Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe learning together untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar akuntansi pokok bahasan jurnal siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial SMAK Sang Timur Yogyakarta.

(1)

ix ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI

POKOK BAHASAN JURNAL

SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMAK SANG TIMUR YOGYAKARTA

Hironimus Masu Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan pada saat yang sama meningkatkan hasil belajar Akuntansi siswa pada pokok bahasan jurnal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. Penelitian ini berlangsung dalam satu siklus dengan kegiatan Perencanaan, Tndakan, Observasi dan Refleksi

Penelitian ini dilaksanakan di SMAK Sang Timur Yogyakarta. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI Ilmu Sosial, tahun akademik 2007/2008. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengacu pada apa yang dikemukakan oleh Creswell (1998: 142) yakni observasi, wawancara, dokumen dan materi audio-visual serta teknik sosiogram dari Frederick J McDonald (Reed dan Bergermann, 1992: 15) untuk mengamati interaksi antar siswa dalam kelompok kooperatif. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran yang meliputi tingkat partisipasi siswa dalam diskusi kelas, tingkat interaksi siswa dalam kelompok kooperatif dan kualitas hasil belajar Akuntansi siswa pada pokok bahasan jurnal yang meliputi tingkat kemampuan kelompok mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), tingkat kemampuan siswa merangkum materi, dan tingkat daya serap siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar Akuntansi siswa pada pokok bahasan jurnal mencapai indikator keberhasilan (target) yang telah ditentukan.


(2)

x ABSTRACT

IMPLEMENTING THE LEARNING TOGETHER TYPE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL

TO IMPROVE THE QUALITY OF TEACHING LEARNING PROCESS AND STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT ON ACCOUNTANCY

SUBJECT AT JOURNAL TOPIC OF 11th GRADERS OF SOCIAL SCIENCE

OF “SANG TIMUR” SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA

Hironimus Masu Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research was aimed to improve the quality of learning process and to improve students’ achievement learning on accountancy subject at journal topic by using the application of Learning Together type of Cooperative Learning model. This research was conducted in one cycle consisted of planning, action, observation and reflection.

This research was conducted in “SMAK Sang Timur” Yogyakarta. The research subject is the XI grade students of social science, academic year: 2007/2008. The data gathering technique used in this research referred to what Creswell said (1998:142), namely observation, interview, document actions and audio-visual material. Sosiogram technique of Frederick J. McDonald (Reed and Bergerman, 1992:15) was also used to observe the interaction between the students in cooperative group. The analysis data was descriptive-qualitative. The quality of the teaching learning process was measured by students’ participation level in both a whole class discussion, and the students’ interaction level in cooperative group. Meanwhile, the quality of the students’ learning achievement on accountancy subject at journal topic was measured by groups’ capability in doing the worksheet, students’ capability level in summarizing the teachers presentation and students’ capability in material comprehension.

The research result showed that the use of Learning Together type of cooperative learning model has improved the quality of teaching learning process and accounting learning achievement of the students’ at journal topic which was proved by the accomplishment of the determined indicators.


(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI

POKOK BAHASAN JURNAL

SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMAK SANG TIMUR YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Hironimus Masu NIM: 031334007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(4)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI

POKOK BAHASAN JURNAL

SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMAK SANG TIMUR YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Hironimus Masu NIM: 031334007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(5)

(6)

(7)

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Januari 2008 Penulis


(9)

vi

Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya

orang perbuat kepadamu,

Perbuatlah demikian juga kepada mereka


(10)

vii KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga skripsi dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI POKOK BAHASAN JURNAL SISWA KELAS XI SMAK SANG TIMUR YOGYAKARTA” dapat penulis selesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kependidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam proses menyelesaikan skripsi ini banyak pihak terlibat memberi petunjuk, bimbingan dan bantuan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih berlimpah kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan selaku anggota tim ahli (validator) yang telah turut memberikan masukan yang sangat berarti bagi penulis.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.


(11)

viii

4. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan petunjuk bagi penulis dengan penuh kesabaran.

5. Ibu Dra. Th. Retno Hartutiningsih, selaku Kepala Sekolah SMAK Sang Timur Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti unt uk melaksanakan penelitian ini.

6. Ibu Dra. Ag. Eria Budiati. selaku guru Akuntansi SMAK Sang Timur Yogyakarta sekaligus sebagai partner peneliti yang telah membantu memperlancar penelitian ini.

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan selama proses perkuliahan.

8. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. dan teman-teman mahasiswa angkatan 2003 khususnya (Yayik, Heny, Richa, Nining, Ari, Dege, Rini, Puput, Ari, Hantoro, Ari, Yudo ) yang telah memberikan banyak masukan selama perkuliahan mata kuliah Seminar Penelitian.

9. Siswa/i kelas XI SMAK Sang Timur Yogyakarta angkatan 2007/2008 yang telah membantu peneliti memperlancar jalannya kegiatan pembelajaran dan penelitian ini.

10.Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses pembelajaran selama ini.

11.Orang tua dan kakak, adik serta semua pihak yang dengan caranya masing- masing ikut mendukung penulis dalam upaya penyelesaian tugas akhir ini.


(12)

ix ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI

POKOK BAHASAN JURNAL

SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMAK SANG TIMUR YOGYAKARTA

Hironimus Masu Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan pada saat yang sama meningkatkan hasil belajar Akuntansi siswa pada pokok bahasan jurnal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. Penelitian ini berlangsung dalam satu siklus dengan kegiatan Perencanaan, Tndakan, Observasi dan Refleksi

Penelitian ini dilaksanakan di SMAK Sang Timur Yogyakarta. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI Ilmu Sosial, tahun akademik 2007/2008. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengacu pada apa yang dikemukakan oleh Creswell (1998: 142) yakni observasi, wawancara, dokumen dan materi audio-visual serta teknik sosiogram dari Frederick J McDonald (Reed dan Bergermann, 1992: 15) untuk mengamati interaksi antar siswa dalam kelompok kooperatif. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran yang meliputi tingkat partisipasi siswa dalam diskusi kelas, tingkat interaksi siswa dalam kelompok kooperatif dan kualitas hasil belajar Akuntansi siswa pada pokok bahasan jurnal yang meliputi tingkat kemampuan kelompok mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), tingkat kemampuan siswa merangkum materi, dan tingkat daya serap siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar Akuntansi siswa pada pokok bahasan jurnal mencapai indikator keberhasilan (target) yang telah ditentukan.


(13)

x ABSTRACT

IMPLEMENTING THE LEARNING TOGETHER TYPE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL

TO IMPROVE THE QUALITY OF TEACHING LEARNING PROCESS AND STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT ON ACCOUNTANCY

SUBJECT AT JOURNAL TOPIC OF 11th GRADERS OF SOCIAL SCIENCE

OF “SANG TIMUR” SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA

Hironimus Masu Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research was aimed to improve the quality of learning process and to improve students’ achievement learning on accountancy subject at journal topic by using the application of Learning Together type of Cooperative Learning model. This research was conducted in one cycle consisted of planning, action, observation and reflection.

This research was conducted in “SMAK Sang Timur” Yogyakarta. The research subject is the XI grade students of social science, academic year: 2007/2008. The data gathering technique used in this research referred to what Creswell said (1998:142), namely observation, interview, document actions and audio-visual material. Sosiogram technique of Frederick J. McDonald (Reed and Bergerman, 1992:15) was also used to observe the interaction between the students in cooperative group. The analysis data was descriptive-qualitative. The quality of the teaching learning process was measured by students’ participation level in both a whole class discussion, and the students’ interaction level in cooperative group. Meanwhile, the quality of the students’ learning achievement on accountancy subject at journal topic was measured by groups’ capability in doing the worksheet, students’ capability level in summarizing the teachers presentation and students’ capability in material comprehension.

The research result showed that the use of Learning Together type of cooperative learning model has improved the quality of teaching learning process and accounting learning achievement of the students’ at journal topic which was proved by the accomplishment of the determined indicators.


