perlu adanya model pembelajaran yang inovatif dan bervariasi untuk meningkatkan hasil belajar murid. Sehingga yang semula hasil belajarnya rendah dapat meningkatkan hasil belajarnya. Belajar biologi seharusnya menyenangkan dan aktraktif. Salah satu model pembelajaran yaitu dengan menggunakan model word square. Model tersebut merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Dari hasil identifikasi permasalahan tersebut apakah penerapan model Word Square dapat meningkatkan hasil belajar kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende. Secara diagram alir dapat dilihat ada gambar 2.1.


(44)

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

1. Pembelajaran yang dilakukan guru cenderung monoton.

2. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.

3. Penggunaan media pembelajaran yang terbatas.

4. Hasil belajar rendah. Faktor keberhasilan

pendidikan kurang berperan maksimal di SMAK Frateran

Ndao Ende.

Kondisi Awal

Inovasi penggunaan model pembelajaran Word Square dalam langkah pembelajaran dengan menggunakan model word square: 1. Memberikan lembar pertanyaan dan kolom jawaban mengenai sistem saraf.

2. Siswa menjawab pertanyaan mengenai sistem saraf lalu diterapkan di kotak-kotak yang sudah disediakan.

3. Diskusi kelompok

4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi

5. Siswa mengulang materi dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.

Tindakan

Hasil belajar siswa kelas XI SAINS pada materi sistem saraf meningkat


(45)

G. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka diperoleh hipotesis dari penelitian ini yaitu: “penerapan model pembelajaran word square dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende pada materi sistem saraf”.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah PTK yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Ciri-ciri PTK adalah adanya tindakan yang nyata, tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam rangkaian siklus kegiatan (Hopkins, 2008).

B. SETTING PENELITIAN

a) Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMAK Frateran Ndao Ende jalan Imam Bonjol No 39 Ende, Flores, NTT, dengan pertimbangan sekolah tersebut merupakan almamater peneliti. Hal tersebut dapat memudahkan dalam pencarian data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sesuai dengan profesi peneliti kelak.

b) Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan maret 2015, mulai dari tanggal 11 sampai tanggal 20 maret 2015.

c) Obyek penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah tentang peningkatan hasil belajar siswa khususnya pada materi sistem saraf.


(47)

d) Subyek Penelitian

Siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende pada semester II (Genap) tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 24 siswa. Pertimbangan mengambil subyek penelitian tersebut adalah siswa kelas XI telah mengalami program penjurusan. Siswa kelas XI SAINSakan mempelajari materi Sains sehingga materi pelajaran biologi yang merupakan salah satu materi pelajaran sains juga akan diberikan secara intensif.

C. RANCANGAN TINDAKAN

Rancangan tindakan direncanakan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan beberapa tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi dan tahap refleksi.

1. Pra tindakan

a. Identifikasi masalah, langkah diawali dengan menganalisis hasil belajar murid berdasarkan hasil ulangan harian pada materi sistem saraf.

b. Observasi kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang kegiatan belajar mengajar Biologi dikelas XI SAINS di SMAK Frateran Ndao Ende.

c. Analisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian.


(48)

d. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen yang bersangkutan.

e. Menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) model word square.

f. Menyusun soal pre-test dan post-test untuk siklus I dan siklus II. g. Permintaan izin untuk melakukan penelitian kepada sekretariat

jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

h. Menghubungi pihak SMAK Frateran Ndao Ende, dengan menemui kepala sekolah, bagian kurikulum dan guru mata pelajaran Biologi dengan menyerahkan surat ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Pelaksanaan tindakan (2 siklus)

a. Siklus I

1) Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran menggunakan model word square, yaitu: 1. Peneliti mempersiapkan materi yang akan digunakan untuk proses

pembelajaran.

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tentang sistem saraf.


(49)

3. Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar beranggotakan 4-5 siswa. Pembagian kelompok dengan tingkat kecerdasan menyebar, yaitu siswa-siswa yang unggul dalam hal prestasi disebar dalam tiap kelompok.

4. Menentukan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai observer/ pengamat.

5. Menyusun lembar observasi.

6. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) model word square. 7. Merancang soal pre-test.