(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Definisi Operasional ... 8

D. Batasan Penelitian ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Tinjauan Teoretis ... 13

1. Pengertian Cooperative Learning ... 13

2. Metode Cooperative Learning ... 14

a. Student Team Learning ... 14

b. Tipe Jigsaw ... 17

c. Learning Together ... 17


(15)

xii

3. Unsur-Unsur Cooperative Learning ... 18

a. Saling Ketergantunga n Positif ... 19

b. Tanggung jawab Perseorangan ... 19

c. Tatap Muka ... 19

d. Komunikasi Antar Anggota ... 20

e. Evaluasi Proses Kelompok ... 20

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning . 21 B. Penelitian Tindakan Kelas ... 23

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 23

2. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas ... 24

3. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 26

C. Mata Pelajaran Ekonomi ... 27

D. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 29

E. Kerangka Berpikir ... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 39

D. Pengumpulan dan Analisis Data ... 39

E. Jadwal Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 44

1. Perencanaan ... 44

2. Tindakan ... 45

3. Observasi ... 48

4. Refleksi ... 48

B. Hasil Penelitian ... 51


(16)

xiii

2. Hasil Belajar ... 53

C. Pembahasan ... 56

1. Kualitas Proses Pembelajaran ... 58

a. Partisipasi Siswa Mengajukan Pertanyaan atau ide .... 58

b. Partisipasi Siswa Menjawab Pertanyaan ... 61

c. Interaksi Siswa Dalam Kelompok Kooperatif ... 64

2. Hasil Belajar Siswa ... 72

a. Kemampuan Siswa Merangkum Presentasi Guru ... 72

b. Kemampuan Siswa Mengerjakan LKS ... 75

c. Kemampuan Siswa Mengerjakan Kuis ... 78

BAB V KESIMPULAN , SARAN DAN KETERBATASAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

C. Keterbatasan ... 83


(17)

xiv DAFTAR TABEL

Tabel III.1: Indikator Keberhasilan Tindakan... 38

Tabel III.2: Proses Pengumpulan Data, ... 42

Tabel III.3: Jadwal Penelitian ... 43

Tabel IV.1: Kegiatan Pembelajaran ... 45

Tabel IV.2: Kegiatan Observasi ... 48

Tabel IV.3: Partisipasi Siswa Mengajukan Pertanyaan/Ide ... 52

Tabel IV.4: Partisipasi Siswa Menjawab Pertanyaan... 52

Tabel IV.5: Interaksi Antarsiswa dalam Kelompok ... 53

Tabel IV.6: Hasil Belajar Siswa ... 59

Tabel IV.7: Rangkuman Hasil LKS ... 55

Tabel IV.8: Hasil Rangkuman ... 55

Tabel IV.9: Hasil Kuis ... 55

Tabel IV.10: Nilai Rata-rata Hasil Belajar ... 55

Tabel IV.11: Rangkuman Kualitas Proses dan Hasil Belajar ... 56

Tabel IV.12: Kondisi Awal, Indikator Keberhasilan, ... 56

Tabel IV.13: Sosiogram Interaksi Siswa (10 menit awal) ... 64

Tabel IV.14: Sosiogram Interaksi Siswa (20 menit berikut)... 66

Tabel IV.15: Rangkuman Sosiogram (20 menit) ... 67

Tabel IV.16: Sosiogram Interaksi Siswa (10 menit awal) ... 67

Tabel IV.17: Sosiogram Interaksi Siswa (20 menit berikut) ... 68


(18)

xv DAFTAR GAMBAR


(19)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 88

Lampiran 2. Soal Latihan 1 ... 100

Lampiran 3. Kunci Jawaban Soal Latihan 1 ... 101

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa 1 ... 102

Lampiran 5. Data Mentah Pertemuan: Senin, 1 Oktober 2007 ... 114

Lampiran 6. Data Mentah Pertemuan : Senin, 8 Pktober 2007... 117

Lampiran 7. Data Mentah Pertemuan: Senin, 22 Oktober 2007 ... 118

Lampiran 8. Soal Latihan 2 ... 120

Lampiran 9. Kunci Jawan Soal Latihan 2 ... 121

Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa 2 ... 122

Lampiran 11. Data Mentah Pertemuan: Senin, 29 Oktober 2007 ... 129

Lampiran 12. Hasil Rangkuman Presentasi Materi ... 133

Lampiran 13. Pemetaan Kemampuan Siswa ... 150

Lampiran 14. Kelompok Kooperatif ... 151

Lampiran 15. Soal Kuis ... 152

Lampiran 16. Kunci Jawaban Kuis ... 154

Lampiran 17. Lembar Kerja Siswa (Kuis) ... 155

Lampiran 18. Soal Pretes ... 168

Lampiran 19. Kunci Jawaban Pretes ... 169

Lampiran 20. Lembar Kerja Siswa (Pretes) ... 170

Lampiran 21. Surat Keterangan Kepala Sekolah ... 178


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap orang ingin sukses dan berhasil dalam mengerjakan suatu aktivitas tertentu, termasuk kesuksesan di dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu ciri sukses dalam kegiatan berlajar mengajar adalah memperoleh hasil (prestasi) belajar yang tinggi. Hasil belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.

Ada dua faktor yang berhubungan dengan kesuksesan seseorang dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu faktor intern dan faktor ekstern peserta didik. Faktor intern merupakan faktor- faktor yang berasal atau bersumber dari diri pribadi peserta didik, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berasal atau bersumber dari luar diri pribadi peserta didik. Faktor intern tersebut meliputi: prasyarat belajar, yaitu pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seorang siswa sebelum dia mengikuti suatu kegiatan pembelajaran; keterampilan belajar yang dimiliki siswa yang meliputi cara-cara yang berkaitan dengan mengikuti kegiatan belajar mengajar, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok, mempersiapkan ujian, menindaklanjuti hasil ujian dan mencari sumber belajar; kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, cita-cita, dan hubungannya dengan orang lain.


(21)

Faktor eksternal antara lain meliputi: proses belajar mengajar, sarana belajar, lingkungan belajar yang meliputi lingkungan fisik seperti suasana rumah atau sekolah, dan kondisi sosial ekonomi keluarga. Salah satu faktor ekstern yang turut mendukung hasil belajar siswa adalah proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar salah satu komponen yang perlu mendapat perhatian guru adalah metode pengajaran. Metode pengajaran dalam proses pembelajaran merupakan salah satu unsur yang turut menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

Sejak tahun 2004 telah diterapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan kini telah berubah menjadi kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang menggunakan paradigma pembelajaran konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi yang kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut denga n: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan bagi siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar (Sagala, 2005: 88).

Dalam prakteknya, pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan seperangkat fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah


(22)

menjadi pilihan utama strategi belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih memperlihatkan proses transfer pengetahuan atau konsep-konsep dari guru kepada peserta didik.

Hal ini juga yang dicemaskan oleh guru Ekonomi SMAK Sang Timur Yogyakarta sehingga dalam kegiatan pembelajaran ia mengkombinasikan beberapa metode pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok. Guru berusaha untuk melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam bentuk kelompok diskusi maupun kelompok presentasi.

Kelompok presentasi dibentuk dengan cara penarikan undian. Hal yang tak terhidarkan dalam pembentukan kelompok dengan cara ini adalah bahwa ada kelompok yang semua anggotanya berkemampuan tinggi, ada kelompok yang anggotanya terdiri dari campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah, ada pula kelompok yang semua anggotanya berkemampuan rendah. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kegiatan presentasi materi pembelajaran, dan pada akhirnya juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa serta kualitas proses pembelajaran. Sedangkan untuk kelompok diskusi, pembagiannya berdasarkan urutan meja belajar, dua siswa depan berpasangan dengan dua siswa dibelakangnya, dan seterusnya.

Menurut pengamatan peneliti dalam beberapa kali kegiatan pembelajaran di kelas, setiap kali tatap muka ada sekitar satu sampai dua dari 31 siswa (3 – 7%) yang mengemukankan pertanyaan atau ide kepada guru atau kelompok penyaji materi.


(23)

Kegiatan diskusi kelompok juga berjalan kurang optimal, dari delapan kelompok diskusi hanya sekitar dua atau tiga kelompok (25-37%) yang telihat cukup interaktif, artinya ada usaha untuk saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Sisanya cenderung bekerja sendiri-sendiri dalam kelompok, bahkan ada yang sama sekali tidak ikut mengerjakan tugas atau soal latihan. Akibatnya, tugas yang seharusnya diselesaikan dalam waktu 20 menit tidak selesai dikerjakan. Tugas kelompok yang tidak selesai dikerjakan ini, oleh guru dijadikan tugas individu (pekerjaan rumah). Dari 31 siswa kelas XI ilmu sosial yang mengerjakan tugas hanya sekitar 32,26%, sisanya tidak mengerjakan tugas dengan alasan tidak tahu cara mengerjakannya.