2) Pelaksanaan

Pada tahap ini, pembelajaran dilaksanakan menggunakan model word square sesuai dengan rencana tindakan. Kegiatan dilakukan sebagai berikut:

1. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa dan pre-test. 2. Guru melakukan apersepsi.

3. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

4. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Setelah itu diberikan LKS model word square untuk berdiskusi dan selanjutnya perwakilan anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan diselingi tanya jawab untuk mengukur pemahaman siswa.

5. Kelompok lain secara aktif mengikuti presentasi dan menanggapi hasil presentasi.


(50)

6. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang aktif dalam forum presentasi.

7. Guru membimbing siswa merangkum butir-butir pembelajaran dan merefleksikannya.

8. Guru memberikan post-test kepada siswa.

9. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. 3) Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Dalam tahap ini, peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil pelaksanaan tindakan, yaitu hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Pengamatan menggunakan kamera foto. Peneliti mengamati, mengenali dan mendokumentasikan proses, hasil pengaruh dan masalah baru yang mungkin saja muncul selama tindakan kelas dilakukan. Adapun aspek-aspek yang diamati meliputi:

1. Perhatian terhadap penjelasan guru. 2. Antusiasme dalam mengerjakan tugas. 3. Kerjasama terhadap siswa lain.

4. Keberanian untuk mempresentasikan didepan kelas.

5. Keberanian untuk menanggapi saat kegiatan presentasi berlangsung. 4) Refleksi

Tahap ini merupakan hasil yang diperoleh dari observasi selama proses balajar mengajar berupa hasil tes yang dibahas dan didiskusikan setelah dibahas, kemudian diidentifikasi kelemahan dan kelebihan selama


(51)

proses pembelajaran berlangsung dan apa saja yang belum dapat dicapai pada siklus I. Hasil refleksi dirumuskan kembali antara guru dengan peneliti untuk tindak lanjut pada siklus berikutnya yaitu pada siklus II.

b. Siklus II

1) Perencanaan

1. Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan hasil dan refleksi pada siklus I

2. Merancang kembali pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa, tiap kelompok 4-5 siswa dengan kecerdasan menyebar.

3. Merancang lembar kerja siswa (LKS) 2 model word square. 4. Merancang soal post-test.

2) Pelaksanaan

1. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa. 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru menjelaskan secara singkat materi tentang sistem saraf

4. Siswa dibagi dalam bebrapa kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Setelah itu diberikan LKS model word square untuk berdiskusi dan selanjutnya perwakilan anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan diselingi tanya jawab untuk mengukur pemahaman siswa.

5. Kelompok lain secara aktif mengikuti presentasi dan menanggapi hasil presentasi.


(52)

6. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang aktif dalam forum presentasi.

7. Guru membimbing siswa merangkum butir-butir pembelajaran dan merefleksikannya.

8. Guru memberikan post-test kepada siswa.

9. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa. 3) Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap siswa. Pengamatan terhadap siswa dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun aspek-aspek yang diamati meliputi:

1. Perhatian terhadap penjelasan guru. 2. Antusiasme dalam mengerjakan tugas. 3. Kerjasama terhadap siswa lain.

4. Keberanian untuk mempresentasikan didepan kelas.

5. Keberanian untuk menanggapi saat kegiatan presentasi berlangsung. 4) Refleksi

Tahap ini hasil yang diperoleh dari observasi selama proses belajar mengajar, hasil tes dibahas. Kemudian ditarik kesimpulan apakah tindakan berhasil atau tidak. Diharapkan pada akhir siklus ini hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende meningkat.


(53)

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Tanpa istrumen yang tepat, penelitian tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan (Sanjaya,2009).

Pada penelitian ini ada 2 macam instrumen yang digunakan yakni instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

a) Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran dalam penelitan ini berupa silabus dan rencana pelakanaan pembelajaran (lampiran 3 dan 4) yang disusun oleh peneliti dengan mengacu pada pembelajaran yang menggunakan LKS model pembelajaran word square yang dapat dilihat pada lampiran 5.

b) Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas menggunakan dua teknik yaitu test dan non test.

a. Tes

Tes digunakan sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Tes tersebut berhubungan dengan fungsinya untuk mengukur tingkat kemajuan dan perkembangan yang dicapai peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Pada setiap siklus guru memberikan test untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan materi sistem saraf. Test yang digunakan untuk penelitian tersebut adalah test awal (pre tes) dan test akhir (post tes).


(54)

Tes awal dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang materi yang di ajarkan. Test awal dilaksanakan sebelum bahan pembelajaran diajarkan kepada siswa. Test akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa setelah diajarkan materi pelajaran. Tes awal yaitu 10 soal esay dan 10 soal pilihan ganda . Soal tes akhir dilakukan pada akhir siklus I dan siklus II. Pada siklus I terdapat 10 soal esay dan 10 soal pilihan ganda, sedangkan pada siklus II terdapat 10 soal uraian dan 10 soal pilihan ganda. Jumlah bobot soal test masing-masing adalah 30. Dengan cara demikian maka akan diketahui perkembangan hasil belajar siswa. Jika hasil test akhir lebih baik dibandingkan dengan hasil test awal maka dapat diartikan tingkat kemajuan yang dicapai siswa meningkat dan program pengajaran telah berhasil. (kisi-kisi soal, panduan skoring dan soal test dapat dilihat pada lampiran 6a, 6b dan 6c).

b. Non-tes

Teknik non-tes yang dipilih pada penelitian ini ada 2 cara yaitu dengan pengamatan langsung (observation) dan wawancara (interview)

1. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk menilai aktivitas dan respon siswa terhadap pemahaman materi sistem saraf dan model pembelajaran guru dengan menggunakan model pembelajaran


(55)

word square. Lembar observasi disusun untuk mengetahui penguasaan ranah afektif dan psikomotorik yakni

a) Ranah afektif

1. Antusisme siswa dalam proses pembelajaran.

2. Perhatian siswa dalam mendengarkan pendapat dari guru dan teman lain.

3. Percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi.

4. Terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada proses pembelajaran.

5. Kerjasama dalam proses pembelajaran.

Kisi-kisi observasi, lembar observasi dan contoh lembar observasi aspek afektif dapat dilihat pada lampiran 7a ,7b dan 7c.

b) Ranah psikomotorik

1. Memberi nama bagian dari struktur saraf. 2. Membuat bagan mekanisme impuls saraf. 3. Membuat ringkasan hasil diskusi.

4. Penyampaian hasil diskusi dengan bahasa yang komunikatif.


(56)

Kisi-kisi observasi, lembar observasi dan contoh lembar observasi aspek psikomotorik dapat dilihat pada lampiran 8a, 8b dan 8c.

2. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan sebagai alat evaluasi adalah wawancara terstruktur. Dalam wawancara ini, evaluator yaitu peneliti melakukan tanya jawab lisan dengan siswa dalam rangka menghimpun bahan-bahan keterangan untuk mendukung penilaian terhadap siswa. Siswa yang di wawancara di pilih berdasarkan hasil tes dengan nilai tertinggi, nilai sedang dan nilai terendah sebanyak tiga orang. Pemilihan siswa berdasarkan hasil tes bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai penerapan model pembelajaran word square. Wawancara disusun untuk mengetahui penguasaan ranah afektif yakni

1. Antusisme siswa dalam proses pembelajaran.

2. Perhatian siswa dalam mendengarkan pendapat dari guru dan teman lain.

3. Percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi.

4. Terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada proses pembelajaran.


(57)

Kisi-kisi wawancara dan lembar wawancara dapat dilihat pada lampiran 9a dan 9b.

E. ANALISIS DATA

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif sehingga analisis data yang digunakan adalah analisis untuk menguji hipotesis deskriptif. Data dari siklus 1 dan siklus 2 dibandingkan. Analisis data tentang penerapan model pembelajaraan word square dapat dilakukan dengan membandingkan skor ketercapaian siklus 1 dan siklus 2.