Dalam pembicaraan dengan guru Ekonomi kelas XI Ilmu Sosial SMAK Sang Timur diperoleh informasi bahwa, guru telah berupaya untuk melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, tetapi masih banyak siswa yang sulit memahami konsep-konsep Akuntansi seperti menganalisis bukti transaksi, menjurnal transakasi keuangan berdasarkan bukti transaksi, membuat posting, laporan keuangan dan juga jurnal penyesuaian. Siswa mengalami kesulitan dalam menganalisis suatu transaksi, bagaimana pengaruh suatu transaksi terhadap elemen-elemen persamaan akuntansi (aktiva, kewajiban, modal, pendapatan atau biaya). Akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam mencatat sebuah transaksi ke dalam jurnal umum. Misalnya, transaksi “pendapatan jasa” ada siswa yang menjurnalnya dengan mendebit modal dan mengkredit harta. Atau ada juga yang mendebit Kas dan mengkredit Modal. Bahkan ada siswa yang mecatat kembali transaksi tersebut dalam kolom keterangan.


(24)

Hal ini menunjukkan bahwa upaya guru untuk membantu siswa memahami konsep-konsep dasar akuntansi, secara khusus tentang ‘jurnal’ dengan melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar seperti adanya kelompok presentasi dan kelompok diskusi belum mendapat perhatian serius dari siswa. Siswa cenderung berkerja sendiri-sendiri dalam kelompok diskusi. Kecenderungan siswa untuk bekerja sendiri menunjukkan bahwa kebiasaan untuk belajar bersama dalam kelompok belum terbentuk.

Untuk mengatasi masalah di atas, diperlukan sebuah strategi belajar mengajar ‘baru’ yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar mengajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta- fakta, tetapi sebuah strategi pembelajaran yang mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Ada berbagai alternatif model pembelajaran yang bisa digunakan seperti model pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivis dan setting kontekstual. Pendekatan konstruktivis adalah pendekatan pembelajaran yang meungkinkan pengetahuan dikonstruksi secara individual dan dikonstruksi bersama secara sosial oleh pelajar berdasarkan interpretasi terhadap pengalaman. Sedangkan setting kontekstual adalah rancangan pembelajaran yang membantu pengajar menghubungkan materi ajar dengan situasi dunia yang nyata dan memotivasi pelajar agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupann sehari- hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat, sehingga merangsang partisipasi siswa. Selain itu ada juga model pembelajaran Problem- Based Learning yang menekankan bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal informasi tetapi bagaimana menggunakan informasi yang ada dan berpikir secara


(25)

kritis untuk memecahkan masalah di dunia nyata. Atau pendekatan lainnya seperti Inquiry-Based Learning dan Cooperative Learning. Inquiry-Based Learning (Belajar berbasis inkuiri) yaitu belajar yang berawal dari bertanya pada diri sendiri dan kemudian berupaya untuk mencari sendiri jawabannya. Sedangkan Cooperative Learning (Belajar bekerja sama), merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan aspek kerja sama dalam memecahkan suatu persoalan. Sebuah model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dari teman sebayanya dalam sebuah kelompok kooperatif.

Dari beberapa alternatif model pembelajaran di atas, dalam penelitian ini peneliti memilih model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) sebagai salah satu strategi alternatif yang diharapkan dapat membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, meningkatkan kemampuan siswa bekerja sama dengan orang lain, meningkatkan kualitas proses dan pada saat yang sama meningkatkan hasil belajar siswa.

Falsafah yang mendasari model pembelajaran cooperative learning adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Karena itu, kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Tanpa kerja sama kehidupan ini sudah punah. Ironisnya, model pembelajaran cooperative learning belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan.


(26)

Alasan utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup (Anita Lie, 2007: 28).

Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekadar belajar bersama dalam kelompok. Ada unsur- unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan seperti unsur saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi kelompok.

Model belajar cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, dengan berkerja secara bersama-sama di antara sebersama-sama anggota kelompok, meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar. Suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi ya ng saling percaya, terbuka, dan rileks diantara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberikan masukan di antara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan moral, serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran.

Ada berbagai tipe cooperative learning yaitu Student Teams Learning: Student Teams Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Teams Assisted Individualization (TAI), Cooprative Integrated Reading and Composition (CIRC); Jigsaw; Learning Together; Group Investigation. Dalam penelitian ini, peneliti memilih model pembelajaran cooperative learning tipe Learning Together untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran Akuntansi


(27)

dengan pokok bahasan jurnal umum pada perusahaan jasa bagi siswa kelas XI SMAK Sang Timur Yogyakarta.

Tipe ini dipilih karena merupakan tipe yang paling sederhana dari keempat model pembelajaran kooperatif, dan diyakini cocok denga n situasi siswa yang cenderung untuk belajar lebih efisien dalam kelompok atau belajar secara bersama-sama (cooperative). Selain itu, tipe pembelajaran ini menunjukkan adanya keseimbangan peran antara guru sebagai salah satu sumber belajar dan peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara individual dan sosial (Michaelis & Rushdoony, 1987: 68).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat meningkatkan kualitas proses belajar akuntansi pokok bahasan jurnal siswa kelas XI Ilmu Sosial SMAK Sang Timur Yogyakarta?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pokok bahasan jurnal siswa kelas XI Ilmu Sosial SMAK Sang Timur Yogyakarta?

C. Definisi Operasional

Definisi operasional untuk istilah-istilah dalam rumusan masalah penelitian di atas adalah sebagai berikut:


(28)

1. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antara siswa dalam grup yang bersifat sosial dan masing- masing siswa bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani.

2. Tipe Learning Together adalah salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a. Guru melakukan presentasi bahan pelajaran;

b. Siswa dala m kelompok heterogen (terdiri dari empat sampai lima siswa) mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok.

c. Siswa secara individual mengerjakan kuis. Guru menilai hasil kerja individual.

3. Kualitas proses pembelajaran adalah tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, seperti nampak dalam:

a. Partisipasi siswa dalam diskusi kelas pada saat presentasi materi pelajaran oleh guru, yaitu keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru, mengajukan pertanyaan kepada guru, mengemukakan pendapat, menanggapi pendapat siswa lain.

b. Keterlibatan siswa dalam kelompok seperti berbagi informasi (sharing of information), berbagi tafsiran (sharing of interpretation), dan menegosiasi makna (negotiation of meaning)

4. Kualitas hasil belajar adalah tingkat kemamp uan atau prestasi siswa mengolah materi pelajaran, seperti ditunjukkan oleh:


(29)

a. Kemampuan siswa merangkum presentasi guru dalam catatan; b. Kemampuan kelompok mengerjakan lembar kerja;

c. Kemampuan siswa mengerjakan soal kuis/tes.

5. Jurnal adalah salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran Ekonomi.Jurnal yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Jurnal umum pada perusahaan jasa (selanjutnya penulis hanya akan menggunakan term ‘jurnal’). Materi pembelajaran jurnal terdiri dari pengertian jurnal, fungsi jurnal, jenis jur nal dan bentuk jurnal.

D. Batasan Penelitian

Menyadari berbagai fenomena yang timbul dan disesuaikan dengan definisi operasional di atas maka lingkup penelitian ini dibatasi pada segi-segi berikut:

1. Kualitas proses pembelajaran dibatasi pada partisipasi siswa dalam diskusi kelas pada saat presentasi guru dan interaksi siswa dalam kegiatan kelompok. 2. Kualitas hasil pembelajaran dibatasi pada kemampuan siswa merangkum

presentasi guru dalam catatan, kemampuan kelompok dalam mengerjakan lembar kerja, dan kemampuan siswa dalam mengerjakan kuis.

3. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI Ilmu Sosial SMAK Sang Timur Yogyakarta.


(30)

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar Akuntansi-pokok bahasan jurnal siswa kelas XI Ilmu Sosial SMAK Sang Timur Yogyakarta melalui pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. Secara lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk:

a. Meningkatkan hasil belajar Akuntansi-pokok bahasan jurnal siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif.

b. Meningkatkan kualitas proses belajar Akuntansi-pokok bahasan jurnal siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi para guru, siswa dan sekolah dalam kegiatan pembelajaran.

1. Bagi para guru dari rumpun Ekonomi, penelitian dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran khususnya Ekonomi-pokok bahasan jurnal.

2. Bagi siswa, peningkatan kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran oleh guru melalui model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together akan berpengaruh pada peningkatan kualitas mereka dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Siswa lebih menguasai materi yang mereka pelajari, lebih menyenangi belajar yang bernuansa perhitungan dan analisa, lebih berani dan terampil bertanya dan menjelaskan. Selain itu, mereka juga lebih berkembang dalam sikap kepedulian dan tanggung jawab sosialnya.


(31)

3. Bagi Sekolah manfaatnya adalah sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan sumber-sumber belajar, selain dapat menjadi model untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bidang studi yang lainnya. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka pembinaan dan penentuan kebijakan terkait dengan pembelajaran bidang studi Ekonomi- Akuntansi, misalnya meningkatkan kualitas dan kompetensi guru untuk melaksanakan model pembelajaran kooperatif melalui kegiatan pelatihan.


(32)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoretis

1. Pengertian Cooperative Learning

Menurut Robert Slavin (Solihatin dan Raharjo, 2007: 4), cooprative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan Robert J. Stahl (Solihatin dan Raharjo, 2007: 5), mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Atau seperti yang dikemukakan oleh Kagan (1994: 8), cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar pelajar dalam grup yang bersifat sosial dan masing- masing pelajar bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani. Selain itu, Nurhadi (2004: 112), menjelaskan cooperative learning sebagai pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan, dan


(33)

keterampilan dengan bekerjasama dengan siswa lainnya. Mereka akan saling membutuhkan dalam setiap kegiatan belajar karena tiap anggota mempunyai peranan penting untuk menyelesaikan tugas-tugas atau latihan.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, Hamid Hasan dan Konasih (Solihatin dan Raharjo, 2007: 5-6), mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning, pengembangan kualitas diri siswa dapat dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif, maupun konatif.

Untuk itu, suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi dengan sikap saling percaya, terbuka, dan rileks diantara anggota kelompok sangat penting karena memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberikan masukan diantara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran.

2. Metode Cooperative Learning

Slavin (1995: 71-144), atau Slavin (Lorin W. Anderson, 1995: 140-141) memperkenalkan empat metode pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Student Team Learning

Student Team Learning (STL) adalah metode yang dikembangkan dan dipelajari di Universitas John Hopkins. Semua metode pembelajaran kooperatif memberikan ide bahwa siswa belajar bekerja bersama dan bertanggung jawab atas keberhasilan tim mereka. Tiga konsep inti dari metode Student Team Learning


(34)

adalah “hadiah tim” (team rewards), “akuntabilitas individu” (individual accountability), dan “peluang bersama untuk berhasil” (equal opportunity for succes). Pada prinsipnya ada empat metode Student Team Learning yang secara luas dikembangkan dan diteliti, yaitu:

1) Student Teams Achievement Division (STAD)

Student Teams Achievement Division (STAD) diawali dengan presentasi oleh guru, kemudian dilanjutkan dengan kerja kelompok. Para siswa dikelompokkan menurut jenis kelamin, etnis atau menurut tingkat kemampuan. Tiap kelompok terdiri dari empat atau lima orang, yang terdiri dari seorang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, guru memberi kunci jawaban soal dan meminta mereka memeriksa hasil kerja. Kemudian guru mengadakan kuis.

2) Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) merupakan metode pembelajaran cooperetive learning pertama yang diterapkan di John Hopkins University. Hampir sama dengan STAD, ada presentasi materi pelajaran oleh guru, tidak ada kuis tetapi hasil belajar dievaluasi dengan permainan akademik seperti cerdas cermat. Siswa berkompetisi sebagaimana dalam sebuah turnamen untuk mengumpulkan poin. Skor tim secara keseluruhan ditentukan oleh prestasi kelompok.


(35)

3) Team Assisted Individualization (TAI)

Hampir sama dengan STAD dan TGT, tetapi dalam TAI ada kombinasi antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Siswa bekerja dalam tim tetapi tiap anggota tim bekerja pada unit yang berbeda. Anggota tim bisa mengecek pekerjaan teman dan membantu teman yang mengalami kesulitan atau masalah. Saat ujian masing- masing anggota tim bekerja tanpa dibantu oleh anggota tim lainnya. Hasil kerja tim, hasil tes akhir, point ekstra dan tugas-tugas rumah kemudian dikumpulkan dan tim yang memperoleh skor tertinggi diberikan hadiah. TAI didesain khusus untuk pengajaran matematika bagi siswa kelas tiga sampai kelas enam.

4) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Metode Student Team Learning yang terbaru adalah program komprehensif yang digunakan dalam pembelajaran membaca dan menulis pada tingkat sekolah dasar yang disebut Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Dalam CIRC, siswa dalam kelompok homogen atau heterogen yang terdiri dari tiga sampai enam orang, belajar membaca ceritera, membuat rangkuman atas ceritera, menulis tanggapan-tanggapan tentang ceritera, praktek mengeja (spelling), decoding dan vocabulary. Siswa bekerja secara total dalam tim untuk menemukan ide- ide utama dan keterampilan pemahaman lainnya. Kuis dilakukan hanya setelah semua anggota tim merasa siap.


(36)

b. Tipe Jigsaw

Jigsaw didesain oleh Elliot dan rekan-rekannya. Slavin kemudian memodifikasi metode ini dan menerapkannya di John Hopkins University yang disebut Jigsaw II. Dalam metode Jigsaw siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima sampai enam orang, masing- masing anggota tim mempelajari satu bagian dari materi pelajaran. Anggota tim dari masing- masing tim yang mempelajari materi yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk membahas bagian mereka dan kemudian masing- masing anggota tim kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian guru mengadakan kuis.

c. Learning Together

David dan Roger Johnson dan kolega mereka di Universitas Minnestosa berusaha untuk mengembangkan salah satu model cooperative learning yaitu learning together. Metode ini sama dengan STAD yakni menggunakan kelompok belajar yang heterogen dan menekankan aspek ketergantungan positif serta tanggung jawab individu.

Guru melakukan presentasi bahan pelajaran. Setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri dari empat sampai lima orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual me ngerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual. Metode ini menekankan empat elemen pokok, yaitu:


(37)

1. Tatap muka: Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima anggota.

2. Ketergantungan positif: Siswa bekerja bersama untuk memcapai tujuan kelompok.

3. Tanggung jawab individu: Siswa harus menunjukkan bahwa ia secara pribadi menguasai materi.

4. Keterampilan interpersonal (keterampilan sosial): Siswa harus belajar bekerja bersama secara efektif dan mendiskusikan bagaimana kelompok mereka berusaha untuk mencapai tujuan kelompok.

d. Group Investigation

Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Setiap siswa diharapkan menerima tanggung jawab untuk mempelajari materi yang diberikan kepadanya, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan menentukan bagaimana cara mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh siswa di kelas.

3. Unsur-Unsur Cooperative Learning

Menurut Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2002: 30-36), ada lima unsur yang harus dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif yaitu:


(38)

a. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Kerjasama dan usaha setiap anggota kelompok turut mempengaruhi keberhasilan kelompok. Abdurrahman dan Bintoro (Nurhadi, 2004:112-113) menjelaskan bahwa saling ketergantungan ini dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan mencapai tujuan, (b) saling ketergantungan menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing- masing. Interaksi tatap muka semacam ini sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Sinergi tidak bisa didapatkan begitu


(39)

saja dalam sekejap, tapi merupakan proses kelompok yang cukup panjang. Para anggo ta kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

d. Komunikasi antar Anggota

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu menjelaskan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

Menurut Kagan (1994: 15), keberagaman pengelompokan perlu mendapat perhatian dari guru, karena siswa yang bekerja dalam kelompok yang anggotanya beragam baik dari segi kemampuan, ketertarikan, etnis, maupun jenis kelamin dan status sosial akan turut menunjang komunikasi dan kerjasama antar anggota kelompok demi tercapainya tujuan kelompok.

e. Evaluasi Proses Kelompok

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang


(40)

beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

4. Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Cooperative Learning

Menurut Slevin dan Stahl (Solihatin dan Raharjo, 2007: 10-12), langkah-langkah pembelajan kooperatif dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut:

a. Langkah pertama adalah merancang rencana pembelajaran. Pada langkah ini perlu ditetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran, sikap dan keterampilan sosial yang diharapkan dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Dalam perancangan proses pembelajaran, materi dan tugas-tugas perlu distruktur sedemikian rupa sehingga mencerminkan sistem kerja dalam kelompok-kelompok kecil. Artinya, bahwa materi dan tugas-tugas itu adalah untuk dibelajarkan dan dikerjakan secara bersama dalam dimensi kerja kelompok. Agar kegiatan belajar bersama dalam kelompok berjalan baik dan efektif maka, pada tahap ini perlu dijelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran. Hal ini mutlak perlu, karena dengan demikian siswa tahu dan memahami apa yang harus dilakukannya selama proses belajar mengajar berlangsung.

b. Langkah kedua, merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Pada tahap ini, dalam menyampaikan materi, guru tidak lagi menyampaikan materi


(41)

secara panjang lebar, karena pemahaman dan pendalaman materi akan berlangsung dalam kelompok. Guru hanya menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan siswa mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan. Pada saat kegiatan belajar dalam kelompok kecil, guru mulai melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya.

c. Langkah ketiga adalah observasi kegiatan belajar siswa. Selama melakukan observasi, guru berusaha untuk mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi, sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung. Pemberian pujian dan kritik yang membangun merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan pada tahap ini.

d. Langkah kempat adalah presentasi hasil kerja kelompok. Masing- masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya. Setelah kegiatan presentasi berakhir, guru mengajak siswa untuk membuat refleksi diri terhadap proses pembelajaran, dengan tujuan untuk melihat dan sekaligus memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada atau sikap serta perilaku menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran.