Data hasil belajar dalam penelitian ini mencakup 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Setiap ranah mempunyai pedoman penilaian berbeda.

a) Ranah kognitif

Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa pada ranah kognitif berpedoman pada hasil tes tertulis dalam bentuk esay dan pilihan ganda. Selain itu, peningkatan hasil belajar siswa diketahui dengan menggunakan uji komparasi. Dalam prosesnya, uji ini membandingkan ketuntasan klasikal dari nilai post test siklus 1 dan post test siklus 2.

Pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif adalah sebagai berikut:

Analisis pre-test dan post test


(58)

Dari hasil diatas maka dapat dilihat ketuntasan belajar siswa dengan kriteria ketuntasan induvidu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria skor ketuntasan individu

Nilai Individu Keterangan

≤74 dari KKM Tidak tuntas

≥75 dari KKM Tuntas

Rata-rata kelas

Untuk menghitung rata-rata kelas pada masing-masing siklus digunakan rumus:

X = ∑

Keterangan:

X = Rata-rata kelas ∑X = Jumlah seluruh skor N = Banyaknya subjek

Ketuntasan belajar klasikal

Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus:

= ℎ ≥75

ℎ 100%

b) Ranah afektif

Data penguasaan ranah afektif diambil dari 2 data yaitu data hasil observasi aspek afektif dan wawancara. Data observasi berpedoman pada beberapa aspek yaitu antusiasme siswa dalam proses pembelajaran,


(59)

perhatian siswa dalam mendengarkan pendapat dari guru dan teman lain, percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi, terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada proses pembelajaran serta kerjasama dalam proses pembelajaran. Kisi-kisi hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 kisi-kisi hasil belajar siswa aspek afektif

No Aspek yang di ukur

Indikator Jumlah pernyataan Pernyataan

positif

Pernyataan negatif

1. Menanggapi Antusisme siswa dalam proses pembelajaran.

1 -

2. Menerima Perhatian siswa dalam mendengarkan pendapat dari guru dan teman lain.

1 -

3. Menanggapi Percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi.

2 -

4. menginternalisasi Terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada proses pembelajaran.

6 -

5. Nilai Kerjasama dalam proses pembelajaran.

1 -

Data penguasaan ranah afektif yang diambil dari data hasil observasi yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan tingkat keberhasilan model pembelajaran word square sebagaimana adanya bentuk paparan naratif maupun tabel.


(60)

Penilaian dapat dilihat dari skor pada lembar observasi aspek afektif yang digunakan. Presentase perolehan skor pada lembar observasi aspek afektif dikualifikasi untuk menentukan seberapa besar aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari rata-rata persentasi aktivitas siswa pada tiap pertemuan pembelajaran. Hasil data observasi aspek afektif ini dianalisis dengan pedoman kriteria sebagai berikut.

Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, maka dalam menghitung persentase skor hasil observasi aspek afektif digunakan sebagai berikut:

q = 100%

Keterangan:

q = persentasi skor hasil observasi partisipasi siswa r = jumlah keseluruhan skor yang diperoleh siswa T = skor maksimal (skor total)

Tabel 3.3. Skor hasil observasi aspek afektif siswa terhadap pembelajaran siklus I dan siklus II

Kode Siswa Skor Kategori

... ... ... ... Kategori hasil skor Sangat Baik Baik

Cukup Kurang


(61)

Tabel 3.4. kriteria hasil persentase skor observasi aspek afektif siswa terhadap pembelajaran

Skala Presentasi Siswa Kategori

86%-100% Sangat Baik

76%-85% Baik

60%-75% Cukup

0%-59% Kurang

Untuk mengetahui adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran biologi pada materi sistem saraf melalui penerapan model pembelajaran word square peneliti membuat perbandingan antara aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II. Perbedaan persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5. Persentase aktivitas belajar siswa

Kategori Persentase

Siklus 1 Siklus 2

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mendukung aspek afektif siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran word square. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Hasil wawancara akan dituangkan dalam bentuk transkrip kemudian diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan.


(62)

c) Ranah psikomotorik

Untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek pskomotorik digunakan data observasi dengan berpedoman pada beberapa aspek yaitu memberi nama bagian dari struktur saraf, membuat bagan mekanisme impuls saraf, membuat ringkasan hasil diskusi serta penyampaian hasil diskusi dengan bahasa yang komunikatif. Kisi-kisi hasil belajar data dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 kisi-kisi hasil belajar aspek psikomotorik

No Tingkat kategori

Aspek yang diamati Nomor dalam lembar

observasi

1. Membuktikan Penyampaian hasil diskusi dengan bahasa yang komunikatif.

4

2. Memperbaiki Membuat bagan mekanisme impuls saraf.

2,3 Membuat ringkasan hasil diskusi.

3. Mengamati Memberi nama bagian dari struktur saraf.

1

Data penguasaan ranah psikomotorik diambil dari data hasil observasi yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penilaian dapat dilihat dari skor pada lembar observasi aspek psikomotrik yang digunakan. Presentasi perolehan skor pada lembar observasi aspek psikomotorik dikualifikasi untuk menentukan seberapa besar partisipasi dan tanggapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari rata-rata persentasi partisipasi siswa pada setiap pertemuan pembelajaran. Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, maka


(63)

dalam menghitung persentase skor hasil observasi aspek psikomotorik digunakan cara sebagai berikut:

q = 100

Keterangan:

q = persentasi skor hasil observasi partisipasi siswa r = jumlah keseluruhan skor yang diperoleh siswa T = skor maksimal (skor total)

Tabel 3.7. Skor hasil observasi aspek psikomotor siswa terhadap pembelajaran siklus I dan siklus II

Kode Siswa Skor Kategori

... ... ... ...

Tabel 3.8. kriteria hasil presentasi skor observasi aspek psikomotor siswa terhadap pembelajaran

Skala Presentasi Siswa Kategori

86%-100% Sangat Baik

76%-85% Baik

60%-75% Cukup

0%-59% Kurang

Untuk mengetahui adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran biologi pada materi sistem saraf melalui penerapan model pembelajaran word square peneliti membuat perbandingan antara aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II. Perbedaan persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:


(64)

Tabel 3.9. Persentase aktivitas belajar siswa

Kategori Persentase

Siklus 1 Siklus 2

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

Dalam hal ini peneliti melakukan observasi kepada siswa. Hasil obesrvasi akan dituangkan dalam bentuk transkrip kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan.

F. INDIKATOR KEBERHASILAN PENELITIAN

Tabel 3.10 Indikator Keberhasilan Penelitian

Variabel Data Indikator Ketercapaian

Hasil belajar siswa aspek kognitif

Post test siklus 1 dan 2 75% jumlah siswa mencapai ketuntasan minimal

Hasil belajar siswa aspek psikomotorik

Lembar observasi 70% siswa selama proses pembelajaran masuk kategori minimal baik. Hasil belajar siswa

aspek afektif

Lembar observasi 70% siswa selama proses pembelajaran masuk kategori minimal baik.


(65)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2015 dan 13 Maret 2015, sedangkan siklus kedua dilaksanakan tanggal 18 Maret 2015 dan 20 Maret 2015.

Penelitian ini diawali dengan observasi berupa wawancara melalui telepon dengan guru bidang studi Biologi kelas IX MIPA yaitu ibu Maria Teku Keli, S.Si. Jumlah siswa pada kelas XI MIPA 1 pada tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 24 siswa. Siswa berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 siswa, sedangkan siswa yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 siswa. Adapun tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui kondisi awal dari kegiatan belajar mengajar siswa kelas XI MIPA 1 SMAK Frateran Ndao Ende.