(42)

B. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Salah satu penelitian yang bersifat terapan yang dapat digunakan untuk peningkatan kualitas pembelajaran adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Sanford (1970: 4), penelitian tidakan adalah:

“Analysis, fact finding, conceptualization, planning, execution, more fact finding or evauation; an then a repatition of this whole circle of activities; indeed, aspiral ofsuch circles”.

Dari kutipan ini dapat disimak bahwa penelitian tindakan merupakan suatu tindakan yang siklustis yang bersifat menyeluruh, yang terdiri dari analisis, penemuan fakta, konseptualisasi, perencanaan, pelaksanaan, penemuan fakta tambahan dan evaluasi. Sedangkan menurut Kemmis (1993: 42), penelitian tindakan adalah:

“a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situation in wich practices are carried out”.

Menurut Kemmis, penelitian tindakan merupakan sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial termasuk kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari (a) praktek-praktek sosial maupun kependidikan, (b) pemahaman terhadap praktek-praktek tersebut, dan (c) situasi pelaksanaan praktek-praktek pembelajaran.


(43)

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan, seperti yang dijelaskan oleh Sanford dan Kemmis diatas. Dan Arikunto (2007: 2-3) merinci pengertian tindakan kelas sebagai berikut:

a. Penelitian- menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan- menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang senagaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

c. Kelas- menunjuk pasa sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Berdasarkan batasan pengertian tiga kata inti di atas, Arikunto menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Lebih tegas lagi dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian yang dilakukan secara sistematis dan reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar, yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.

2. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Hopkins (1993: 57-61) menyebutkan dan menjelaskan bahwa ada enam prinsip dasar yang menjadi dasar pijak bagi pelaksanaan penelitian tindakan kelas.


(44)

a. Prinsip pertama bahwa tugas dosen dan guru yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklustis sampai dengan terjadinya peningkatan, perbaikan, atau ‘kesembuhan’ sistem, proses, hasil, dan sebaginya.

b. Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu, persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation), dan refleksi proses dan hasil pembelajaran (reflection). Prinsip kedua ini mengisyaratkan agar proses dan hasil pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistematik dan terkendali menurut kaidah ilmiah.

c. Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah, mulai dari pendiagnosisan masalah sampai dengan analisis data. Objektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data dan hasil tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung. Prinsip ketiga ini memprasyaratkan bahwa dalam menyelenggarakan penelitian tindakan agar tetap menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.

d. Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan tanggungjawab professional dan


(45)

komitmen terhadap mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.

e. Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh. f. Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak

seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kuliah atau kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar ruang kuliah atau kelas, misalnya: tataran system atau lembaga.

3. Model Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan (tindakan), (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Ada pun model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dirancang oleh Kemmis dan Taggart yang sering disebut model spiral Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2007: 66), penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan (Plan), merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.


(46)

b. Tindakan (Act), yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

c. Observasi (Observe), yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan.

d. Refleksi (Reflect), yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

C. Mata Pelajaran Ekonomi

Ilmu Ekonomi saat ini telah berkembang menjadi cabang-cabang ilmu yang bersifat teretis seperti ekonomi makro dan ekonomi mikro, maupun yang bersifat ilmu terapan seperti Ekonomi Perusahaan (Bisnis). Sedangkan dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat para pengelola perusahaan memerlukan sejumlah informasi kuantitatif antara lain mengenai transaksi keuangan yang dihimpun oleh bagian akuntansi.

Di Sekolah Menengah Atas mata pelajaran Ekonomi mencakup bahan kajian Ekonomi (teori ekonomi sederhana, pengelolaan badan usaha, dan metode kuantitatif) dan Akuntansi. Dalam uraian berikut peneliti akan membahas bagian kedua dari mata pelajaran Ekonomi yaitu Akuntansi.

Akuntansi merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi yang berhubungan dengan transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan tanggung jawab di bidang keuangan baik oleh pelaku ekonomi swasta (akuntansi perusahaan),


(47)

pemerintah (akuntansi pemerintah), ataupun organisasi masyarakat lainnya (akuntansi publik).

Program pengajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Atas berfungsi mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur, dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan perusahaan, dan penyusunan laporan keuangan secara benar menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).

Tujuan mempelajari Akuntansi di Sekolah Menengah Atas adalah membekali lulusannya dengan berbagai kemampuan dan pemahaman, agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat, sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan mereka.

Isi materi akuntansi untuk Sekolah Menengah Atas masih bersifat dasar (elementer), karena itu lingkup isi pelajaran tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Pengertian, prinsip, dan prosedur dasar akuntansi.

2. Siklus Akuntansi yang meliputi proses pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran, dan pelaporan transaksi keuangan pada perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan koperasi.

3. Keterampilan komputer akuntansi

Adapun lingkup bahan pembelajaran Akuntansi untuk kelas XI Ilmu Sosial adalah sebagai berikut:


(48)

1. Akuntansi sebagai Sistem Informasi

2. Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa: Jurnal dan Posting 3. Penyesuaian (adjustment) pada Perusahaan Jasa

4. Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa: Pelaporan Keuangan, Penutupan Buku, dan Penyesuaian kembali/Pembalikan.

Dalam praktik akuntansi sesungguhnya, pecatatan suatu transaksi atau beberapa transaksi tidak dicatat secara langsung dalam buku besar, tetapi masing-masing transaksi dianalisis dahulu pengaruhnya terhadap elemen-elemen persamaan akuntansi seperti aktiva, kewajiban, modal, pendapatan atau biaya. Hasil analisis transaksi tersebut dituangkan dalam suatu alat pencatatan yang disebut jurnal. Dengan demikian jurnal adalah penghubung antara transaksi dengan buku besar. Atas dasar inilah maka jurnal dibahas secara khusus dalam materi pembelajaran Ekonomi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sebuah siklus akuntansi. Materi pokok jurnal adalah pengertian jurnal, fungsi jurnal, jenis jurnal dan bentuk jurnal.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Antil, L. R., Jenkins, J. R., Wayne, S. K., dan Vadasy, P. F. (1998: 424-425), melakukan studi untuk menguji hubungan antara kelaziman, konseptualisasi, dan praktik penggunaan pembelajaran kooperatif oleh guru-guru sekolah dasar. Hasil survey terhadap 85 orang guru sekolah dasar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dan dari hasil wawancara dengan 21 guru yang dipilih secara acak dari 85 guru sekolah dasar menunjukkan bahwa


(49)

mereka menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pertimbangan bahwa pembelajaran kooperatif membantu siswa:

1) Meningkatkan pengetahuan akademik.

Dari penelitian ini, 16 (76%) guru yakin dan percaya bahwa pembelajaran kooperatif sangat membantu mema jukan pengetahuan akademik siswa. Pembelajaran kooperatif membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan siswa dan secara keseluruhan mempercepat proses belajar siswa. Dalam pembelajaran kooperatif siswa bisa belajar dari temannya yang lain.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Ajisukmo (1996: 128-129) bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari tiga sampai empat orang. Hal ini dimaksudkan agar interaksi siswa menjadi maksimal dan efektif. Pembelajaran kooperatif tidak semata- mata meminta siswa bekerja secara kelompok dengan cara mereka sendiri tetapi mereka harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran ini berpandangan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memaha mi konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan teman sebayanya.