Hasil wawancara menyebutkan bahwa proses pembelajaran yang terjadi di kelas adalah proses pembelajaran yang diisi dengan informasi interaktif/ceramah dan tanya jawab. Selain itu proses pembelajaran juga dapat dilakukan dengan memberi siswa tugas untuk meringkas materi pelajaran. Pada sesi ceramah, aktivitas yang dilakukan siswa cukup beragam, ada yang memerhatikan dengan serius lalu mengajukan pertanyaan pada materi yang belum di pahami, ada yang mendengar kemudian mencatat poin-poin penting dari materi yang di sampaikan,


(66)

namun ada juga yang kurang memperhatikan penjelasan guru kemudian memulai melakukan kegiatan lain seperti mengobrol bahkan bermain handphone. Dari hasil wawancara juga diperoleh informasi bahwa setelah sesi ceramah, guru biasanya memberikan beberapa pertanyaan kemudian siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan jawaban. Pada sesi ini, hanya siswa tertentu yang berani menjawab atas inisiatif sendiri, selebihnya hanya akan menjawab jika di tunjuk oleh guru unttuk memberikan jawaban.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran siklus 1 dan siklus 2. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti melakukan perencanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Rancangan Pembelajaran (RPP). RPP akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran. RPP tersebut memuat model pembelajaran Word Square dalam kegiatan pembelajarannya.

2. Penyusunan Lembar Kerja Siswa model Word Square yang akan digunakan sebagai bahan diskusi dalam kelompok. LKS telah


(67)

dikonsultasikan kepada guru dan dosen pembimbing sebelum digunakan dalam pembelajaran.

3. Penyusunan instrument penelitian yang terdiri atas lembar observasi, lembar wawancara dan soal tes. Lembar observasi digunakan observer dalam melaksanakan observasi serta mencatat hasil observasi siswa saat pembelajaran. Soal tes terdiri dari 20 soal pretest dan 20 soal posttest.

4. Penyusunan skenario pembelajaran.

5. Melakukan koordinasi dengan mitra peneliti yang bertugas melakukan observasi dan mendokumentasikan kegiatan.

6. Menyiapkan alat dokumentasi serta segala keperluan yang akan digunakan dalam pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan di siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 Maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 13 Maret 2015. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama berlangsung selama 90 menit, mulai pada pukul 08.45 sampai pukul 10.15 WITA. Hal pertama yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung yaitu peneliti memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Setelah memperkenalkan diri, dilakukan pretest terhadap siswa. Pretest


(68)

dilakukan selama 20 menit. Lembar hasil pretest dapat dilihat pada lampiran 10a dan 10b).

Gambar 4.1 Siswa mengerjakan pretest.

Dari pretest yang digunakan sebagai data awal pengetahuan siswa terhadap materi diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil Pretest Siswa Kelas XI MIPA 1

NO Jenis Data yang Diamati Hasil yang Diperoleh

1 Nilai tertinggi 77

2 Nilai terendah 40

3 Jumlah siswa yang nilainya mencapai KKM (≥ 75)

4 4 Jumlah siswa yang nilainya

belum mencapai KKM (< 75)

20 5 Rata-rata nilai 62,16 6 Ketuntasan klasikal 16,66%

Setelah dilakukan pretest, peneliti memulai aktvitas pembelajaran dengan pendahuluan. Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai guru mengemukakan apersepsi dan motivasi dengan memberikan ilustrasi singkat bahwa ketika kita memutar teh atau kopi kemudian akan meminumnya, kita akan menyentuh gelas yang sudah


(69)

terisi air panas. Kemudian guru bertanya pada siswa bagaimana reaksi tangan setelah menyentuh gelas yang panas tersebut dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Menanggapi pertanyaan tersebut, siswa memberikan jawaban yang beragam. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan pendahuluan tersebut berlangsung selama 10 menit.

Kegiatan inti diawali dengan ceramah secara singkat, yaitu guru menggali pemahaman awal siswa dengan menyampaikan bahwa sistem yang mengendalikan semua aktivitas tubuh manusia. Selanjutnya, guru menyampaikan aturan dalam pembelajaran kooperatif model word square. Setelah siswa paham mengenai aturan word square. Setelah siswa paham mengenai aturan word square, siswa dibagi dalam 5 kelompok dan dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) I. Kegiatan awal tersebut berlangsung selama 10 menit.

Setelah mendapatkan LKS, setiap kelompok kemudian mencari kata-kata yang ada di dalam kotak dan mencari arti dari kata-kata tersebut untuk di presentasikan di depan kelas. Sesuai kesepakatan awal, setelah berdiskusi selama 20 menit, maka akan dilakukan presentasi dan saling melengkapi jawaban selama 20 menit.

Selama presentasi, teman lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan. Kegiatan inti dari awal sampai presentasi berlangsung selama kurang lebih 50 menit.


(70)

Gambar 4.2 Siswa mengerjakan LKS

Lima menit berikutnya para siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan tentang keseluruhan kegiatan pembelajaran. Sebelum kegiatan pembelajaran diakhiri, guru memberikan penghargaan terhadap antusias siswa selama pembelajaran. Kegiatan penutup tersebut berlangsung selama 10 menit.

Kegiatan pembelajaran siklus 1 pada pertemuan kedua berlangsung selama 60 menit karena ada pemotongan setiap jam pelajaran masing-masing 15 menit untuk mengikuti kegiatan jalan salib dan pertemuan guru pada jam pelajaran terakhir. Lima menit pertama pada pendahuluan, guru menyampaikan bahwa pertemuan kedua akan mengulas kembali materi pada pertemuan pertama, kemudian akan dilakukan postest.


(71)

Gambar 4.3 Siswa mengerjakan posttest siklus 1

Selanjutnya dilakukan tanya jawab antara guru dan siswa mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan pertama selama 25 menit. Setelah dilakukan tanya jawab, posttest siklus 1 dilakukan selama 20 menit. Lembar hasil posttest siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada lampiran 11a dan 11b.

Data nilai posttest siswa siklus 1 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2. Hasil Postest Siswa Kelas XI MIPA1 Siklus 1

No Jenis Data yang Diamati Hasil yang Diperoleh

1 Nilai tertinggi 87

2 Nilai terendah 63

3 Jumlah siswa yang nilainya mencapai KKM (≥ 75)

16 4 Jumlah siswa yang nilainya belum

mencapai KKM (< 75)

8 5 Rata-rata nilai 77,71 6 Ketuntasan klasikal 66,66%


(72)

Siklus 1 diakhiri dengan kegiatan refleksi mengenai pengetahuan baru yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya guru memberikan penugasan kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya. Kegiatan penutup siklus 1 tersebut berlangsung selama 10 menit.

c. Pengamatan

Pengamatan mengenai aktivitas belajar siswa pada siklus 1 dilakukan oleh mitra peneliti selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan berdasarkan format observasi yang digunakan untuk menilai aktivitas dan respon siswa terhadap pemahaman materi sistem saraf dan model pembelajaran guru dengan menggunakan model pembelajaran word square.

Secara umum, sikap dan perilaku siswa yang menunjukan adanya peningkatan akivitas belajar siswa dalam penelitian pada aspek afektif. Aspek afektif berupa antusisme siswa dalam proses pembelajaran, perhatian siswa dalam mendengarkan pendapat dari guru dan teman lain, percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi, terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada proses pembelajaran, serta kerjasama dalam proses pembelajaran. Sedangkan pada aspek psikomotorik berupa memberi nama bagian dari struktur saraf, membuat bagan mekanisme impuls saraf, membuat ringkasan hasil diskusi serta penyampaian hasil diskusi dengan bahasa yang komunikatif terlihat belum menunjukkan peningkatan aktivitas


(1)

188 Lampiran 16

Tabel Hasil Observasi Aspek Psikomorik Siklus 2 KODE

SISWA

Nomor Soal

1 2 3 4 skor %

01 4 3 4 3 14 87,50

02 3 3 3 4 13 81,25

03 3 3 4 3 13 81,25

04 3 4 3 3 13 81,25

05 4 3 3 4 14 87,50

06 4 3 3 3 13 81,25

07 3 4 3 3 13 81,25

08 3 3 4 3 13 81,25

09 3 3 4 3 13 81,25

10 3 4 3 3 13 81,25

11 3 3 3 4 13 81,25

12 4 3 3 3 13 81,25

13 3 4 3 3 13 81,25

14 3 4 4 3 14 87,50

15 3 3 3 4 13 81,25

16 3 3 4 3 13 81,25

17 3 4 3 3 13 81,25


(2)

189

19 4 3 3 3 13 81,25

20 3 4 3 3 13 81,25

21 4 4 3 4 15 93,75

22 3 3 4 3 13 81,25

23 4 3 3 3 13 81,25


(3)

Lampiran 17

Hasil Wawancara

No Pertanyaan Jawaban

Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 1. Apakah anda

antusias dalam mengumpulkan LKS dan lembar jawab test.