Selain itu, Nichols (1996: 474-475) dalam penelitiannya membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif ini mempunyai pengaruh terhadap prestasi (hasil) belajar siswa. Hal ini terlihat dari prestasi belajar siswa yang sangat menggembirakan karena meningkat dari saat ke saat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


(50)

2) Siswa terlibat aktif

Secara rasional, pembelajaran kooperatif membantu siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, 15 (71%) guru mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif sangat bangus sebab dalam pembelajaran kooperatif siswa berpartisipasi aktif dalam pelajaran, aktif dalam belajar, dan bekerja sama didalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas.

Senada dengan hal ini, Sunaryanto (1998: 252-262) yang dalam penelitiannya bekerja sama dengan 15 orang guru SD di Victoria - Australia, menemukan bahwa pembelajaran kooperatif sangat membantu siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas akademik dan para guru juga menyadari bahwa pembelajaran kooperatif menciptakan ketergantungan positif diantara siswa. Karena itu, menurut para guru aktivitas siswa dalam kelompok seharusnya distruktur sedemikian rupa sehingga siswa bekerja sebagai suatu kelompok dan bukan hanya bekerja dalam kelompok. Dengan bekerja sebagai kelompok maka siswa akan memperoleh hasil yang lebih optimal sebagai implementasi dari pembelajaran kooperatif.

Untuk menghindari terjadinya kelompok semu di mana anggota kelompok bekerja sendiri-sendiri, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan pengajar sebagaimana dikemukakan oleh Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2002: 30-36) yang dapat dirumuskan secara operasional sebagai berikut: (a) siswa harus dapat merasakan bahwa mereka saling bergantung secara positif dan saling terikat antar sesama kelompok. Anggota kelompok harus mempunyai keyakinan bahwa mereka tidak akan suskses bila siswa lain tidak sukses; (b) harus terjadi


(51)

komunikasi verbal antar anggota kelompok. Dalam hal ini siswa membutuhkan tatap muka secara langsung, saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar. Denga n demikian siswa juga belajar mengembangkan keterampilan komunikasi; (c) agar masing- masing siswa dapat memberikan sumbangan pada kelompok maka setiap siswa harus menguasai materi ajar. Untuk mencapai keberhasilan kelompok maka perlu adanya tutor sebaya di mana siswa yang telah mengerti dapat menjelaskan kepada teman-temannya; (d) perlu pula diperhatikan keterampilan anggota kelompok berinteraksi dan keefektifan kerja kelompok. Untuk itu, perlu adanya ketua kelompok yang dapat mengatur proses kerja kelompok.

3) Pengetahuan sosial

Kepercayaan kelompok ini (15 atau 71%) terpusat pada keunggulan aspek sosial dari pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dibantu belajar bekerja sama dengan teman sebayanya dan berusaha untuk menemukan nilai kebersamaan di dalam kelompok belajar. Selain itu, dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat mempelajari berbagai ketrampilan sosial seperti: belajar mengemukakan pendapat, belajar mendengarkan pendapat orang lain dan belajar hormat satu terhadap yang lain.

E. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan maka dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut: Belum maksimalnya hasil belajar akuntansi-pokok bahasan jurnal siswa sebelum ini dengan model pembelajaran


(52)

gabungan yaitu model cemarah, tanya jawab dan diskusi kelompok menunjukkan bahwa kebiasaan belajar bersama dalam kelompok (diskusi kelompok) belum terbentuk. Untuk mengatasi masalah ini kegiatan pembelajaran Ekonomi-pokok bahasan jurnal akan dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together.

Model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dipilih karena merupakan tipe yang paling sederhana dari tipe-tipe pembelajaran kooperatif lainnya. Dengan pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, siswa dilatih untuk mulai membiasakan diri belajar secara kooperatif dengan tetap menjadikan guru sebagai salah satu sumber belajar saat guru mempresentasi materi pembelajaran.

Dalam penelitian ini, pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dilaksanakan dengan mengikuti langkah- langkah berikut:

a. Guru melakukan presentasi materi pembelajaran;

b. Siswa dalam kelompok heterogen (terdiri dari 4-6 siswa) mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok;

c. Siswa secara individual mengerjakan kuis. Guru menilai hasil kerja individual.


(53)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berusaha mengkaji dan merefleksikan secara mendalam beberapa aspek dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu performance guru, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Tagart (Hopkins, 1993: 48) yang sering disebut “model spiral Kemmis dan Tagart” (Wiriaatmadja, 2007: 66), seperti nampak dalam gambar III.1.

Gambar III.1

Model Spiral Kemmis dan Taggart

Dengan mengikuti model spiral Kemmis dan Tagart, penelitian ini direncanakan berlangsung dalam satu siklus. Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

Kegiatan dalam satu siklus ini terdiri dari empat pertemuan/tatap muka di kelas dan satu pertemuan untuk kuis.


(54)

a. Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tidakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, yaitu meliputi:

1) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa sesuai dengan tingkat kema mpuan, yaitu siswa yang tergolong berkemampuan rendah, sedang atau tinggi, dan membagi siswa secara heterogen menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 orang.

2) Menyiapkan perangkat pembelajaran. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran kooperatif tipe learning together, lembar kerja siswa, kuis dan lembar observasi. Sebelum digunakan, akan dilakukan proses validasi terhadap semua perangkat pembelajaran ini oleh tim validator.

3) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:

a) kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar siswa berdasarkan pelaksanaan tindakan ( lihat tabel III.1); kriteria dan indikator keberhasilan siswa ditentukan bersama guru berdasarkan situasi konkrit di kelas tempat penelitian berlangsung.

b) instrumen observasi partisipasi siswa dalam diskusi kelas;

c) instrumen observasi interaksi antar siswa dalam kegiatan kelompok kooperatif;

d) lembar penilaian kemampuan siswa merangkum presentasi guru dalam catatan;


(55)

f) lembar penilaian kemampuan siswa mengerjakan kuis.

b. Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe learning together sesuai dengan rencana tindakan , dengan langkah- langkah sebagai beikut:

1) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelas. Karena aspek partisipasi siswa dalam diskusi kelas maupun diskusi kelompok turut mempengaruhi kualitas proses pembelajaran maka guru juga perlu menjelaskan atau menyampaikan kepada siswa agar semua siswa terlibat dalam diskusi kelas maupun dalam diskusi kelompok baik dalam mengemukakan ide ataupun mengajukan pertanyaan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi adanya monopoli diskusi oleh beberapa siswa.

2) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok heterogen beranggotakan empat orang, dan membagikan lembar kerja untuk masing- masing kelompok. Siswa dalam kelompok mengerjakan lembar kerja, sementara peneliti berkeliling memantau kegiatan tersebut.

3) Guru dan siswa mendiskusikan dan mengoreksi hasil kerja kelompok secara bersama.

4) Guru memberi soal kuis (secara lisan atau tertulis), dan siswa mengerjakannya secara individual.


(56)

c. Observasi:

Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap tindakan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: partisipasi siswa dalam diskusi kelas dan interaksi siswa dalam kegiatan kelompok kooperatif. Pengamatan dilakukan dengan bantuan instrument observasi dan dilengkapi perekaman dengan video camcorder.

d. Refleksi:

Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu:

1) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya (penyesuaian rencana pelaksanaan pembelajaran dan /atau instrumen yang perlu disempurnakan).

2) Refleksi pada akhir siklus ini, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan self-refletion dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan pada masing- masing fase, hasil kegiatan kelompok, hasil kuis dan kaitannya dengan kegiatan kelompok dan kemudian


(57)

dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.

Indikator keberhasilan proses dan hasil belajar pada siklus ini disajikan dalam Tabel III.1.

Tabel III.1.

Indikator Keberhasilan Tindakan dalam Siklus Pertama Indikator

Keberhasilan Tindakan Komponen Kondisi

Awal

Siklus I

Deskriptor Instrumen

Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas

3% 6,5%

Jumlah siswa yang mengajukan

pertanyaan/ide dibagi jumlah seluruh siswa

Lembar pengamatan

Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan

12,9% 16,1%

Jumlah siswa yang menjawab pertanyaan dibagi jumlah seluruh siswa Lembar pengamatan Interaksi antar siswa dalam kelompok

kooperatif 50% 75%

Jumlah siswa yang berinteraksi (berbagi informasi, berbagi tafsiran, negosiasi makna) dalam pemecahan masalah dalam kelompok di bagi jumlah seluruh anggota kelompok Lembar Pengamatan (Sosiogram) Kemampuan kelompok dalam mengerjakan lembar kerja siswa - 65% Jumlah kelompok yang mengerjakan lembar kerja dan mendapat nilai 65 ke atas dibagi jumlah semua kelompok Lembar Kerja Siswa (LKS) Kemampuan siswa dalam merangkum presentasi guru - 50%

Jumlah siswa dengan nilai rangkuman 60 keatas dibagi jumlah seluruh siswa

Dokumentasi berupa cacatatan rangk uman


(58)

Indikator Keberhasilan

Tindakan Komponen Kondisi

Awal

Siklus I

Deskriptor Instrumen

siswa

Daya serap siswa 32% 50%

Jumlah siswa yang memperoleh nilai kuis/tes 60 keatas dibagi jumlah seluruh siswa

Dokumen hasil kerja siswa

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI Ilmu Sosial SMAK Sang Timur Yogyakarta. Obyek penelitian adalah proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2007, tahun ajaran 2007/2008. Lokasi penelitian di SMAK Sang Timur Yogyakarta.