Ya, saya sangat antusias.

Ya, saya antusias.

Ya

2. Apakah anda memperhatikan dan mendengarkan pendapat dari teman lain saat diskusi kelompok? Ya, saya memperhatikan dan mendengar kemudian saya mencatat sebagai materi untuk belajar. Ya, saya memperhatikan apa yang disampaikan oleh teman saat diskusi kelompok. Kadang-kadang saya memperhatikan, tetapi kalau presentasi teman-teman tidak begitu menarik saya tidak memperhatikan. 3. Apakah anda

percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusi.

Ya saya merasa percaya diri saat mempresentasikan hasil diskusi kelompok kami, karena saya merasa yakin bahwa hasil diskusi kami maksimal. Lumayan percaya diri. Lumayan percaya diri.

4. Apakah anda terbuka terhadap kritik dan saran

Ya. Sangat membantu kelompok untuk

Ya, karena bisa melengkapi jawaban

Ya, bisa membanu kami unuk


(4)

teman/kelompok lain pada proses pembelajaran. melengkapi informasi yang diangap belum lengkap. Selain itu juga menambah pengetahuan baru bagi saya dan kelompok. kelompok kami yang belum sempurna. mengetahui materi yang lebih luas.

5. Apakah anda bekerjasama dalam proses pembelajaran.

Ya. Saat diskusi saya berusaha untuk bekerja sama dengan teman-teman di dalam kelompok. Tetapi saya tidak bekerja sama saat ada test, karena tidak membantu saya untuk bisa mengerti pelajaran yang sudah saya pelajari.

Ya, tetapi tidak saat pretest dan posttest berlangsung. Ya, saya bekerjasama ketika diskusi kelompok dan saat presentasi di depan kelas.

6. Menurutmu, bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan model word square? Ini model pembelajaran yang baru diterapkan pada pelajaran biologi jadi dengan model ini membuat pelajaran menjadi lebih asik dan tidak membuat saya mengantuk di dalam kelas.

Seru, kami berlomba-lomba dengan kelompok lain untuk bisa mendapatkan kata di dalam kotak. Tidak monoton, jadi tidak membuat kami bosan dengan penjelasan guru.

7. Menurutmu, apa letak kelebihan proses pembelajaran dalam menggunakan

Tidak cepat bosan. Ini model pembelajaran baru yang saya dapat

Tidak berpusat pada guru. Lebih melatih siswa untuk Membuat siswa lebih aktif. Seperti bermain sambil belajar,


(5)

model word square? selama belajar biologi.

bekerjasama dan kompak dalam mengerjakan LKS.

sehingga saya bersemangat ketika mengerjakan LKS. 8. Menurutmu, apa

letak kekurangan proses pembelajaran dalam menggunakan model word square?

Tidak ada. Menurut saya belajar mengunakan model ini tidak ada

kekurangannya.

Tidak ada kekurangan.

Tidak ada kekurangan.


(6)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

3 12 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PNEUMATIK DAN HIDROLIK.

0 3 31

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOFERATIFTIPEJIGSAW PADA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN POKOK BAHASAN WAKTU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 33

Pemanfaatan media animasi dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAK Frateran Ndao Ende pada materi sistem ekskresi.

0 1 209

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe learning together untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar akuntansi pokok bahasan jurnal siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial SMAK Sang Timur Yogyakarta.

0 3 195

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KELAS V SD

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS DI KELAS MIPA C SEMESTER 4 SMAK FRATERAN MAUMERE SKRIPSI

0 0 20

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MEDIA BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS DI SMAK FRATERAN SURABAYA SKRIPSI

0 0 17

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN MOBILE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB POKOK BAHASAN SISTEM SARAF KELAS XI SMAN 6 KOTA CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 26

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LISTENING TEAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN KOLOID DI KELAS XI SMAN 10 PEKANBARU

0 0 8