D. Pengumpulan dan Analisis Data 1. Pengumpulan Data

Prinsip pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas tidak jauh berbeda dengan prinsip pengumpulan data pada jenis penelitian yang lain. Dengan kata lain, prinsip pengumpulan data pada penelitian formal dapat diterapkan pada penelitian tindakan kelas. Pada umumnya dalam penelitian tindakan kelas, baik data kualitatif maupun kuantitatif dimanfaatkan untuk menggambarkan perubahan


(59)

yang terjadi: perubahan pada kinerja guru, hasil prestasi siswa, perubahan kinerja siswa, dan perubahan suasana kelas.

Pengumpulan data untuk penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara dan terus berkembang, namun menurut Creswell (1998: 142) pada dasarnya ada empat cara yang mendasar untuk mengumpulkan informasi, yaitu observasi, wawancara, dokumen dan materi audio- visual. Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah mencapai sasaran. Teknik observasi digunakan untuk merekam kualitas proses dan hasil belajar siswa berdasarkan instrumen observasi dan penggunaan alat perekam video camcorder. Teknik wawancara digunakan untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain (Hopkins, 1993: 125). Teknik dokumentasi digunakan untuk menilai kemampuan siswa merangkum presentasi guru. Sedangkan audio-visual digunakan untuk mendukung tiga teknik terdahulu dan penguat hasil penelitian. Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik tes untuk mengukur daya serap siswa, yaitu melalui kuis lisan/tertulis. Untuk mengamati secara khusus interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif penulis menggunakan model sosiogram yang dikembangkan oleh Frederick J. McDonald (Reed dan Bergermann, 1992: 59). Sosiogram adalah diagram yang menggambarkan interaksi antarsiswa dalam suatu kelas atau lebih kecil lagi interaksi siswa dalam kelompok kooperatif.


(60)

2. Analisis Data

Supardi ( Arikunto, et.al., 2007: 131) menjelaskan,dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti. a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara

deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif. Misalnya, mencari nilai rata-rata, persentase keberhasilan belajar, persentase partisipasi siswa, dan lain- lain.

b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu materi pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, dan lain- lain, dapat dianalisis secara kualitatif.

Analisis merupakan usaha untuk memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta menyusun ke dalam kategorisasi, mengklasifikasikan data untuk menjawab pertanyaan pokok: (1) tema apa yang dapat ditemakan pada data, (2) seberapa jauh data dapat mendukung tema/arah/tujuan penelitian ( Arikunto, et.al., 2007: 132)

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui kualitas proses dan hasil belajar siswa, yang meliputi: a). partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas; b). interaksi siswa dalam kelompok kooperatif; c). kemampuan kelompok dalam mengerjakan lembar kerja; d). kemampuan siswa dalam merangkum presentasi guru; e). daya serap siswa.


(61)

Peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa dengan membandingkan tingkat partisipasi, tingkat interaksi, tingkat kemampuan kelompok, tingkat kemampuan merangkum, dan tingkat daya serap siswa pada kondisi siswa setelah tindakan dan kondisi awal sebelum tindakan.

Proses pengumpulan data, analisis data dan pembagian tugas disajikan dalam tabel III.2.

Tabel III.2

Proses pengumpulan data, Analisis Data dan Pembagian Tugas

No Kegiatan Output Petugas

1 Penyusunan perangkat pembelajaran

Rancangan Proses

Pembelajaran (RPP) dengan model Pembelajaran

Kooperatif tipe Learning Together, lembar kerja siswa

Peneliti & Guru

2 Pemetaan kemampuan siswa

Kelompok-kelompok

heterogen beranggotakan 4-5 siswa

Peneliti & Guru 3 Penyusunan instrumen

pengumpulan data

Instrumen observasi dan lembar kerja

Peneliti 4 Pembelajaran

Akuntansi-pokok bahasan jurnal dengan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together

Kegiatan presentasi, mencatat rangkuman presentasi, diskusi kelas, kerja kelompok, dan kuis

Guru & Peneliti

5 Observasi kegiatan

belajar mengajar

Data partisipasi siswa dalam diskusi kelas dan interaksi siswa dalam kelompok

Peneliti

6 Pengumpulan

dokumen rangkuman presentasi

Data kemampuan siswa merangkum hasil belajar

Peneliti

7 Analisis data Kualitas proses dan hasil

belajar siswa

Peneliti 8 Refleksi Dampak tindakan pada kualitas

proses dan hasil belajar siswa


(62)

E. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan dihitung mulai bulan Agustus hingga Desember 2007. Alokasi waktu sebagaimana tercantum dalam tabel III.3.

Tabel III.3 Jadwal Penelitian

Bulan

Kegiatan Ags Sep Okt Nop Des

X 1. Persiapan:

a. Penyusunan desain operasional

b. Penyusunan, Validasi dan Revisi (jika perlu) Perangkat

Pembelajaran dan instrumen X 2. Pelasanaan Penelitian Tindakan

Kelas (Pengumpulan dan Analisis data)

X

4. Analis Data Keseluruhan X


(63)

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. Perencanaan

Pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan sebanyak empat kali pertemuan, satu pertemuan berlangsung dalam dua jam pembelajaran (2 x 45 menit). Tetapi karena penelitian ini bertepatan dengan bulan puasa bagi umat muslim, maka setiap jam pembelajaran hanya berlangsung dalam 40 menit.

Pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. Peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran Ekonomi dalam menerapkan metode pembelajaran ini dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan pada akhirnya dapat pula meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus pencapaian tujuan pembelajaran dalam RPP (Lampiran 1). Dalam upaya untuk mencapai tujuan penerapan metode ini, peneliti bekerja sama dengan guru partner penelitian untuk membentuk kelompok kooperatif. Kelompok kooperatif dibentuk dengan mepertimbangkan dua aspek yang disarankan oleh Kagan (1994: 15) yaitu: kemampuan dan ketertarikan. Berdasarkan pemetaan terhadap kemampuan siswa (Lampiran 13), seharusnya siswa dibagi menjadi delapan kelompok kooperatif tetapi pada pertemuan pertama, Senin, 1 Oktober 2007 satu siswa absen dan satu siswa tidak mau bergabung dalam kelompok kooperatif, maka hanya dibentuk tujuh kelompok kooperatif (Lampiran 14).


(64)

Selain itu, peneliti bekerja sama dengan guru dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lampiran 1), soal latihan (Lampiran 2 dan 8), soal kuis (Lampiran 15), Lembar Kerja Siswa (Lampiran 4 dan 10).

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Ilmu Sosial SMAK Sang Timur Yogyakarta, tahun pelajaran 2007/2008 yang berjumlah 31 orang (Lampiran 13). Peneliti bertindak sebagai pengamat dan guru sebagai mediator dan fasilitator dalam proses pembelajaran selama penelitian berlangsung.

2. Tindakan

Secara umum kegiatan pembelajaran selama penelitian ini berlangsung seperti tampak dalam tabel IV.1

Tabel IV. 1

Kegiatan Pembelajaran

Hari/Tanggal KEGIATAN WAKTU

Senin, 1 Oktober 2007

1. Guru mempresentasikan materi pembelajaran yaitu pengertian jurnal, fungsi jurnal, jenis jurnal dan bentuk jurnal dengan berusaha melibatkan siswa dalam kegiatan presentasi dengan meminta dua siswa (Dento dan Fredo). Dento menuliskan pengertian jurnal, fungsi jurnal dan jenis jurnal, sedangkan Fredo membuatkan kolom-kolom jurnal dua kolom dan jurnal empat kolom di papan tulis.

20 menit

2. Membagi siswa dalam kooperatif. Dalam rencana, seharusnya siswa dibagi dalam delapan kelompok kooperatif, tetapi karena satu siswa absen dan satu siswa tidak mau bergabung dalam salah satu kelompok pun, maka siswa dibagi dalam tujuh kelompok.

8 menit

3. Guru dan peneliti membagi lembar kerja siswa (LKS) dan soal latihan tentang jurnal dua kolom. Dalam rencana, pada pertemuan


(65)

Hari/Tanggal KEGIATAN WAKTU pertama ini seharusnya LKS tentang

pengertian jurnal, fungsi jurnal, jenis jurnal, tetapi guru mempertimbangkan bahwa materi ini bersifat teoretis yang bisa dibaca dan dipelajari sendiri oleh siswa, maka guru langsung membahas materi bentuk jurnal dua kolom dan analisis transaksi

2 menit

4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

10 menit 5. Siswa bergabung dalam kelompok kooperatif

masing- masing untuk mengerjakan lembar kerja siswa (LKS)

30 menit 6. Guru membuat kesimpulan secara klasikal

tentang materi yang dipelajari

5 menit 7. Refleksi klasikan juga tidak terlaksana dalam

pertemuan pertama ini, tetapi setelah kegiatan pembelajaran peneliti bertanya kepada beberapa siswa tentang keseluruhan kegiatan pembelajaran. Unggul mengatakan: “materi jurnal sulit dan membingungkan, serta guru terlalu cepat menjelaskannya sehingga sulit untuk memahaminya”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gustri, Ryan, Dento dan Anes. Sedangkan tentang matode pembelajaran (Unggul, dkk serta Lia, Tri, Mayang, Arum) mengatakan “bagus dan menyenangkan, serta bisa saling membantu.” 8. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan

bersama seluruh keluarga besar Sang Timur mendaraskan doa malaikat (Angelus).

Senin, 8 Oktober 2007

Kegiatan Presentasi yang berlangsung di Perpustakaan pada jam pelajaran 6 & 8

1. Persiapan kegiatan pembelajaran: Guru dan siswa pindah ke Perpustakaan

10 menit 2. Guru mengawali kegiatan pembelajaran atau

kegiatan presentasi hasil kerja kelompok kooperatif dengan membagi soal latihan kepada masing- masing kelompok untuk dipresentasikan. Setiap kelompok mendapat dua transaksi.

10 menit

3. Siswa per kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok yang diselingi dengan tanya jawab atau dialog interaktif yang dipandu oleh guru, agar siswa mengetahui mengapa suatu akun di debet atau di kredit dan


(66)

Hari/Tanggal KEGIATAN WAKTU bagaimana menjurnal suatu transaksi secara

benar. Presentasi diawali dengan analisis transasksi kemudian baru jurnal umum. Kelompok yang lain mengoreksi hasil kerja kelompoknya (LKS).

4. Pengumuman dari sekolah bagi siswa kelas X dan XI yang terlibat dalam pengurus OSIS sekaligus panggilan untuk mengikuti rapat

15 menit

Senin, 21 Oktober 2007

1. Sesuai dengan rencana hari ini seharusnya guru membahas bentuk jurnal empat kolom. Tetapi melihat hasil ulangan blok ya ng kurang memuaskan, maka guru membuat evaluasi bersama siswa atas kegiatan pembelajaran sebelum ulangan blok. Guru mengawali kegiatan evaluasi dengan membacakan nilai ulangan blok masing-masing siswa.

25 menit

2. Setelah evaluasi, guru melanjutkan kegiata n pembelajaran dengan presentasi materi jurnal umum, secara khusus tentang “kode akun”.

20 menit

3. Diskusi kelompok untuk membahas bagaimana pengelompokan dan pemberian kode akun. Siswa diminta membuat lembar kerja sendiri.

20 menit

4. Pengumuman dan doa malaikat bersama 10 menit Senin, 29

Oktober 2007

1. Persiapan: Guru dan Peneliti membagikan LKS dan lembar soal latihan kepada siswa

10 menit 2. Guru menjelaskan bagaimana mencatat

sebuah transaksi ke dalam jurnal umum secara benar dengan menegaskan bahwa akun yang didebet selalu dicatat labih dahulu baru yang dikredit. Misalnya, transaksi pelunasan utang:

Utang Usaha xxx Kas xxx

15 menit

3. Diskusi kelompok: Siswa dalam kelompok kooperatif mengerjakan LKS

40 menit 4. Pengumuman dari sekolah, doa malaikat

bersama, siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan serta guru menginformasikan tes khusus tentang jurnal umum Senin, 5 November 2007

10 menit

Senin, 1 November 2007


(67)

3. Observasi

Secara umum kegiatan observasi dalam penelitian ini seperti tampak dalam tabel berikut ini:

Tabel IV.2 Kegiatan Observasi

Hari/Tanggal KEGIATAN Instrumen

Senin, 1 Oktober 2007

1. Kegiatan belajar mengajar secara

keseluruhan Camcorder

2. Kegiatan siswa dalam kelompok kooperatif untuk membahas soal latihan 1

Camcorder dan lembar pengamatan berupa sosiogram Senin, 8

Oktober 2007

1. Kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan

Camcorder 2. Kegiatan siswa dalam diskusi kelas,

presentasi hasil kerja kelompok (LKS)

Camcorder dan lembar pengamatan Senin, 21

Oktober 2007

1. Kegiatan belajar mengajar secara

keseluruhan (Evaluasi) Camcorder

2. Kegiatan siswa dalam kelompok

kooperatif untuk membahas materi kode akun

Camcorder Senin, 29

Oktober 2007

1. Kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan

Camcorder 2. Kegiatan siswa dalam kelompok

kooperatif untuk membahas soal latihan 2

Camcorder dan lembar pengamatan berupa sosiogram Senin, 5 November 2007

1. Kuis Dokumen kertas

kerja siswa

4. Refleksi

Pertemuan pertama, Senin, 1 Oktober 2007 dengan kegiatan pembela jaran presentasi materi oleh guru dan kerja kelompok. Indikator keberhasilan tindakan (target) siswa mengerjakan LKS adalah 65%. Indikator keberhasilan tindakan (capaian) 86% yaitu jumlah kelompok yang memperoleh nilai 65 ke atas dibagi semua kelomok. Sedangkan rata-rata interaksi antarsiswa dalam kelompok


(68)

kooperatif (capaian) 80%. Indikator keberhasilan tindakan (target) interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif adalah 75%. Sedangkan kondisi awal interaksi antarsiswa dalam diskusi kelompok 50%.

Perolehan nilai ini menurut pengamatan peneliti belum maksimal. Secara khusus pergeseran keberhasilan tindakan terkait dengan aspek interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif hanya bertambah 5% dari target keberhasilan tindakan (80% - 75%). Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif belum optimal. Artinya, ada siswa yang kurang terlibat dalam diskusi kelompok kooperatif, yang tampak dalam kecenderungan siswa bekerja sendiri dalam kelompok.

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, peneliti dan guru membuat rencana tindakan untuk pertemuan kedua. Pertemuan kedua digunakan untuk kegiatan presentasi membahas bersama soal latihan. Dan kesempatan ini bisa dipakai oleh guru untuk menjelaskan lagi bagaimana mencatatat sebuah transaksi ke dalam jurnal, terutama transaksi-transaksi yang dibahas bersama dan masih membingungkan siswa.

Pertemuan kedua, Senin, 8 Oktober 2007: Presentasi kelompok. Guru membagi kepada masing- masing kelompok dua transaksi dari soal latihan untuk dipresentasikan. Secara umum kegiatan presentasi berjalan kurang optimal. Ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya, antara lain:

Pertama, kegiatan presentasi terpaksa dilaksanakan di ruang perpustakaan karena ruang kelas digunakan untuk musyawarah OSIS. Ruang perpustakaan tidak


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI POKOK BAHASAN JURNAL PENUTUP DAN JURNAL

0 8 241

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER (LT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PENJUMLAHAN PECAHAN BIASA BERPENYEBUT TIDAK SAMA.

0 5 32

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)PADA PEMBELAJARAN IPA POKOK BAHASAN GAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 35

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 45

Penerapan model pembelajaran word square untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Sains SMAK Frateran Ndao Ende pada pokok bahasan sistem saraf.

0 13 212

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pokok bahasan kingdom animalia pada siswa kelas XI SMA Sang Timur Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.

0 0 223

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMAK STELLA MARIS SURABAYA KELAS XI IPA 2 PADA POKOK BAHASAN IMPULS, MOMENTUM, DAN TUMBUKAN

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI POKOK BAHASAN JURNAL SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMAK SANG TIMUR YOGYAKARTA

0 0 193